DASAR, SUAMI DAN ISTRI SAMA-SAMA PEMBAWA SIAL!
Hinaan yang tak pernah henti disematkan pada Alana dan sang suami.
Entah masa lalu seperti apa yang terjadi pada keluarga sang suami, sampai-sampai mereka tega mengatai Alana dan Rama merupakan manusia pembawa sial.
Perselisihan yang kerap terjadi, akhirnya membuat Alana dan sang suami terpaksa angkat kaki dari rumah mertua.
Alana bertekad, akan mematahkan semua hinaan-hinaan yang mereka tuduhkan.
Dapatkah Alana membuktikan dan menunjukkan keberhasilannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon V E X A N A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PAM13
POV Alana
"Hah?! Ya ampun ... ya ampun, Maaaas!" Aku membaca sambil histeris.
"Ada apa, Yank? Kamu kok teriak-teriak begitu? Ada masalah apa?" Mas Rama tergopoh-gopoh menghampiriku di depan kamar tidur.
"Ada orderan dari Mbak Raya untuk ulang tahun Dio dua minggu lagi, dan juga dari ibu mertua Mbak Raya buat besok, Mas. Buat diicip katanya. Kalau cocok, akan ada pesanan untuk arisan kumpulan sosialitanya sabtu besok. Semoga aja cocok di lidah Bu Atmaja ya, Mas." Ku guncang-guncangkan lengan Mas Rama.
Aku senang sekali dengan orderan ini. Kalau cocok dilidah keluarga Mbak Raya, ada kemungkinanan kue-kueku akan lebih dikenal di kalangan yang lebih luas. Ibu mertua Mbak Raya itu, termasuk salah satu sosialita di kabupaten ini.
Bahagiaku double hari ini karena dapat berkah double pula. Semoga ini menjadi jalannya.
...****************...
Akhirnya Bu Atmaja jadi memesan konsumsi arisannya kepadaku. Aku harus menyiapkan kue suguhan dua macam, dan snack box isi empat macam untuk 30 orang.
Untuk makan besarnya, Bu Atmaja sudah memesan ke katering langganannya.
Aku bebas menentukan jenisnya. Jadi kupikir aku akan membuatkan pastel rogut dan kue soes buah.
Untuk makanan penutup acara ulang tahun keponakanku, ku siapkan puding buah dalam cup plastik dan brownies panggang mini topping keju.
Sementara snack box nya, aku akan membuatkan pie buah, putri ayu, lapis surabaya kismis potongan, risol mayo, semar mesem, dan pastel. Karena Mbak Raya pesan yang harga 15 ribu, tentu saja aku harus menyiapkan kue yang lebih mewah dari biasanya. Kemasannya pun kupilih kotak karton coklat dengan mika di atasnya supaya tampilannya mewah.
Dengan dibantu Mbak Niken, kusiapkan pesanan terbanyak pertama yang dipesan ke usaha kue ku ini. Aku harus menetapkan standar tinggi supaya pelangganku puas, terlepas masih saudara atau bukan. Besok sore jam 3 sudah harus diantar ke rumah Mbak Raya. Jadi harus kumulai sehari sebelumnya.
"Mbak Niken, hari ini kita buat puding buah, pie buah, brownies, lapis surabaya, risol dan pastel. Nanti minta tolong diisikan risol ama pastelnya terus disimpan di kulkas aja dulu ya, Mbak. Gorengnya besok aja sekalian kita buat putri ayu."
"Siap, Bos!" seru Mbak Niken dengan penuh semangat. "Syukurlah kamu dapat orderan banyak gini, Na. Semoga rutin begini, jadi aku juga kecipratan. Amiinn!"
"Amiin, Mbak. Semoga aja orderan ini buka jalan untuk usaha kue ku. Ini yang pesan kakak iparku, Mbak. Relasinya luas. Bu Atmaja, ibu mertuanya yang minggu kemarin pesan snack box itu kan temannya istri Bupati. Teman-teman arisannya itu ibu-ibu sosialita di kabupaten kita, Mbak."
"Ya ampun, iya toh? Jadi kue mu kemarin dimakan ama Ibu Bupati, Na?" Mbak Niken sampai melotot melihatku.
Aku terkekeh.
"Kalau ibu Bupati ikutan arisan sih mestinya iya makan ya. Pada doyan mbak. Meski harga kue kita murah, rasanya gak kalah dari bakery terkenal di kabupaten, kata Bu Atmaja. Kemarin di snack boxnya sudah kutempeli sticker yang ada no kontakku sih, Mbak. Buat promosi sekalian hehehehe."
"Haduh aku jadi gemeter, Na. Kudu ekstra hati-hati ini bikinnya."
"Ya gak usah gitu juga, Mbak. Siapa pun yang pesan, kita memang kudu ekstra hati-hati. Semua pembeli adalah raja kan, Mbak."
"Iya bener Na. Maapkeun khilaf, hehehehe." Mbak Niken menyengir bagai kuda.
Aku sudah menyelesaikan puding buah dan pie buahnya. Saat sedang mengeluarkan lapis surabaya tahap pertama dan di oven sudah masuk adonan tahap 2. Lapisnya kupakaikan loyang 10x20 supaya lebih mudah untuk dipotongi.
Kami makan malam bersama dengan mbak Niken dan Lika. Rencananya Mbak Niken dan Lika akan menginap di sini, tidur bersamaku di kamar, sementara Mas Rama tidur di ruang tamu.
Setelah makan malam, Mas Rama ikut membantu kami menyelesaikan pesanan. Mas Rama kebagian menata kue-kue yang harus dimasukkan ke kulkas, lalu melipat kotak kemasan serta menempelkan sticker label kue. Suamiku itu dibantu Lika. Lucu dan rajin sekali anak itu, dari tadi sibuk mondar mandir ke dapur tiap ada kue yang keluar dari oven. Tentu saja sudah ada jatah cicip untuknya.
"Yank, ternyata sudah punya merek toh? Sejak kapan ini? Perasaan kemarin-kemarin Mas lihat stickernya cuma bilang terima kasih dan nomor handphone aja. Bagus juga ini, Yank." Tanya Mas Rama sambil menyiapkan kotak-kotak kemasan.
"Sejak Bu Atmaja pesan, Mas. Biar terlihat elit hehehehe. Kebetulan sticker terima kasihnya sudah habis. Cocok kan, Mas? Kue Boenda."
"Cocok, Yank. Kalau bisa, nanti diurus halalnya, supaya makin yakin pelanggannya."
"Alana gak tahu gimana ngurusnya. Mas ada kenalan yang ngerti?"
"Coba nanti Mas nanya teman pabrik. Kayaknya kemarin ada yang habis ngurus halal untuk usaha bakso ibunya. Sana duduk dulu, Yank, jangan capek-capek."
"Iya, Mas, ini mau duduk kok." Jawabku sambil mengambil tempat di seberang Mas Rama.
Aku selonjoran sambil memotong lapis surabaya yang sudah didinginkan di rak. Kemudian membungkusnya dengan plastik, kemudian diselotip. Satu per satu kue pun jadi.
Lika sudah tertidur tak lama setelah mencicip kue lapis tadi. Mas Rama menggendongnya untuk dipindahkan ke kamar.
...****************...
Berawal dari pesanan untuk arisan dan ulang tahun Dio, selalu ada pesanan snack box dan dessert untuk suguhan acara, maupun untuk dikonsumsi internal keluarga.
Dalam seminggu selalu ada aja. Siang itu, saat aku baru selesai membuat 2 loyang pie buah untuk bu Nur, ada telepon yang masuk.
"Halo. Selamat siang."
"Selamat siang. Apa benar ini dengan Alana pemilik Kue Boenda?"
Wah, siapa ya?
*
*
akhirnya ya rama 😭