Diana, gadis manis yang harus merasakan pahit manisnya kehidupan. Setelah ayahnya meninggal kehidupan Diana berubah 180 derajat, mampukah Diana bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aprilli_21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Pernikahan Kak Tina
Besok adalah hari pernikahan Tina semua orang sibuk untuk acara besok pagi sedangkan Diana dan Andi pun ijin tidak masuk sekolah untuk menghadiri acara walimahan.
Sore harinya Pak Ahmad pergi ke rumah Nenek Sita untuk melihat keadaan sang keponakan yang akan di nikahkan besok pagi, sesampainya dirumah Nenek Sita sejurus kemudian Pak Ahmad melangkahkan kaki menuju kamar Tina.
Belum sempat memanggil nama sang keponakan Pak Ahmad tertegun di depan kamar Tina yang tidak tertutup, dilihatnya Tina yang sedang duduk melamun dan meneteskan air mata didepan meja rias yang membelakangi pintu.
Pak Ahmad tahu bahwa Tina tidak menyetujui pernikahan ini karena keegoisan sang Ibu, Tina harus merelakan masa mudanya menikah dengan seorang duda.
Melangkah perlahan tanpa menimbulkan suara Pak Ahmad mendekati Tina lalu Pak Ahmad memeluk Tina dari belakang sambil meneteskan airmata.
"Tina sabar ya Nak, Ibu kamu memang seperti itu dia hanya memikirkan dirinya sendiri sehingga mengorbankan kamu, kamu tahu sendiri kan bagaimana Ibu kamu memperlakukan anak-anaknya, tidak hanya kamu suatu saat adikmu Mesya akan mengalami hal serupa,"
Tanpa melepas pelukan sang Paman lalu Tina menjawab dengan suara lirihnya
"Kenapa aku harus mengalami hal seperti ini Paman, Kenapa Mama tidak pernah memiliki rasa sayang kepadaku, Dari kecil Paman... Dari kecil aku ditinggal Mama dan aku di titipkan ke Nenek, Mama malah asyik mencari orang kaya dan menelantarkan aku yang anak kandungnya! Sedari kecil aku d telantarkan dan ini malah seenak jidat Mama menikahkan aku dengan seorang duda Paman, Mengapa Tuhan tidak adil Paman, Mengapa Tuhan memberikan aku Mama seperti itu?!!"
Teriris hati Pak Ahmad mendengar semua untaian kata yang Tina lontarkan, Pak Ahmad tidak kuasa menahan airmata akhirnya pun luruh juga.
"Sayang, Tina dengar Paman ya Nak di dunia ini tidak ada seorang anak yang ingin lahir dari seorang wanita yang seperti itu Nak, Tina sabar ya Paman yakin Tina gadis yang kuat, Tina hebat! Nyatanya meskipun Tina di telantarkan Mama, Tina selalu ceria dan Paman harap Tina tetap bisa menampilkan senyum termanis Tina, serahkan semuanya kepada Allah Nak, Allah tidak pernah menguji seorang hamba di luar batas kemampuan hamba itu sendiri, Tina paham kan?"
Tina hanya menangis sesenggukan dan menganggukkan kepalanya tanpa bisa mengucap sepatah katapun.
"Ya sudah, Tina jangan menangis lagi besok acara pernikahanmu Nak setidaknya kamu harus beristirahat yang cukup, Paman ingin ke Nenek sebentar."
Setelah menenangkan sang keponakan Pak Ahmad mencari keberadaan sang Ibunda dilihatnya sang Ibunda berbincang dengan kakak pertama Pak Ahmad (Mama Tina) di dalam dapur.
"Bu, Kak kenapa kalian menikahkan Tina secepat ini, Kalian tidak memikirkan mental Tina apa, iya kalau calon dia baik Kak kalau tidak bagiamana?"
Belum juga meneruskan ucapannya Bude Yani (Mama Tina) memotong ucapan Pak Ahmad.
"He Ahmad kamu tidak usah ikut campur tentang Tina, Tina anakku dan dia harus menuruti semua ucapanku kalau dia ingin hidup tenang di dunia ini, Kamu urus saja keluargamu terutama istrimu yang kurang ajar kepada Ibumu sendiri ! Dia bisa apa, Kalau bukan kamu yang banting tulang meras keringat untuk kehidupan dia itu, harusnya dia mikir kalau kamu punya Ibu dan kamu jangan pelit kepada Ibumu jangan sampai kamu seperti kacang lupa kulitnya!!"
Pak Ahmad pun meradang mendengar cacian kakaknya sejurus kemudian Pak Ahmad meninggalkan dapur tanpa menoleh lagi kebelakang.
"Ahmad bod*h, disuruh menikah dengan Yeni yang jauh lebih kaya malah tidak mau seharusnya dia kalau mau mencari istri itu yang kaya kita kan bisa kecipratan kaya nya, Iya kan Yan?"
Ucap Nenek Sita kepada anak sulungnya sambil mengupas kulit bawang.
"Iya Bu, dia malah memilih Sari gadis miskin itu! Setelah usaha dia maju Sari malah menarget Ahmad satu hari harus seratus ribu loh Bu, bayangin kalau si Ahmad tidak bisa memberi seratus ribu si Sari itu bakal marah-marah tidak jelas, tapi ya Bu aku heran kenapa Ahmad bisa cinta mati kepada Sari, padahal dulu Ahmad tahukan kalau Sari pernah memiliki tunangan?"
Nenek Sita yang mendengar pertanyaan sang anak pun menghentikan aktivitasnya lalu menerawang jauh di masa Pak Ahmad sekolah dulu.
"Ahmad mencintai Sari mulai SMP Yan mereka sempat menjalin hubungan hanya karena olokan dari teman si Ahmad akhirnya Ahmad memilih memutuskan hubungan. Setelah memutuskan hubungan Ahmad selalu menangis setiap malam sambil memeluk foto Sari dia menangis sampai tertidur Yan. Ibu tidak tahu mengapa Ahmad secinta itu kepada Sari lulus sekolah pun Ahmad selalu menghampiri Sari di sekolahnya padahal mereka beda sekolah ia lakukan itu demi melihat Sari baik-baik saja,"
Belum juga melanjutkan ucapannya Nenek Sita terkejut mendengar deheman dari belakang.
"Ehem,"
Saat Nenek Sita melihat siapa yang berdehem akhirnya Nenek Sita menghampirinya,
"Sayang sudah pulang?"
Melihat sang suami menatapnya tajam nyali Nenek Sita ciut.
"Masuk ke kamar Bu, Yani kamu teruskan memasaknya!"
Nenek Sita dan Bude Yani akhirnya mengakhiri pembicaraan yang belum usai tersebut dan melanjutkan aktivitas masing-masing.
"Bu, kenapa Ibu dan Yani selalu mengusik Sari? Ibu tahu sendiri Ahmad tidak suka istrinya di usik!"
Kakek Udin menatap tajam Nenek Sita
"Demi Ahmad Bu, demi kebahagiaan Ahmad Ibu berhenti usik Sari dan biarkan Ahmad bahagia dengan keluarganya, untung saja Sari memperbolehkan Ahmad menghadiri pernikahan Tina, kalau tidak bagaimana jadinya Tina besok tanpa kehadiran sang Paman yang selalu menyayanginya sedari kecil!"
Kakek Udin memijat pelipisnya yang berdenyut
"Seharusnya Yani berterimakasih kepada Ahmad! Bukannya malah menjatuhkan nama baik istrinya!"
Mengelus dadanya Kakek Udin melanjutkan ucapannya
"Astaghfirullah Bapak tidak habis pikir dengan kalian berdua ini ! Ini peringatan terakhir Bapak, kalau Ibu masih mengusik Sari, Ibu tanggung sendiri akibatnya!"
Tegas Kakek Udin kepada sang Istri, Nenek Sita yang mendengar ultimatum sang suami pun menahan gejolak emosi dan menatap tajam pintu yang baru saja di tutup sang suami.
"Awas kamu Sari, kamu tidak akan merasakan bahagia walau seujung kuku sekalipun!!"
Ucap Nenek Sita penuh dendam.
Sinar mentari memancarkan cahaya yang menyilaukan mata, teriknya menyambut hari yang begitu cerah secerah terik yang di pancarkan nya.
Pagi-pagi sekali Tina harus bersiap-siap untuk acara akad nikah, MUA yang memoles setiap jengkal wajahnya menatap takjub dengan kecantikan yang begitu alami tanpa adanya bahan kimia yang meresap di kulit sang mempelai wanita.
"Masya Allah cantiknya Kak Tina membuat kita semua pangling loh Kak,"
Ucap sang Asisten MUA yang membantu meng-make over Kak Tina sedemikian rupa, aku yang melihat semua setiap langkah-langkahnya hanya menatap kagum melihat hasil karya MUA tersebut.
"Kak Tina cantik sekali, Aku mau seperti Kak Tina,"
Ucapku yang takjub dengan kecantikan Kak Tina, Kak Tina hanya menatap tanpa arti dan memberi senyum simpul sedang aku yang melihat hal itu merasa janggal tapi aku hanya bisa memendam semua itu dan tidak ingin menimbulkan masalah untuk Kak Tina.
Sayup-sayup terdengar kala nama Kak Tina disebut dalam ijab tersebut, sorak sorai kata "Sah" pun mengiringi seketika itu aku melihat airmata mengalir di pipi Kak Tina, aku menghampiri Kak Tina dan mencoba menenangkan Kak Tina dan berkata kepadanya.
"Semua akan baik-baik saja Kak, Kakak tidak sendiri ada Ayah dan keluargaku yang selalu siap menjadi tempat Kakak pulang,"
Belum sempat Kak Tina menjawab Bude Yani memasuki kamar mempelai sambil berkata
"Ayo keluar Tina, jangan membuat malu keluarga, kamu harus bisa menampilkan senyuman terbaik kamu, mengerti!!!"
Sentak Bude Yani kepada Kak Tina dan aku hanya menggelengkan kepala melihat tingkah lakunya tersebut. Aku mengikuti Kak Tina dari belakang kulihat Kak Tina mulai menyalami tangan sang suami lalu suami Kak Tina mencium kening Kak Tina, Kak Tina meneteskan airmata untuk kesekian kalinya dan kulihat Ayah pun tak kuasa menahan airmata nya.
"Nana tahu Yah kalau Kak Tina sangat berarti untuk Ayah dan Nana berharap kasih sayang Ayah ke Nana sebesar kasih sayang Ayah ke Kak Tina."
Ucapku dalam hati sambil melihat ke arah Ayah yang menghapus air matanya.
Semua berjalan sesuai rencana, acara resepsi pun telah terselenggara sedangkan Ayah melupakan janjinya kepada Ibu yang akan pulang kerumah tepat pukul 16.00 WIB, saat ini jam menunjukkan pukul 20.00 WIB secepat mungkin Ayah mengayuh sepeda ontelnya agar cepat sampai dirumah, aku yang merasa tidak enak hati tidak kuasa menahan sesak di dada aku tidak tahu apa penyebabnya yang aku tahu aku harus menangis saat itu juga.
Sesampainya di rumah.
"Assalamualaikum Sari, Mas pulang Sar,"
Suara anak kunci terdengar dan pintu pun terbuka bersamaan dengan suara yang menggelegar.
"Nana dan AndiMasuk ke kamar, Kamu!! Tetap di luar!!"
Ucap Ibu kepada Ayah sambil menunjukkan jari telunjuknya di hadapan Ayah dan seketika itu air mataku luruh.
"Ternyata ini yang membuat aku tidak tenang tadi, Ibu marah besar dan Ayah tidak boleh masuk rumah."
Ucapku dalam hati dan menghapus airmata yang mengalir di pipi.
salam kenal
terus semangat
jangan lupa mampir ya