NovelToon NovelToon
Please! Don'T Be My Boyfriend

Please! Don'T Be My Boyfriend

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Cintamanis / Teen Angst / Cinta pada Pandangan Pertama / Idola sekolah
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Adzalziaah

"Ayo kita pacaran!" Ryan melontarkan kata-kata tak pernah kusangka.

"A-apa?" Aku tersentak kaget bukan main.

"Pacaran." Dengan santainya, dia mengulangi kata itu.

"Kita berdua?"

Ryan mengangguk sambil tersenyum padaku. Mimpi apa aku barusan? Ditembak oleh Ryan, murid terpopuler di sekolah ini. Dia adalah sosok laki-laki dambaan semua murid yang memiliki rupa setampan pangeran negeri dongeng. Rasanya aku mau melayang ke angkasa.

Padahal aku adalah seorang gadis biasa yang memiliki paras sangat buruk, tidak pandai merawat diri. Aku juga tidak menarik sama sekali di mata orang lain dan sering menjadi korban bully di sekolah. Bagaimana Ryan bisa tertarik padaku?

Tidak! Aku akan menolaknya dengan keras!!!

[update setiap hari 1-2 bab/hari]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adzalziaah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 | Darah

“Eh, Aura jelek, apa yang kamu makan itu? Makanan babi?” Suara sinis Isabela menusuk telingaku, tajam seperti jarum yang menembus kulit.

Jam istirahat baru saja tiba. Hiruk pikuk khas murid-murid yang bergegas keluar dari kelas memenuhi ruangan. Suara kursi berderak, obrolan ramai, dan langkah-langkah yang tergesa-gesa menjadi latar belakang saat aku duduk diam di bangku, mengeluarkan bekal dari kotak makan sederhana yang kubawa dari rumah.

Aku mengangkat kepalaku sedikit, menatapnya sebentar sebelum kembali menunduk, pura-pura sibuk dengan makananku. Tak ada gunanya meladeni. Semua orang di kelas tahu siapa Isabela. Dia adalah ratu drama, suka memanipulasi keadaan agar dirinya selalu terlihat unggul. Yang membuatku kesal adalah kenyataan bahwa tidak ada yang pernah berani melawan dia, entah karena takut atau malas berurusan.

“Jangan lupa, uang kas yang kamu curi itu harus dikembalikan sepuluh kali lipat,” lanjutnya dengan suara lantang, cukup keras untuk membuat semua orang di ruangan ini mendengar.

Aku menarik napas panjang, mencoba mengendalikan emosi yang bergejolak di dada. “Sudah aku bilang, bukan aku yang mengambilnya!” balasku, meskipun suaraku terdengar lebih lemah dari yang kuharapkan.

Isabela tertawa kecil, tawa yang terdengar lebih seperti ejekan. Tawanya memancing perhatian Vanesa, salah satu anteknya, untuk bergabung.

“Kalau bukan kamu, lalu siapa? Kenapa uang itu ada di tasmu?” Isabela melipat tangan di depan dada, nadanya penuh penekanan seperti seorang jaksa di ruang sidang.

Aku menggigit bibirku, menahan tangis yang hampir tumpah. Aku tidak tahu bagaimana uang itu bisa ada di tasku. Rasanya seperti jebakan, dan meskipun aku tahu aku tidak bersalah, siapa yang akan percaya padaku?

“Pencuri nggak akan pernah ngaku, kan?” kata Vanesa sambil menyeringai. Tatapan liciknya menambah rasa panas di mataku.

Aku menunduk lebih dalam. Dadaku sesak, udara terasa seperti tertahan di tenggorokanku. Rasanya semua mata di kelas ini memandangku dengan sorot yang sama, menghakimi diriku. Sebagian mungkin merasa kasihan, tapi mereka lebih memilih diam daripada harus berurusan dengan ratu drama.

“Eh, mau ke mana, pencuri?” Isabela kembali bersuara, suaranya seolah-olah mengejek sekaligus menantang.

Aku memilih untuk tidak menanggapi. Dengan langkah cepat, aku meraih kotak bekalku dan berjalan menuju pintu. Tanganku gemetar, tapi aku harus pergi dari sini, jauh dari tatapan mereka. Namun belum sampai beberapa langkah...

Bruk!

Aku tersandung sesuatu. Tidak tahu siapa yang sengaja menjulurkan kaki, tapi aku terjatuh. Kepalaku terbentur ke lantai yang keras. Sakitnya bukan main. Bekalku terpental, isinya berserakan di lantai, membuat perasaanku semakin hancur.

“Ups, maaf. Kayaknya kamu yang nggak hati-hati.” Suara Vanesa terdengar mencemooh dari belakangku.

Aku mencoba bangkit, tapi tubuhku gemetar dan mati rasa tersungkur di lantai. Kepalaku pusing, dan rasa malu menamparku tanpa ampun.

“Yah, sekarang tambah drama lagi. Aura si pencuri sekarang jadi Aura si ceroboh!” Isabela tertawa puas. Gelak tawanya diikuti beberapa murid lain yang jelas-jelas lebih memilih berpihak padanya.

Aku mendongak perlahan, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Dari sudut mataku, aku melihat Isabela menutup mulutnya, tertawa puas sambil menoleh ke arah Vanesa. “Rasakan itu, pencuri!” katanya dengan nada penuh kemenangan.

Tiba-tiba, pintu kelas terbuka lebar dengan suara keras. Suara langkah tergesa-gesa menggema, menarik perhatian semua orang di ruangan. Ryan muncul di ambang pintu, nafasnya sedikit tersengal, matanya langsung mencari-cari seseorang. Ketika pandangannya akhirnya bertemu denganku, ia tampak terkejut. Wajahnya berubah menjadi penuh kekhawatiran.

"A-Aura?!" serunya, suaranya terdengar panik, memecah suasana kelas yang sebelumnya diwarnai tawa sinis Isabela dan Vanesa.

Air mata yang sejak tadi kutahan akhirnya jatuh juga. Namun aku menahan air mataku kembali ketika aku merasakan sesuatu yang aneh. Tes, tes, tes. Apa ini? Bercak berwarna merah membasahi seragamku ketika aku berusaha untuk bangkit. Aku terduduk diam, tanganku refleks menyentuh hidung yang terasa hangat. Saat kutarik kembali, telapak tanganku dipenuhi warna merah.

“Darah?” bisikku pada diri sendiri.

Aku tertegun, mata terbelalak. Pandanganku mengarah ke seragamku yang kini penuh noda bercak merah.

Bekalku yang masih berserakan di lantai kini terlupakan. Aku berdiri dengan gemetar, mencoba mencari pijakan di dunia yang terasa berputar semakin cepat. Ryan berlari ke tempatku terjatuh, tetapi aku tidak menunggunya mendekat. Dengan sisa tenaga, aku melesat keluar kelas tanpa memedulikan tatapan terkejut teman-temanku.

“Aura!” Aku samar-samar mendengar suara Ryan memanggilku, tetapi semuanya seperti jauh dari telingaku, seperti tenggelam di antara dengungan suara di kepalaku.

...»»——⍟——««...

Aku terus berlari hingga tiba di toilet perempuan. Tanpa berpikir panjang, aku masuk dan segera berdiri di depan cermin. Hidungku masih mengeluarkan darah. Alirannya tidak berhenti, menetes dengan ritme yang mengganggu. Aku menyalakan keran wastafel, membiarkan air dingin mengalir deras sambil membasuh wajahku. Tapi darah itu terus keluar, bercampur dengan air yang mengalir ke saluran pembuangan, menciptakan pola-pola merah yang membuat perutku terasa mual.

“Mimisan?” gumamku pelan, mencoba menenangkan diri. Napasku terengah-engah, kepalaku pening, tetapi aku memaksakan diri untuk berdiri tegak.

Tok, tok, tok!

Suara ketukan di pintu toilet membuatku tersentak. Aku menoleh cepat ke arah pintu.

“Aura, kamu baik-baik saja?” Suara Ryan terdengar dari luar. Suaranya lembut dan juga penuh kekhawatiran.

Aku menarik napas, mencoba menjawab dengan tenang, tetapi suaraku terlalu lemah. “Iya…”

Aku kembali menatap cermin. Wajahku tampak kacau balau, putih pucat seperti kertas, rambutku berantakan, dan darah di sudut hidungku masih saja mengalir. Aku mulai merasa panik sekali.

“Aura, kalau ada apa-apa, bilang padaku, ya...” Suara Ryan terdengar lagi, lebih dekat kali ini, seperti dia sedang berdiri tepat di depan pintu.

Aku menggigit bibir, berusaha menahan air mata yang sudah menggenang lagi. Tetapi, rasa cemas itu tidak bisa lagi kubendung lebih lama. Dengan penuh keberanian, akhirnya aku memutuskan untuk memanggilnya.

“Ryan…” panggilku dengan suara lirih.

“Ya, Aura?” jawabnya cepat, seperti dia sudah menunggu dari tadi.

Aku menelan ludah, berusaha menenangkan diri meskipun suaraku tetap bergetar. “Darahnya… tidak mau berhenti…”

...»»——⍟——««...

1
Bianca Angelie
🤷🏻‍♀️Demi apa sii tor ? baca dari senyum² sendiri berakhir dengan taburan bawang.. baru mo sedikit seneng ehh.. 😭 meng'sad amat sii nasibmu Ra
(✊ cemunguuutt otor..!! selalu kutunggu up'nyaa..)
yanah~
Mampir kak 🤗
Kalimat Fiktif
pokoknya ini novel anak muda bangettt sukaaaa sekali akuu
Kalimat Fiktif
serasa inget pas jaman sekolahan dulu hehe karakter Ryan mewakili banget
miilieaa
nyicil beberapa bab dulu yaa kak/Drool/
Binay Aja
semangat nulisnya maaf bacanya maraton soalnya lagi ada kesibukan. insyaallah lain kali tak baca secara seksama
Cevineine
Semangat thorr, mampir2 yaa😁
Zanahhan226: Halo..
Aku membuat sebuah karya berjudul "TRUST ME" di MangaToon, mohon dukungannya ya!
total 1 replies
Anonymous
akhirnya yang ditunggu2
ADZAL ZIAH: iya ❤
total 1 replies
diann
kenapa novelnya selalu dimulai dari penolakan?
ADZAL ZIAH: he he he 😆
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!