Rumah sederhana yang selalu terdengar riuh gelak tawa antara seluruh penghuni rumah yang terdiri dari sepasang suami-isteri dengan ke-tiga anak mereka.kecerian itu hadir saat bocah dua tahun selalu melakukan aksinya yang diluar nalar,hal itu selalu membuat mereka tertawa.
Akan tetapi ditengah banyak rencana yang sudah disusun rapi tentang masa depan ketiga anak mereka,sebuah kejadian yang tidak pernah terbayangkan oleh siapapun terjadi.Dituduh menggelapkan barang perusahaan dengan jumlah yang sangat fantastis,2M.
Apa yang terjadi pada keluarga itu selanjutnya!Mampukah mereka menyelesaikan masalah itu dan tetap hidup bersama seperti biasanya.
Ikuti kisah dan perjalanan hidup mereka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ERMINA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21.ketiduran
Mita terpaksa meninggalkan mereka diteras, Dirga tidak mau tidur bersama kakak dan abangnya.Kesal terus membalut hatinya.Sungguh tega kiki berbuat itu pada mereka,selama ini apa yang tidak mereka berikan pada adik bungsunya itu,mulai baju lebaran,sepatu bola,uang sekolah bahkan ongkosnya untuk berangkat merantau saja mereka berikan.
Tiga bulan lamanya dia merantau ke kampung orang, kembali dengan alasan tidak ada teman ibu di rumah.Alasan yang sangat tidak masuk akal sebenarnya,jika dia memang berpikir seperti itu dari awal tentunya dia tidak akan berangkat.Mengapa setelah tiga bulan kemudian baru merasakan hal itu.
"ma, dipanggil ayah."Mita tidak sadar, ternyata dia ketiduran saat membuai Dirga didalam ayunan.
"Oia,mama ketiduran,kirain sudah pulang bibimu."Merapikan rambutnya agar tidak terlihat kusut, pastinya sangat malu jika dia ketahuan tidur saat orang sedang membahas sesuatu didepan."Sudah seperti anggota dewan saja aku ini, tidur saat rapat."Mita mengusap wajahnya dengan kasar dan berlalu kekamar mandi untuk membasuh muka,agar kelihatan segar.
"Lah dia tidur,kalo begitu besok saja kita sambung."Udin melihat kearah Mita yang duduk berdekatan dengan Andi.Malu juga ditegur seperti itu,tapi mau gimana lagi,Mita juga tidak sengaja.
"Wajar itu,namanya juga punya anak kecil, tidur nyenyak sebentar saja bersyukur,apalagi seperti Dirga, ampun aku aktif banget."Ita kali ini membela mita.Bukan bangga,Mita malah kesal saat iparnya bicara seperti itu.Teringat lagi permasalahan kebun yang akan dijual mertuanya demi mengembalikan uang yang dia terpakai.
"Mita,kata ibu kemarin berapa biaya pengeluaran pesta kiki,itu saja yang kalian kembalikan, termasuk hutang tertinggal sekarang."Dengan entengnya Ita berkata, seolah olah Mita punya pohon uang dibelakang rumah, sedangkan yang dia transfer saja adalah hasil Andi menjual motor.
"Berapa kak, sekarang duit kami sama sekali tidak ada lagi."Andi hanya tertunduk, melihat Mita saja tidak.Baru tadi pagi mereka membicarakan agar emas Mita digadai atau dijual untuk membuka usaha,malam ini harus memikirkan hal lain. Sekarang baru dia mengerti apa tujuan istrinya selama ini sibuk membeli emas.Ternyata bukan untuk pamer apa lagi bergaya agar terlihat wao didepan orang.
Diamnya Andi malah membuat Udin berpikir lain."Gimana nya bang?kok diam terus,jika begini mana mungkin ada penyelesaian, sudahlah,jual saja kebun karet itu,sisa duitnya terserah ibu gunakan untuk apa, lagian disana pun tetep tidak ada juga yang merawat."Andi dan Ita menggeleng mendengar ucapan adiknya tersebut.Dengan santainya dia bisa berkata seperti itu, apa dia tidak memikirkan bagaimana kedepannya hidup mereka, sampai kapan mereka bisa betah menjadi babu di perantauan.
"Kolot sekali pemikiran kamu,"suami Ita menunjukkan kearah Udin,"Orang kalo bisa ingin menambah aset,baik itu tanah,rumah atau emas,kamu malah mendukung untuk menuju kebun itu.Semakin lama harga tanah akan semakin tinggi,jika tidak dari sekarang kalian berusaha maka kapan kalian bisa menabung.Untuk makan saja selalu bilang terancam apalagi mau beli tanah."
Mita merasa tersentil oleh ucapan Toni.Padahal ucapan itu ditujukan kepada Udin.
Hening.Suasana menjadi lebih senyap setelah Aida dan Roy telah memadamkan TV diruang tamu, kedua anaknya sudah memasuki kamarnya masing-masing.
"Kembalikan saja semua biaya pernikahan Kiki,lalu dipotong uang kalian yang sudah digunakan,jika ada uang lebih terserah kalian mau memberi pada ibu."Mita menarik napas dan membuangnya perlahan.Karena dia tau uang yang digunakan untuk pernikahan Kiki tidak sedikit.
"Sekarang kami tidak ada uang segitu kak.Tapi jujur saja aku mau,tapi jika memang mendesak sekali kami mengikuti kakak dan abang saja.seandainya kakak mau meminjamkan kami uang,kami mau dan akan mencicilnya setiap bulan."Mita sangat berhati hati dalam berbicara, takut Andi akan marah dengan perkataannya.
"Aku tidak ada uang,risky masih ada tunggakan disekolah."Menceritakan keluh kesahnya dalam rumah tangganya.Mita rasanya menyesal sudah berkata seperti itu,Jika mau pasti dia sudah menggunakan uangnya untuk pernikahan Kiki.
"Kalo begitu, kalian pakai duit aku saja dulu, karena kalian sangat menginginkan kebun lagian jika kalian yang beli toh Kiki bisa tetap menggarapnya sampai kali pulang kampung suatu saat nanti."Latif membuat kakak tertuanya diam.Mita tersenyum, Andi juga bisa bernafas lega.
Yang merasa terabaikan hanya Udin.Pasti dia kesal kebun itu tidak terjual dan pada akhirnya dia tidak mendapatkan apapun dari pertemuan malam ini.Menyalakan rokok sebagai pelarian rasa kesalnya.
"Ya sudah,kalo begitu besok aku transfer semua kekurangannya,bulan depan bisa lah ya kalian cicil."Latif menatap Andi yang mengangguk.
Pertemuan malam ini membuahkan hasil, begitu juga keinginan Mita mempunyai sebuah lahan untuk tabungan mereka kelak meskipun sekarang masih tahap nyicil, paling tidak sudah ada titik terang mengenai uang yang mereka kirim kan.
"Semoga kita bisa secepatnya melunasi hutang kita ya dek."Membantu 0Mita merapikan gelas dan tikar alas mereka berembuk tadi.
"Amin.kamu tidak marah kan bang,aku ngomong seperti itu tadi."
"Tidak.tidur yuk.besok aku kerja."
Walaupun sekarang keduanya sudah berbaring,mata belum bisa terpejam.Mita masih membayangkan berapa lama bisa melunasi hutang mereka,berapa cicilan yang sanggup mereka berikan setiap bulan.Membayangkan itu saja Mita tidak bisa tidur.
Sibuk dengan pikirannya, tanpa dia sadari Andi sudah terbang ke alam mimpi, dengkuran halus disebelahnya,Mita tersenyum dan masuk kedalam ketek suaminya sampai akhirnya ikut tertidur.karena disana tempat yang nyaman untuk Mita tidur selama ini.
Tidak ada angin apalagi hujan,pagi ini mereka kesiangan dan hampir saja Aida dan Roy terlambat.Bisa bisanya terjadi hal seperti itu, padahal biasanya saat azan subuh berkumandang mereka terbang dengan sendirinya,apalagi Andi sudah terbiasa turun ke mesjid terdekat untuk melakukan sholat subuh.
Sungguh heran, begitu lelahkah mereka sehingga telinga tidak mendengar panggilan azan subuh,atau toa mesjid yang sedang rusak.Mita menggeleng,tak habis pikir ini bisa terjadi.
Lebih baik mengerjakan aktivitas sambil menunggui Andi mengantarkan kedua anaknya sekolah pagi ini.
komen dan dukungan anda sangat penting buat ku.terimakasih.
boleh kasi saran, dengan senang hati akan diperbaiki jika ada yang salah.