Obsesi Cinta Nona Muda

"Tuan, tanda tangani dokumen untuk melakukan tindakan pada pasien. Saya juga ingin menyampaikan kemungkinan yang terjadi pada pasien. Anda harus memilih antara Ibu atau Bayi yang ada di kandungannya. Siapa yang akan Anda pilih?" ujar perawat menyodorkan dokumen yang harus ditanda tangani oleh Liam.

"Apa maksudmu? Aku tidak bisa memilih. Kalian harus mempertahankan keduanya. Lakukan hal yang kuperintahkan atau rumah sakit ini akan aku hancurkan!" ucap Liam kalut.

Dia memejamkan mata mengingat perkataan Bianca. "Selamatkan anak kita. Rachel. Namai dia Rachel," ucap Bianca.

"Tapi, Tuan... Anda harus memilih..."

"Tidak selamatkan keduanya. Aku menginginkan keduanya hidup. Kalian tidak bisa memintaku memilih," tukas Liam.

James datang ketika perdebatan terjadi, pria itu mendengar perawat meminta agar Liam memilih. Hati James sangat kacau mendengar kondisi Bianca yang tidak baik-baik saja.

Tidak mungkin Liam diminta untuk memilih bila kondisi mereka dapat diselamatkan. James maju kemudian mengambil alih dokumen yang ada di tangan Liam.

"Selamatkan Bianca! Apa pun yang terjadi selamatkan ibunya terlebih dahulu," ucap James dengan suara yang bergetar.

Liam tersentak mendengar ucapan James. "Bianca memintaku untuk menyelamatkan anak kami." Suara Liam terdengar parau.

James menoleh pada adik ipar yang sangat ingin dia hajar. Semuanya tidak akan terjadi bila Liam tidak bermain api dengan Serena. Walau James mengatahui dengan jelas kalau Liam tidak berkhianat dari adiknya. Akan tetapi, pria itu tidak menyingkirkan Serena, justru membiarkan wanita itu berada di dekatnya.

"Ini adalah hidup dan mati adikku. Cukup diam dan lihat saja. Adikku pasti akan selamat, dia dan keponakanku akan selamat," ujar James kemudian memberikan dokumen yang telah dia tanda tangani.

"Maafkan aku, James. Aku..."

"Tidak perlu menjelaskan semuanya, aku sudah mengetahuinya. Simpan saja penjelasanmu di pengadilan. Bila Bianca selamat, aku tidak akan membiarkan dia menjadi istrimu. Bersiaplah berpisah dari adikku," balas James dengan tegas.

"Kau tidak bisa melakukan itu James! Dia adalah istriku, selamanya Bianca akan menjadi istriku!" tukas Liam.

Emosi James memuncak ketika Liam mengatakan dengan gamblang status dari sang adik. Dia mendekat kemudian memukul wajah adik iparnya itu. Berkali-kali hingga wajah Liam babak belur.

"Apa yang kamu lakukan, James? Hentikan!" Sonia datang menghentikan perbuatan James.

"Itu belum seberapa dibandingkan sakit yang Bianca rasakan. Aku akan memisahkan kalian berdua. Itu janjiku, Liam," ucap James penuh amarah.

Pamela yang datang hanya diam melihat sang putra dihajar oleh James. Perempuan paruh baya itu memilih untuk mendatangi James.

"Maafkan putraku, James. Tapi, apa yang terjadi pada Bianca? Bagaimana bisa dia kembali berada di rumah sakit?"

James tentu tidak mungkin mengabaikan Pamela. Dia tahu kalau mertua dari Bianca itu sangat baik pada adiknya. Hanya saja, dia tidak menyangka bila sang adik memiliki kondisi yang parah hingga melahirkan lebih dini.

"Bianca harus melahirkan lebih awal, aku tidak tahu apa yang dilakukan oleh putramu hingga dia membuat Bianca stress dan kandungannya bermasalah. Aku sudah mengatakan kalau Bianca harus menjadi prioritas untuk diselamatkan," ucap James dengan parau.

Mungkin sebagian orang yang mendengar ucapannya akan mengatakan kalau James adalah pria yang berdarah dingin. Tidak segan dia memilih untuk menyelamatkan nyawa adiknya terlebih dahulu. Namun, dia harus mengedepankan logika dan perasaannya.

Bianca adalah adik yang harus dia lindungi. Biar bagaimana pun, kenangan tentang Bianca memenuhi semua pikirannya. Pun dengan keponakannya, James bukan tidak menyayanginya.

Pria itu berpikir bila kemungkinan hidup anak yang lahir prematur bahkan berusia 24 Minggu memang cukup besar. Akan tetapi, anak itu membutuhkan ibunya. Tidak ada yang dapat merawatnya dengan penuh kasih sayang selain ibunya.

"Ya, selamatkan menantuku, James. Dia berhak hidup dan bahagia," ucap Pamela memandangi sang putra.

Liam masih menunduk, dia menerima semua perlakuan dari James seperti biasanya. Tak ayal, sudah tiga kali dia mendapatkan pelajaran dari James. Akan tetapi, baru kali ini kakak iparnya mengatakan akan memisahkannya dari Bianca.

Teringat semua yang dia lalui dengan Bianca. Tidak ada hal manis yang dia lakukan pada wanita yang tanpa sadar dia cintai. Liam selalu menolak perasaan yang dia miliki. Pria itu menganggap kasih sayangnya pada Bianca hanya bentuk tanggung jawab pada perempuan itu. Namun, ternyata perasaan Liam tidak sedangkal itu.

Diam-diam, Liam merasa lega karena James memilih untuk menyelamatkan Bianca. Dia tidak dapat memilih apa pun untuk memutuskan hidup dan mati dua orang yang dia sayangi.

William menepuk pundak sang putra. "Kali ini, Ayah tidak bisa berkata apa pun, Liam. Kalau kamu memang tidak bisa menjaga Bianca. Seharusnya, kamu menyerahkan Bianca pada kami, dengan senang hati kami akan membuat Bianca lebih bahagia dibandingkan bersamamu. Kini, berdoalah istri dan anakmu selamat," ucap William.

Tanpa mengatakan dengan jelas hal yang terjadi pada Bianca. William sudah tahu kalau sang putra pasti kembali melakukan kesalahan. Entah apa yang diperbuatnya hingga Bianca harus melahirkan dini.

"Liam, bolehkah aku meminta waktu untuk bicara denganmu," ucap seorang wanita yang didorong dengan kursi roda.

Serena berada di hadapan Liam, wanita itu berani menampakkan dirinya di antara keluarga Davis dan Smith. Liam menatap tidak percaya dengan keberanian Serena.

"Apa yang kau lakukan di sini, Serena? Kau masih berhubungan dengannya, Liam?" cecar Pamela melirik tajam Liam yang meneguk ludahnya sendiri mendengar ucapan Pamela.

***

Bersambung...

Terima kasih telah membaca. ❣️