Amara Calista seorang gadis berbadan bongsor, yang mempunyai hobi main basket, jatuh cinta pada seniornya yang bernama Altaf Alfarizi. Altaf yang mempunyai banyak fans, awalnya hanya memandang sebelah mata pada Amara. Amara berusaha sungguh-sungguh untuk merubah penampilannya demi mendapatkan hati Altaf. Dan dengan kekuasaan sang papa Amara bisa mendapatkan Altaf melalui sebuah perjodohan. Namun sebuah musibah membuat Amara pupus harapan dan memilih berpisah dengan sang suami tercinta. Bagaimana kisah cinta Amara dan Altaf? Ikuti kisah lengkapnya dalam "Asmara Ke Dua".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsia Niqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lupa
Senin pagi Altaf dan Ara bersiap pergi ke kampus setelah satu minggu cuti. Sarapan sudah disiapkan Ara dan mbok Siti. Di meja ada berbagai menu. Yang membuat mbok Siti heran Ara tak pernah makan nasi apalagi nasi goreng. Hanya sayur dan buah atau ubi rebus dan jagung rebus.
"Non Ara, non Ara kan badannya udah bagus kenapa menjaga banget nggak mau sarapan nasi?" Tanya mbok Siti.
"Ya karna menjaga itu lebih sulit dari pada menurunkan mbok, Ara makan nasi siang aja, itupun nggak banyak, lauknya juga nggak boleh yang terlalu berlemak."
"Apa non nggak kepingin makan makanan yang enak?" Tanya mbok Siti semakin penasaran.
"Ya kalau Ara pingin banget Ara tetep makan kok mbok."
"Apa nggak kesiksa non kayak gitu, kan non duitnya banyak, den Altaf pun sayang sama non, mau makan apa aja kesampaian, minta apa aja pasti dikasih!"
"Ya hidup kan bukan untuk makan doang mbok, kita harus jaga kesehatan juga. Dan yang penting jaga penampilan, biar disayang suami." Ara membisikkan kata itu ditelinga mbok Siti lalu tersenyum.
"Den Al kan emang udah sayang banget sama non Ara!"
"Ehem......ehem.....emak-emak tolong ya,
pagi-pagi jangan gibah!" Kata Altaf yang turun tangga masih dengan celana pendeknya.
"Den, kalau mbok emang emak-emak, udah nenek-nenek malah, tapi non Ara kan masih muda, bening cling lagi!" Kata mbok Siti membela Ara.
"Masa sih mbok, apa nggak semua wanita itu bisa dipanggil emak?" Tanya Altaf sengaja memancing reaksi sang istri.
"Biarin aja mbok, kak Al ngomong sesuka hatinya, biar dia bahagia!" Kata Ara dengan wajah masamnya.
"Tapi bener lho den, non Ara bening banget, keluar rumah bentar aja auto disamber orang!" Kata mbok Siti lagi, Altaf
mengerutkan keningnya memikirkan sesuatu.
"Coba aja berani deketin istri gua, tamat riwayatnya mbok!" Kata Altaf dalam hati tentunya.
"Udah mbok nggak usah ngomong gitu ke kak Al, Ara digondol maling juga dia nggak peduli kok!" Kata Ara dan... mak...
PLETAK......
Satu jitakan, jitakan sayang mendarat di kening Ara.
"Kalau ngomong jangan asal, mau kakak di pecat jadi mantu sama papa David?!" Tanya Altaf kesal pada sang istri.
"Kan kakak yang yang ngomongnya asal. Masa Ara dibilang emak-emak?" Kata Ara manja. Dan.....
PLUKKKKK
Sentilan Altaf mendarat di hidung mancung Ara, melihat hat itu mbok Siti tersenyum malu, lalu pamit meninggalkan pasangan random itu sarapan.
"Kali-kali sarapan nasi nggak papa Ra, takutnya Rara kurang gizi!" Kata Altaf santai.
"Nggak, Ara udah biasa makan begini, udah merasa nikmat kok makan ini."
"Ya kan kakak kerja cari duit biar Rara bisa makan enak, ini malah diet, sesat nggak sih?"
"Ya nggak lah, ini kan yang Ara mau, yang penting Ara suka dan nyaman. Udah kakak nggak usah bahas makanan Ara. Kakak juga harus jaga pola makan biar sehat!"
"Iya tuan putri!" Jawab Altaf singkat sukses membuat Ara salting.
"Ya udah yok siap-siap, hari ini kita ke kampus!" Kata Altaf singkat dan langsung berdiri menggandeng Ara ke kamar.
"Ini baju kakak!" Kata Ara sambil memberikan pakaian yang harus dipakai sang suami hari ini.
"Ra, jangan cantik-cantik ke kampus, kayak dulu aja pakaiannya!"
"Loh kenapa, kan Ara udah berubah, sekarang jadi istri yang feminim."
"Ya tapi nggak usah dandan, kayak biasanya aja!"
"Kakak nih kenapa sih, nggak suka lihat istrinya cantik, apa takut keluar modal buat perawatan Ara sama beli skincare?" Tanya Ara kesal.
"Bukan Rara, di kampus tuh bukan tempat fashion show, jadi berpakaian dan dandan sewajarnya aja!"
"Ara juga sewajarnya kak! Mana ada aneh-aneh." Kata Ara yang sudah bersiap dengan rok jeans biru tua dengan kemeja putih dimasukan ke dalam rok. Rambut Ara dibiarkan terurai.
"Ini harus diikat, kalau kayak gini bisa ganggu belajar nanti!" Kata Altaf yang langsung menyisir rambut sang istri dan membuat kuncir kuda.
"Nah, kalau katak gini kan nggak gerah!" Katanya setelah kuncir kuda nya jadi.
"Kamu nggak boleh cantik dipandang orang lain Ra, kakak cemburu. Cantik mu hanya untuk kakak!" Kata Altaf dalam hati lalu tersenyum memandang sang istri.
"Udah yuk berangkat!" Kata Ara dengan tas kulit cantik di pundaknya, Ara nampak feminim.
Sampai di kampus Ara melihat cermin mobil mamastikan riasan wajah dan rambutnya masih rapi.
"Udah, nggak usah lihat cermin terus, bisa pecah nanti cerminnya!" Kata Altaf kesal dengan sang istri.
"Pecah ya tinggal beli lagi, gampang kan?" Kata Ara sambil tersenyum manis memamerkan gigi kelincinya yang putih.
"Baik nggak usah di pasang cermin sekalian Ra, biar nggak bikin ribet!" Jawab Altaf enteng sambil tangannya meraih pintu hendak keluar.
"Ehhhhh....ehhhhh gunggu! Salim dulu!" Kata Ara spontan.
"Hah ....!" Altaf malah bengong.
"Kakak lupa Ara istrinya kakak? Salim dulu dong!" Kata Ara lagi dan Altaf menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ara mencium tangan sang suami dengan takzim.
"Kak, kok diem aja, kakak nggak mau nyium Ara?" Kata Ara kesal. Dan Altaf melotot seperti baru sadar.
"Iya ya kita udah nikah, lupa kirain masih temen kayak dulu!" Jawab Altaf semakin membuat Ara kesal.
"Hih kakak emang ya ngeselin!" Kata Ara lalu melipat kedua tangannya di depan dada karena ngambek. Altaf reflek memeluk Ara dengan rasa bersalahnya.
"Sorry....! Katanya sambil mengelus pelan pucuk kepala sang istri lalu menghujani ciuman di seluruh wajah sang istri. Ara tertawa karena geli.
"Udah ah....geli tau nggak? Rusak riasan wajah Ara nih!" Kata Ara dengan wajah malu-malunya.
"Kenapa malu-malu, biasa juga malu-maluin suka minta duluan!" Kata Altaf sambil tersenyum. Dan......
BUGGGGG
Satu pukulan Ara mendarat di dada sang suami.
"Rara........!" Rajuk Altaf.
"Ingat ya kak, jangan genit sama cewek, langsung menjauh kalau ada temen cewek yang mendekat. Kalau ada cewek lewat langsung nunduk, jangan dilihat. Kalau ada yang nanya udah punya pacar apa belum, bilang udah nikah, duit semua di pegang istri, kakak nggak ada duitnya. Kalau selesai kuliah langsung ke kelas Ara, nggak boleh nongkrong sama temen-temen kakak. Gak boleh gibahin cewek manapun.
PAHAM?"
Tanya Ara penuh penekanan.
"Baik tuan putri Amara! Hamba mohon izin ke kelas, atau kita nggak usah turun gini terus di mobil!" Jawab Altaf membuat Ara tersenyum.
Tak mereka berdua sadari ada yang memperhatikan apa yang mereka lakukan dari berpelukan sampai Altaf yang mencium Ara.
"Gila kamu Ra, ngapain tadi di dalam mobil sama kak Altaf. Kalian pacaran? Sejak kapan?" Tanya Nola penasaran. Nola dan Widdi juga heran dengan penampilan Ara yang berubah, memakai rok, sebelumnya tidak pernah.
"Syuttttt, diem La, jangan keras-keras, nanti ada yang denger!" Kata Ara sambil menarik tangan kedua sahabatnya.
"Makanya jelasin ke kita!" Kata Widdi tak sabar.
"Kami udah nikah, kak Al suami Ara!" Kata Ara cepat.
"Whattttttt!"
Kata Nola dan Widdi serentak.
"Nggak usah kaget segitunya kali! Iya kami udah nikah! Kalian jangan heboh ya. Entar Ara ceritain sekarang kita ke kelas.