Bercerita tentang seorang anak yang bernama mugi yang terlahir sebagai rakyat jelata dan menjadi seseorang penyihir hebat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muchlis sahaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menuju ibu kota.
Beberapa hari pun berlalu, kepala desa menerima surat dari ibu kota yang menyatakan bahwa induk dari sekolah sihir Sendai Tatsuno memerintahkan seluruh murid yang masih hidup untuk pergi ke ibu kota dan bersekolah di sana. Perintah tersebut disampaikan langsung oleh kepala desa kepada para siswa.
Mugi yang mengetahui hal itu segera menemui Melly di tempat tinggalnya. Sesampainya di sana, Mugi berkata, "Guru, apa guru Melly sudah mengetahuinya?"
Melly, yang masih bingung, membalas, "Apa? Aku belum mengetahuinya."
Mugi sedikit tersenyum dan menjelaskan, "Induk dari sekolah sihir Sendai Tatsuno memberikan perintah. Murid-murid yang masih hidup di kejadian itu diharapkan pergi ke ibu kota untuk bersekolah di sana."
Melly terkejut mendengar berita itu. "Bagaimana bisa? Kenapa mereka tidak menurunkan biaya perbaikan sekolah?"
Mugi, yang sedikit bingung, bertanya, "Biaya perbaikan sekolah?"
Melly menjawab dengan tenang, "Iya, dahulu saat sekolah ini hancur, biaya perbaikan dikirim oleh pihak ibukota. Gubernur di sana juga sudah mengesahkan bahwa jika terjadi tragedi yang tidak menyenangkan lagi, mereka akan mengirim biaya perbaikan. Aku merasa ada yang tidak beres."
Mugi berpikir sejenak, lalu berkata, "Aku tidak tahu pasti, guru, tapi serahkan saja itu kepadaku."
Melly tersenyum mendengar perkataan Mugi. "Baiklah, aku harus pergi."
Melly pun menanyakan, "Kita bisa bertemu lagi kan?"
Mugi mendekati Melly dan menjawab, "Iya, kita pasti bertemu lagi."
Melly langsung memeluk Mugi dan berkata, "Pasti ya, pastikan itu ya. Jaga diri baik-baik, kamu akan kembali?"
Mugi pun juga memeluk Melly, "Pasti, itu pasti. Aku akan kembali."
Beberapa hari setelah itu, Mugi, Chaerin, dan beberapa siswa dari Sendai Tatsuno berkumpul di stasiun kereta menunggu kereta untuk mengantar mereka ke ibu kota. Mugi berkata dengan mata yang lesu, "Lama sekali."
Chaerin langsung membalas, "Tunggulah sebentar lagi."
Tak lama kemudian, kereta pun tiba. Seluruh siswa memasuki kereta tersebut. Mugi duduk di samping Chaerin, kakaknya. Saat kereta berjalan, Chaerin bersandar di bahu Mugi, mengingat kembali saat kalah melawan Keter. Dengan mata sayu, Chaerin bertanya, "Mugi, apa kamu tahu tentang Keter?"
Mugi menoleh kepada Chaerin dan menjawab, "Orang yang sudah menghancurkan sekolah, bukan? Ada apa dengan dia?"
Chaerin menjawab, "Dia sangat kuat, bahkan aku tidak bisa mengalahkan-nya."
Mugi menarik napas panjang dan membalas, "Dia memang kuat. Bahkan aku juga mungkin tidak bisa mengalahkan-nya."
Chaerin tidak membalas, dan saat itu dia pun tertidur di dalam kereta.
Di sisi lain, seorang mafia dari ibu kota sedang berbaring di sebuah kursi sambil memegang koran yang memberitakan tentang penyerangan sekolah sihir Sendai Tatsuno. Dia berkata, "Nama organisasi-nya Black Number ya. Sepertinya akan menarik jika aku bertarung dengan mereka." Dia menggenggam koran tersebut dengan erat.
Lima jam perjalanan berlalu, akhirnya Mugi dan seluruh siswa sekolah Sendai Tatsuno pun sampai di ibu kota. Mugi begitu kagum melihat ibu kota yang besar. "Wahhh, besar sekali bangunan-bangunan di sini! Aku mau jalan-jalan dulu!!"
Chaerin, yang melihat adiknya ingin pergi, langsung menarik kerah baju Mugi dan berkata, "Ayo sini! Kita harus menuju apartemen penginapan kita. Kamu jangan kemana-mana."
Mugi hanya bisa berdiam diri saat Chaerin menariknya. "Kalau tidak begini, kamu pasti akan nyasar kan?" Chaerin menambahkan.
Mugi dengan ekspresi datarnya membalas, "Tidak akan."
Seketika itu, perdebatan pun terjadi.
"Akan nyasar."
"Tidak akan."
"Pasti bakalan nyasar."
"Tidak akan."
Setelah cukup lama berdebat, Chaerin melihat ke arah toko roti. Dia melepas kerah baju Mugi dan berkata, "Diam lah di sini, jangan kemana-mana. Aku akan kembali."
Mugi menjawab dengan ekspresi datarnya, "Iya, iya."
Setelah Chaerin cukup jauh, Mugi langsung berlari untuk melihat-lihat ibu kota, berteriak, "Wahhh, besar sekali!!"
Malam hari pun hampir tiba. Mugi hanya berdiri di pinggir jalan memakan sebuah roti sambil berkata, "Beneran nyasar."
Mugi berjalan kembali untuk mencari kakaknya, melihat sebuah toko buku. Dia menghampiri toko tersebut sambil berkata, "Apa ada buku yang bagus ya buat dibaca?"
Mugi melihat-lihat buku-buku tersebut sambil membaca judulnya. "Adi di Sapa Jawir, Keluarga Tomat, Si Jaki, Pertarungan Buaya, School of Magic in S...., ah, aku tidak bisa baca."
Setelah itu, Mugi meninggalkan toko buku tersebut dan berjalan kembali.
Di sisi lain, terjadi sebuah perampokan di sebuah toko. Chaerin yang melihat kejadian itu dengan cepat mengejar perampok tersebut dan menendang kepalanya.
Namun, perampok tersebut tidaklah sendiri. Chaerin dikepung oleh para perampok. Salah satu dari mereka berkata, "Wah wah, ada wanita cantik di tengah malam begini."
Chaerin memasang kuda-kuda, siap menyerang, "Maju kalian semua!!"
Para perampok pun menyerang Chaerin, tetapi dia berhasil menghabisi mereka satu per satu. Namun, ada satu perampok yang ingin menghajar Chaerin. Dengan cepat, Chaerin menangkap tangan perampok tersebut dan membantingnya. Perampok itu, dengan gemetar, berkata, "Apa aku mati? Apa aku mati?"
Perampok itu menghela nafas panjang, "Syukurlah, aku terselamat..."
Secara tiba-tiba, dari arah belakang perampok itu, Chaerin bertanya, "Kau! Apa kau melihat anak laki-laki berambut hitam?"
Perampok itu terkejut dan hanya bisa terdiam. Namun, secara tiba-tiba, dari arah belakang Chaerin, dia dipukul oleh salah satu teman perampok itu. Seketika itu, Chaerin pun pingsan dan dibawa ke lorong gelap.
Dari kejauhan, Mugi melihat kejadian itu dan berkata, "Bagus, bagus sekali. Ini saatnya." Mugi pun tersenyum sinis.
Chaerin yang kedua tangannya diikat ke dinding, saat sadar tidak bisa bergerak sama sekali. Melihat Chaerin yang sudah tersadar, salah satu perampok mendekatinya dan berkata, "Wah, si manis sudah terbangun."
Perampok tersebut memegang dagu Chaerin dan mengangkatnya ke atas.
Chaerin menatap tajam perampok tersebut dan berkata, "Lepaskan aku!!"
Perampok itu hanya tertawa. Tidak lama setelah itu, Keter turun dari atap, menyaksikan kejadian itu. Seluruh perampok terkejut melihat sosok Keter.
Keter mengucapkan sebuah syair, "Mawar yang mekar di langit, dikelilingi oleh kalelawar yang berterbangan, serbuk cahaya yang menyinari bumi, semuanya terlihat langka."
Keter melihat ke arah para perampok dan berkata, "Namun, semuanya jelek sekali."