penghianatan? kisah perjuangan? rasa sakit dari orang terdekat? seorang pria dari kalangan mahkluk abadi harus membangun kembali tiap menara pencapaiannya dari darah, keringat, dan air mata.
seorang yang dulunya di segani, terjatuh ke titik terendah hidupnya yang di mulai dari penghianatan orang-orang terdekatnya.
akankah long yi-chen melawan mimpi buruknya dan terus maju dengan identitas lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lang-ya 𓆉, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 (Familiar)
...༻𓆉༺...
Bai Yi-Chen telah sampai di depan air mancur raksasa itu, ketika sampai di sana dirinya sudah menjumpai adiknya dan pelayannya sudah menunggunya. Dan begitupula dengan Jiang-Yin dan Su Rong-Jing yang masih mengikuti Bai Yi-Chen.
Bai Yi-Chen kemudian langsung menghampiri Bai Qing-He daan Bai-Cuan lalu kemudian berbisik dengan pelan. “aku sedang di ikuti...., tapi kalian tenang saja. Bersikaplah seolah semuanya Baik-Baik saja....” bisik Bai Yi-Chen pada Bai-Cuan dan Bai Qing-He yang di balas anggukan dengan tatapan wajah yang serius.
Ketiganya terus berjalan dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, Bai Qing-He melihat pedagang kue dan langsung berlari ke arah pedagang itu dan di ikuti oleh Bai-Cuan dan Bai Yi-Chen di belakangnya.
“permisi bu..., berapa harga kue zaitun ini....?” tanya Bai Qing-He dengan sopan dan lembut pada penjual wanita yang menjual kue itu.
Penjual wanita itu menatap sedikit kebawah dengan senyum hangat. “kue zaitun.....? harga aslinya satu perak dapat tiga potong..., tapi untukmu akan aku beri dua potong lebih....” ujarnya.
Bai Qing-He dengan senyum manis yang menggantung di sudut bibirnya kemudian berkata. “benarkah.....? kalau begitu beri aku seharga sepuluh koin perak....!!!” tekannya dengan semangat yang menyala yang membuat kakinya sendiri tak bisa diam.
Bai Yi-Chen dan Bai-Cuan kemudian saling menatap. Bai-Cuan kemudian berbisik pada sang tuan. “tuan muda......, sejak kapan tuan muda kedua suka makan kue zaitun.....?” tanyanya yang sedikit heran karena tidak pernah melihat Bai Qing-He memakan kue.
Bai Yi-Chen kemudian menjawab. “aku sendiri tidak tahu...., aku sama sekali tidak tidak pernah melihatnya memakan kue...” balasnya yang menggelengkan kepala dengan perlahan.
Sementara itu dari kejauhan, tepatnya dia atas bangunan dua orang sedang mengamati mereka dan dua orang itu tidak lain adalah Su Rong-Jing dan Jiang-Yin.
Jiang-Yin kemudian menatap Su Rong-Jing yang membawa buku catatan dan pena. “cepat catat....., makanan kesukaan Bai Yi-Chen adalah kue zaitun.....” ujarnya.
“Baik.....” balas Su Rong-Jing yang langsung menulis di buku catatan kecil yang di bawanya.
Bai Qing-He yang selesai membeli kemudian berjalan berkeliling lagi dengan di temani Bai Yi-Chen di sebelah kanan dan Bai-Cuan di sebelah kiri.
Bai Yi-Chen menatap adiknya yang begitu sangat menikmati makanannya itu, dan kemudian berkata dengan rasa penasaran. “Qing-He..., sejak kapan kau suka memakan kue zaitun....? aku sama sekali tidak pernah melihatmu memakan kue zaitun di kediaman......?” tanya Bai Yi-Chen.
Bai Qing-He dengan mulut yang penuh kemudian berkata dengan mulut yang penuh. “oh itu...., bukankah ibu sering membuatnya....? oh benar juga...., aku lupa kalau kau selalu sibuk kultivasi bahkan tidak tahu apapun yang ibu buat....” balasnya dengan nada kesal dengan pipi mengembang penuh dengan makanan.
Bai Yi-Chen kemudian menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan berkata. “ibu bisa membuat kue zaitun........? aku baru tahu. Tapi kenapa kalian tidak mengundangku untuk makan....?” tanyanya kembali dengan niatan ingin memojokkan Bai Qing-He.
Bai Qing-He melirik sembari menyipitkan mata ke arah Bai Yi-Chen dan menjawab. “apanya yang tidak mengundang....? kau pikir aku tidak tahu kalau kau mau memojokkan ku...? sebenarnya aku selalu mengundangmu ke paviliun ibu dan ayah ketika ibu membuat kue zaitun..., selain itu tiap kali aku memanggilmu kau pasti akan terus berlatih atau berkultivasi. Bukan begitu kak Bai-Cuan......” balasnya panjang lebar yang tahu maksud sang kakak dan akhirnya menjawab apa adanya sembari menikmati kuenya dengan ekspresi acuh.
Bai-Cuan dan Bai Yi-Chen tertegun sesaat mendengar jawaban anak usia sepuluh tahun yang begitu fasih dalam bersilat lidah. Bai Yi-Chen kemudian berkata. “eh...., hehehe...., itu kan memang kebiasaan ku. Lain kali aku pasti akan menemani dirimu makan bersama Bai-Cuan...., benarkan Bai-Cuan....” ujar Bai Yi-Chen yang melirik ke arah Bai-Cuan dengan mata berkedip sebelah.
Bai-Cuan yang tahu kode sang tuan agar adik tuannya tidak marah kemudian langsung menjawab. “itu benar......, aku dan tuan muda pertama pasti akan menemanimu memakan kue zaitun itu kapanpun kau mau.....!!!” tegasnya dengan sangat lantang.
Bai Qing-He yang mendengarnya hanya memasang ekspresi tidak peduli dan berkata. “mudah di katakan namun sangat susah di lakukan...., lebih Baik jangan asal membuat janji tidak bisa menepati.....” balasnya yang seketika membuat Bai Yi-Chen dan Bai-Cuan saling menatap dan tertegun di tempat.
Kini mereka bertiga berjalan bersama dan fokus pada jalan. Sementara Jiang-Yin dan Su Rong-Jing terus mengikuti mereka dengan mengendap-endap dan tak jarang bersembunyi di balik benda atau samping sebuah bangunan. Namun percuma saja karena bia Yi-Chen sudah tahu bahwa mereka lah yang mengikuti dirinya.
Tak berselang lama saat Bai Yi-Chen, Bai-Cuan dan Bai Qing-He berjalan, pembungkus kue zaitun yang di pegang Bai Qing-He sobek oleh sebuah serangan anak panah. Bai Yi-Chen yang melihatnya langsung menyusun ancang-ancang siaga.
Namun ternyata, serangan anak panah itu berasal dari arah samping mereka di sebuah pertigaan. Di sana terlihat ada segerombolan orang yang berkumpul melihat apa yang terjadi.
“hahh....!, kacau...!, semua kue ku jatuh.....!!!” kesal Bai Qing-He yang duduk berjongkok dan memandang semua kue yang jatuh.
“tuan muda pertama......, apa yang terjadi di sana....?” tanya Bai-Cuan dengan tatapan serius.
Bai Yi-Chen kemudian berkata. “sepertinya ada yang bertarung...., ayo kita lihat.....” balas Bai Yi-Chen yang langsung menggandeng tangan adiknya berjalan bersama Bai-Cuan ke arah gerombolan orang itu.
Bai Qing-He yang melihat ke belakang tempat kuenya jatuh kemudian berkata. “tunggu...., bagaimana dengan camilanku itu.....?!!” tekannya yang kemudian menatap Bai Yi-Chen dengan raut wajah serius.
Bai Yi-Chen kemudian berkata. “diam lah kau...., kita akan beli lagi nanti. Sekarang kita harus melihat apa yang terjadi di sini....” balasnya pada Bai Qing-He namun tetap menatap lurus ke depan.
Bai Qing-He kemudian berkata. “Baiklah.., aku juga mau tahu siapa yang sudah membuat makananku berserakan di jalan....” ujarnya dengan nada kesal.
Mereka kemudian berjalan ke arah gerombolan tiap orang itu dan mengambil tempat paling depan. Di sana mereka melihat dua kultivator wanita yaang sedang bertarung dengan sengit. Wanita pertama menggunakan setelan hanfu merah dengan hanfu dalam putih dengan rambut yang di sanggul dan berkibar di balik punggung dengan elegan dengan beberapa tusuk konde berbentuk phoenix serta membawa pedang di tangan kanannya dan menggunakan cadar merah bermotif bunga emas. sementara yang satunya lagi adalah wanita berhanfu biru dengan rok hanfu dalam berwarna hijau gelap yang bertarung dengan sanggul bertusuk konde ukiran bulu merak dari emas serta menggunakan panah sebagai senjata.
“ling-shu....., hentikan pertarungan ini. Dimana martabatmu dan etikamu sebagai seorang putri pertama kekaisaran merak langit....?” ujar wanita pertama pada wanita yang di sebutnya ling-shu yang menggunakan hanfu biru.
Wanita klan merak bernama ling-shu itu kemudian berkata. “apa aku peduli....? ini adalah pertarungan antara kita dua putri...., kenapa kau sangat peduli dengan etika Huo-Yin’er.....?” balas ling-shu.
Di sisi lain, Bai Qing-He kemudian berkata. “ternyata orang itu yang membuat makananku jatuh.......” ujar Bai Qing-He.
“diam lah dan kecilkan suaramu..., jangan sampai ada yang tersinggung......” balas Bai Yi-Chen.
Wanita berhanfu merah yang bernama Huo-Yin’er kemudian membalas perkataan dari ling-shu. “tindakanmu ini sangatlah arogan ling-shu...., semua serangan yang kau keluarkan bisa saya melukai orang lain yang tak ada sangkutannya dengan masalah kita....!!!” balas Huo-Yin’er.
“diam....!!!” tekan ling-shu dengan amarah yang membara.
“semua kejadian ini adalah karena mu....!!!, pada perjamuan kekaisaran besar dari klan unggas..., kaulah yang mendapat semua perhatian ari para tamu dan kaisar hanya dengan tarian pedangmu itu. Sedangkan aku yang menari dengan indah bahkan tidak di lirik sama sekali.....!!!” tambahnya.
Huo-Yin’er kemudian mengernyitkan dahi dengan tatapan serius. “kau iri padaku...? tarian pedang itu hanya asal aku buat..., dengan jiwa perang ku ini bagaimana bisa aku menari sepertimu...?” balasnya.
“jangan banyak bicara.....!!!” tekan ling-shu yang langsung menembakkan panah di saat Huo-Yin’er tidak siap.
Panah spiritual yang terlihat seperti kaca tajam itu melesat dengan cepat ke arah Huo-Yin’er. Huo-Yin’er yang sudah tidak sempat menghindar kemudian menutup matanya dan mengeluarkan mata dengan api yang menyala.
“ling-shu...., kau telah bermain api denganku. Kau jangan sampai lupa dengan bentuk wujud rohku........!!! hari ini akan aku tunjukan tarian api yang sesungguhnya...!!! teknik kultivasi.....!!! wujud asli phoenix murni....!!!” tekan Huo-Yin’er yang berubah menjadi Phoenix.
Disisi lain, Bai Yi-Chen mendapatkan pesan batin dari sang guru. “(Yi-Chen...., aku merasakan energi yang familiar....)” ujar Long Yi-Chen dari telepati.
Bai Yi-Chen kemudian menjawab sang guru melalui telepati. “(aku juga merasakan hal yang sama guru...., mungkinkah putri dari kekaisaran api ini adalah reinkarnasi wu ling-yi....?)” balasnya pada sang guru.
“(selidiki...)” titah Long Yi-Chen yang kemudian langsung menutup pembicaraan mereka.
Ling-shu yang melihat wujud phoenix murni kemudian berkeringat karena kepanasan. “kau pikir aku tidak berani melawan mu...?!! biarpun phoenix adalah raja unggas..., aku tidak akan takut....!!! teknik kultivasi....!!! wujud asli merak putih...!!!” tekan ling-shu yang berubah menjadi burung merak putih dan menembakan bulu tajam ke arah Huo-Yin’er.
Namun sayang serangan itu tidak mempan sama sekali. Tiap serangan yang di luncurkan ling-shu terbakar oleh api phoenix. “bahkan dalam wujud manusia aku bisa membakar satu sekte..., apalagi dirimu yang hanya satu orang....” sarkas Huo-Yin’er yang kemudian berubah menjadi manusia dan turun berpijak kembali pada tanah begitu pula ling-shu yang kepanasan.
Huo-Yin’er kemudian berbalik arah membelakangi ling-shu dan berkata. “lain kali jangan pernah mengungkit masalah yang sangat ke kekanak-kanakan ini....” ujarnya.
Namun ling-shu yang tak terima kemudian menarik panahnya yang menghasilkan panah spiritual dan di arahkannya pada huo yin’er yang tengah berjalan.
“ting.....!!!” suara benturan dari benda yang sama-sama keras terdengar dari pedang kaisar abadi dan serangan ling-shu yang membuat Huo-Yin’er menoleh.
Tepat di depan matanya dia melihat sosok Bai Yi-Chen yang melindungi dirinya. Bai Yi-Chen tiba-tiba mengeluarkan rasa bersalah dan penebusan dalam hatinya, lalu mengatakan sesuatu pada ling-shu. “hanya seorang pengecut lah yang berani menyerang dari belakang. Tindakanmu ini sangat tidak mencerminkan sikap seorang putri ataupun penguasa.....” sarkas Bai Yi-Chen.
Ling-shu yang mendengarnya kemudian merasa marah sekaligus malu. “kau....!!! beraninya kau memperlakukanku.....!!!” tekan ling-shu dengan amarah yang membara.
Huo-Yin’er kemudian menyela. “yang di katakan tuan muda ini benar.....!!!,kau sangat tidak mencerminkan harkat martabat seorang putri yang menyerang dari belakang....!!!” timpal Huo-Yin’er.
Bai Yi-Chen kemudian menatap Huo-Yin’er dan berkata. “putri pertama kekaisaran api..., ini adalah urusan kalian yang harus kalian selesaikan sendiri..., aku pamit...” pamit Bai Yi-Chen yang kemudian menyatukan dua tangannya.
Barisan gerombolan semua orang itu kemudian terbuka, Bai Yi-Chen terus berjalan yang kemudian di ikuti oleh Bai-Cuan dan Bai Qing-He. Entah mengapa, dalam hati Huo-Yin’er sepertinya pernah bertemu dengan orang itu namun tak ia ketahui jelas kebenarannya.
Kini semua orang bubar begitu pula ling-shu dengan raut wajah marahnya yang berjalan pergi. Kini di jalan itu hanya tersisa Huo-Yin’er. Huo-Yin’er kemudian memanggil datang seseorang. “Huo-Yao..., berhenti bersembunyi....” titahnya.
Kemudian dari udara turun seorang wanita berhanfu hitam dengan sanggul rambut di ikat sepenuhnya ke atas kepala dengan mahkota pengikat yang sederhana. “tugas apa yang harus ku lakukan putri pertama.....?” tanya wanita itu yang membungkuk.
Huo-Yin’er kemudian menatap punggung Bai Yi-Chen yang berada jauh di depannya dan berkata. “kau lihat pria yang melindungi ku tadi...? selidiki identitasnya....” titah Huo-Yin’er.
“sepertinya tidak perlu...., aku sudah memesan penginapan untuk kita. Lalu tanpa sengaja aku bertemu dengan satu anak di belakangnya dan pria berhanfu hitam itu...., aku juga mendengar jelas atas nama siapa tiga kamar itu di pesan...” balas Huo-Yao.
Huo-Yin’er kemudian langsung menatap Huo-Yao dan bertanya. “siapa dia......?” tanyanya.
“tuan muda pertama keluarga Bai dari kekaisaran awan adalah orang yang melindungi mu..., anak kecil di belakangnya adalah adiknya Bai Qing-He...., dan pria berhanfu hitam itu adalah pelayan pribadi Bai Yi-Chen yaitu Bai-Cuan....” jelasnya dengan yakin.
Huo-Yin’er kemudian berkata. “kalau begitu tunjukan penginapannya..., aku ingin bertemu dengannya...” ujarnya singkat.
Beberapa jam berlalu, dan hari kini sudah sore. Bai Yi-Chen, Bai-Cuan, dan Bai Qing-He kini berada di penginapan. Di sana mereka hanya memesan dua kamar, satu di tempati oleh Bai-Cuan, dan satu di tempati Bai Yi-Chen dan Bai Qing-He.
“Qing-He...., kenapa kau tidak memesan kamar sendiri......?” tanya Bai Yi-Chen dengan sedikit kesal.
“kakak..., apa kau tega membiarkanku tidur sendiri....? aku masih takut dengan kejadian semalam....” rengeknya.
Kini Bai Qing-He naik di atas ranjang yang besar dan lebar yang cukup untuk dua orang. Sementara Bai Yi-Chen duduk di lantai dan menyerap energi spiritual untuk masuk ke dalam kesadaran spiritual.
“kau datang....?” ujar Long Yi-Chen.
Bai Yi-Chen kemudian menjawab. “iya...., aura familiar yang kita rasakan berasal dari putri pertama kekaisaran api yaitu Huo-Yin’er...., selain itu aku ingin bicara sesuatu pada guru......” pinta Bai Yi-Chen.
Long Yi-Chen kemudian bertanya. “tentang apa...........?” tanyanya singkat.
Bai Yi-Chen kemudian menjelaskan maksud kedatangannya. “aku kesini untuk menanyakan tentang penyatuan jiwa..., aku rasa ini sangatlah di butuhkan. Guru ingat terobosan ku semalam...? pasti akan selalu ada ilusi kehidupan sebelumnya ketika aku naik tingkat. Dan karena ini lah aku ingin meminta guru untuk segera melakukan penyatuan jiwa.........” jawabnya.
Long Yi-Chen kemudian menggelengkan kepala dan berkata. “dengan tingkat ranah ini kau belum sanggup...., tapi jika ada kekuatan luar yang membantu mengaliri energi spiritual ketika proses itu terjadi maka kita akan berhasil. Syaratnya adalah orang itu adalah orang dengan tingkat ranah yang sama dengan dirimu, yaitu ranah prajurit spiritual tingkat dua budidaya menengah.....” ujarnya.
“Baiklah jika begitu...., aku pasti akan menemukan orang itu.......” balas Bai Yi-Chen dengan yakin
keren!