Pertemuan antara lelaki bernama Saddam dengan perempuan bernama Ifah yang ternyata ibu kosnya Ifah adalah gurunya Saddam disaat SMA.
Ingin tau cerita lengkapnya, yuk simak novelnya Hani_Hany, menarik loh... jangan lupa like, komen, dan ajak para readers yang lain untuk membaca. yuks
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
"Ke rumah sakit SM saja dekat." usul ayah Putra saat mereka sudah berada di dalam mobil.
"Ke klinik BN saja yah, karena disitu dekat dan isteriku juga pernah periksa disana." sahut Saddam menengahi.
"Ok. Bismillah, semoga itu yang terbaik." batin Ifah, mobil pun melaju menuju Klinik bersalin BN.
"Kok sunyi Dam?" tanya ibu Setya sudah khawatir dan was was. Ini yang dibawa orang mau melahirkan pikirnya.
"Permisi, permisi." panggil Saddam turun dari mobil sambil mengetuk pintu Klinik. Saddam berbalik akan ke mobil.
"Panggil yang keras Dam, ini orang sudah mau melahirkan juga!" ujar ayah Putra bernada kesal. Klinik persalinan kok sepi, seharusnya bisa merespon cepat karena ini nyawa taruhannya, pikirnya!
"Permisi." panggil Saddam lagi, dia kembali mengetuk pintu lebih keras. Kemudian muncullah bidan yang berjaga malam.
"Maaf pak, kami sedang ada pasien jadi masih fokus di dalam." ujarnya tidak enak.
"Tolong isteri saya akan melahirkan bu bidan." ujar Saddam. Kemudian Ifah dan yang lain keluar dari mobil.
"Bawa masuk pak, kenapa baru dibawa kesini?" tanya bidan.
"Emang baru terasa sakit bu, tadi jam 12." jawab Ifah jujur, lalu dibimbing masuk kamar bersalin.
"Silahkan baring bu." bidan Jenifer biasa dipanggil Jeni. Kemudian Ifah baring di atas ranjang pasien dan menunggu ditangani. "Sebentar ya bu, karena bidan Olla sedang menangani pasien di sebelah." ujar bidan Jeni, Ifah hanya menganguk dan ditemani oleh ibu Setya. Sedangkan Saddam mengurus berkasnya dibagian resepsionis, Novi di luar bersama sang ayah atau di ruang tunggu.
"Coba buka sedikit kakinya bu supaya saya periksa." ujar bidan Olla ketika datang menangani Ifah. "Ok. Sudah pembukaan lima. Jeni tolong siapkan perlengkapan infus!" perintahnya lalu disediakan infus oleh Jeni dan dipasang oleh bidan Olla. "Minum dulu bu! Susah dicari ini yang mau disuntikkan infusnya!" perintahnya, kemudian Ifah minum air yang dibantu oleh Novi sang ipar.
Usai pemasangan infus, bidan Olla kembali menangani pasien sebelumnya yang ternyata dari Lamasi sejak kemarin siang pukul 14.00, baru akan melahirkan dini hari pukul 03.30 wita.
"Ssstt sakit de." ya Ifah ditemani sang ipar namanya Novi karena ibu mertua tidak kuat melihat menantunya kesakitan. Padahal sakit orang melahirkan karena kontraksi yang berarti normal karena sang bayi akan lahir untuk mencari jalan keluarnya!
"Sabar kak." hanya itu yang diucapkan oleh Novi.
"Kayaknya sudah ada yang keluar de." ujar Ifah lirih.
"Bu Bidan tolong kakak saya, dia mau melahirkan." panggil Novi.
"Sudah keluar kah air ketubannya? Kalau sudah keluar berarti sudah pecah." ujar bidan Olla santai dan masih serius menangani ibu yang melahirkan disebelah ranjang yang hanya dibatasi oleh tirai kain.
"Kesakitan mi kakak ku bu bidan." ujar Novi lagi.
"Belum itu." jawabnya enteng. Kedua kalinya Ifah memanggil dan itu harus segera ditangani. Kemudian bidan Olla mendekat setelah membersihkan bayi laki² disebelah tirai tersebut.
"Oh cepat juga ya!" gumamnya pelan yang masih didengar Ifah dan Novi. Dikasih pecah ketuban Ifah karena keluar masih mengembung seperti balon. Usai dipecahkan lalu dilakukan tindakan untuk mengeluarkan bayi. "Tunggu aba² dari saya bu, tarik nafas hembuskan! Kalau sudah waktunya baru boleh mengedan bu." ujar Bidan memberikan intruksi. "Gunakan nafas perut bu!" ujarnya lagi.
Usai siberikan aba², Ifah bersiap mengedan tapi karena pernafasan perut kurang pas akhirnya dirobek untuk jalan lahir si baby. Meski begitu semuanya berjalan lancar.
"Bayinya perempuan ya bu." ucap bidan Olla lalu dibersihkan dan ditimbang, serta diukur tinggi badannya. "Selamat bu. Silahkan bapaknya kalau mau mengadzan kan sekarang." ujarnya meletakkan bayi Ifah ke dalam box bayi.
"Terima kasih sayank, perjuanganmu luar biasa." Ifah hanya tersenyum dan mengangguk lalu dikecup kening Ifah dengan lembut oleh suami. Kemudian Saddam menuju box bayinya untuk diadzankan.
"Ibu hebat!" ujar bidan Olla sambil mengeluarkan ari² dari dalam perut Ifah. "Anak ke berapa bu?" tanyanya.
"Terima kasih sus. Anak pertama itu!" jawabnya singkat.
"Saya bidan ya bu!" peringatnya. "Meski anak pertama tapi prosesnya cepat juga. Tadi ibu datang ke sini jam 3.00 itu pun sudah pembukaan lima, sekarang tepat pukul 4.15 menit Putri ibu sudah lahir, jarang² yang begitu bu!" jelas bidan Olla.
"Maaf bu bid. Terima kasih sudah menolong kami, luar biasa! Pekerjaan ibu bidan tanpa balas jasa karena menolong nyawa kami! Dua rumah sakit tidak ada ruang bersalin yang kosong." jelas Ifah sendu mengingat tadi sebelumm melahirkan.
"Sama sama bu, itu sudah tugas kami sebagai bidan." jawabnya jujur dan mulai melakukan tugasnya menjahit jalan lahir si bayi supaya sempurna kembali.