Demi menyekolahkan dang adik ke jenjang yang lebih tinggi, Cahaya rela merantau ke kota menjadi pembantu sekaligus pengasuh untuk seorang anak kecil yang memiliki luka batin. Untuk menaklukkan anak kecil yang keras kepala sekaligus nakal, Cahaya harus ekstra sabar dan memutar otak untuk mendapatkan hatinya.
Namun, siapa sangka. Sang majikan menaruh hati padanya, akan tetapi tidak mudah bagi mereka berdua bila ingin bersatu, ada tembok penghalang yang tinggi dan juga jalanan terjal serta berliku yang harus mereka lewati.
akankah majikannya berhasil mewujudkan cintanya dan membangunnya? ataukah pupus karena begitu besar rintangannya? simak yuk, guys ceritanya... !
Happy reading 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketakutan Bima
Cahaya diantarkan menuju kediaman Sagara, sementara Sagara sendiri pergi ke perusahaan milik ibunya. Aliando dan Matheo berpamitan begitu Cahaya sudah turun dari dalam mobil.
Masuk ke dalam rumah, Cahaya mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Bima. Tetapi, netranya tak menemukan sosok Bima yang biasanya berlarian atau pun memainkan mainannya di sekitar ruang keluarga.
"Bi Nur, Den Bima kemana ya?" Tanya Cahaya pada Bi Nur.
"Alhamdulillah, akhirnya Neng Yaya teh udah pulang. Den Bima ke kamarnya, katanya bosen gak ada temen main. Tahu sendiri kan kalau main sama Den Bima itu lawannya harus setara, saya mah kewalahan neng." Bi Nur senang sekali saat melihat kedatangan Cahaya, akhirnya ia bisa mengembalikan kembali tanggung jawab Bima pada pawangnya.
"Bi Nur mah berlebihan, yaudah deh aku naik dulu ke atas ya." Ucap Cahaya.
Bi Nur mempersilahkan Cahaya pergi, ia kembali beraktifitas dengan pekerjaannya. Cahaya menaiki lantai atas tanpa mengganti kebayanya, dia mengetuk pintu begitu sampai di depan pintu kamar Bima.
Tok... Tok...
"Den Bima." Panggil Cahaya dari luar.
Tidak ada sahutan dari dalam, Cahaya membuka pintu kamar Bima dan mengintip ke dalam untuk memastikan apakah Bima benar ada di kamarnya atau tidak. Rupanya Bima tak bisa mendengarnya karena sedang memakai earphone, Cahaya masuk ke dalam kamar menghampiri Bima yang terlihat sangat fokus dengan laptop di tangannya.
"Den Bima, lagi ngapain?" Tanya Cahaya sambil menepuk bahu Bima.
Bima sontak membalikkan tubuhnya sambil melepas earphonenya, ia bangkit dari duduknya dan segera berdiri menubruk tubuh Cahaya yang tengah berdiri di samping kasurnya.
"Mbak, aku gak mau pisah dari Papa.. Hikss... Aku gak mau...!" Tiba-tiba saja Bima terisak membuat Cahaya bingung, kata-kata yang keluar dari dalam mulut Bima mengundang rasa penasaran Cahaya.
"Tenang dulu ya, Den. Kalau sudah tenang Den Bima boleh ceritakan semuanya, mbak gak paham sama maksud Den Bima ini." Ucap Cahaya berusaha menenangkan Bima.
Cahaya mengarahkan Bima untuk mengatur nafasnya, setelah benar-benar tenang Bima di bawa duduk di tepi ranjang.
"Siap cerita?" Tanya Cahaya dengan suara lemah lembut.
Bima menganggukkan kepalanya, dia merangkak untuk mengambil laptopnya dan memperlihatkan sesuatu yang merupakan penyebab Bima menangis.
Cahaya membaca dari atas sampai bawah, bahkan ada percakapan suami Relia dengan salah satu temannya yang sudah berhasil Bima hack. Cahaya membulatkan matanya, ia menatap Bima yang kembali berkaca-kaca.
"Gak akan...! Gak akan mbak biarin mereka pisahkan kamu sama Tuan Sagara, enak aja." Kesal Cahaya.
Cahaya memeluk tubuh Bima, dia sudah sangat sayang pada anak asuhnya dan tak akan ia biarkan Bima pergi begitu saja.
"Kenapa kamu gak masuk saja ke room chatnya, biar kamu provokasi mereka." Saran Cahaya.
"Itu bukan ide yang baik, Mbak. Nanti malah ketahuan kalau ada yang pantau mereka dari jauh." Ucap Bima.
"Kamu tenang saja, mbak pastikan kamu akan tetap disini dan gak akan pernah ada satu orang pun yang bakal berani usik kamu. Kalau Papa kamu tahu, dia pasti bakalan murka banget, Den." Ucap Cahaya.
"Menurut mbak gimana? Apa kita harus kasih tahu Papa." Tanya Bima.
"Nanti kita pertimbangkan, kasihan Papa kamu sekarang lagi pusing." Jawab Cahaya.
Bima sangat ketakutan, dia tidak tahu kemana jalan pikir ibunya yang di sebut ibu kandung. Entah alasan apa yang mendasari ibunya ingin memisahkan dirinya dengan ayahnya, sampai kapanpun Bima tak ingin jauh dari Sagara yang sudah merawatnya sampai detik ini. Ibunya bahkan rela meninggalkannya demi kehidupan baru, hidup bersama keluarga barunya yang selalu terlihat cemara.
kalau gara tau dia ditipu selama ini gimana rasanya ya. gara masih tulus mengingat relia , menyimpan namanya penuh kasih dihatinya, ngga tau aja dia 😄, dia sudah di tipu
relia sekeluarga relia bahagia dengan suami barunya.