Setelah bertahun-tahun berpisah, hidup Alice yang dulu penuh harapan kini terjebak dalam rutinitas tanpa warna. Kenangan akan cinta pertamanya, Alvaro, selalu menghantui, meski dia sudah mencoba melupakannya. Namun, takdir punya rencana lain.
Dalam sebuah pertemuan tak terduga di sebuah kota asing, Alice dan Alvaro kembali dipertemukan. Bukan kebetulan semata, pertemuan itu menguak rahasia yang dulu memisahkan mereka. Di tengah semua keraguan dan penyesalan, mereka dihadapkan pada pilihan: melangkah maju bersama atau kembali berpisah, kali ini untuk selamanya.
Apakah takdir yang mempertemukan mereka akan memberi kesempatan kedua? Atau masa lalu yang menyakitkan akan menghancurkan segalanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alika zulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lo Ngabaikan gue? -Alvaro!
"Kak Alvaro nggak pelit ya, Kak," ucap Zara sambil memakan makanan yang diberikan Alvaro, terlihat sangat menikmati setiap gigitan.
"Yoi! Ajaran gue tuh," sahut Alice dengan percaya diri, lalu beranjak dari sofa untuk membersihkan badan setelah seharian beraktivitas di luar.
"Dih!" decak Zara melihat tingkah narsis kakaknya, tidak bisa menahan senyum geli. "Dasar tukang pamer," tambahnya sambil menggelengkan kepala.
Alice hanya tertawa, merasa bangga dengan pujian dari adiknya, meski tahu Zara sedikit mengoloknya. "Ya udah, lo jangan jealous ya. Nanti gue ajarin cara ngebedain mana cowok yang baik dan mana yang pelit!" ucap Alice sambil melangkah ke kamar mandi.
Pagi menjelang dengan sinar matahari yang lembut menerangi kamar Alice. suara burung berkicau di luar jendela membuatnya terbangun dari tidurnya. dia mengusap matanya yang masih mengantuk dan mengerjapkan beberapa kali sebelum melihat jam di dinding. "Duh, sudah siang!" keluhnya, cepat-cepat dia melompat dari tempat tidur.
Alice bergegas mandi dan mengubah pakaian. Di dapur, aroma sarapan yang dimasak oleh ibunya, Arini, mengisi udara. Alice melangkah masuk dengan perasaan lapar. "Selamat pagi, Bu!" sapanya ceria.
"kamu kenapa tidur lagi kak,jadinya kesiangan kan! berapa kali ibu bilang jangan tidur lagi kalo abis subuhan, gak baik. Hari ini kamu masuk pagi," tanya Arini sambil mengaduk panci di atas kompor dengan nada sedikit kesal karena alice yang tak mendengar kan aturan ibunya.
" iya bu, ini udah siap " sahut alice dengan pakaian kerja nya
Zara, adik kecilnya, sudah duduk di meja makan, menghabiskan sarapan dengan semangat. "Kak, hari ini aku mau bikin proyek seni! Bantuin ya?" tanya Zara dengan mata berbinar.
"Eh, males ah,kerjain aja sendiri," jawab Alice sambil mengambil piring dan duduk di samping Zara.
" kak! " suara ibunya terdengar lembut namun menyiratkan tidak ada penolakan
"yauda yauda" sahut alice pasrah
Setelah sarapan, Alice dan Zara berencana untuk membuat proyek seni yang telah lama mereka rencanakan. Ketika mereka asyik merancang, zara teringat pada Alvaro. "Eh,kak, Alvaro teman kakak bakal ke sini lagi?" tanyanya, penasaran.
"mana gue tau, lagian buat apa dia kesini. jawab alice santai matanya masi setia mengerjakan tugas adiknya
"Kak Alvaro kan baik banget, dia pasti datang!" ucap Zara penuh yakin.
" sotoy lo" sahut alice namun dalam hatinya juga feeling jika Alvaro akan datang
" liat aja nanti " seru zara lalu Mereka berdua pun melanjutkan proyek seni mereka dengan penuh keceriaan. Di luar, langit cerah dan sejuk, memberikan harapan akan hari yang penuh kebahagiaan dan kejutan.
"akhirnya selesai," ucap Alice sambil meregangkan tubuhnya yang terasa penat setelah membantu Zara bersiap untuk sekolah.
"Bu, Zara nggak usah dikasih handphone lagi kalau dia tidak ngerjain tugas sekolahnya," rengek Alice kesal, merasa terganggu dengan kebiasaan adiknya yang manja dan menunda-nunda tugas.
"Zara!" pekik Arini memberi isyarat agar Zara tidak mengulangi kesalahannya.
"Bu, Alice berangkat dulu," kata Alice sambil menyalami ibunya, Arini.
"Emm, hati-hati. Jangan ngebut-ngebut, dan pulang juga jangan lupa doa," ucap Arini dengan nada khawatir.
"Iya, Bu! Zara, cepetan!" teriak Alice yang sudah berada di teras rumah.
"Iya, bentar!" jawab Zara dengan nada kesal.
Saat itu, suara mobil membuat Alice menoleh. "Kayak mobil Alvaro," gumamnya sambil memperhatikan.
Benar saja, Alvaro keluar dari mobil dengan pakaian rapi, senyum lebar menghiasi wajahnya.
"Lo ngapain kesini?" celetuk Alice, nada suara agak curiga.
"Alice!" seru Arini, merasa tidak enak dengan sikap Alice yang kurang sopan.
"Assalamualaikum, Bu," sapa Alvaro sambil menyalami Arini, mengabaikan pertanyaan Alice.
"Waalaikumsalam. Ada apa, Ro?" tanya Arini dengan ramah.
"Gak papa, Bu. Tadi beli sarapan, kebetulan lewat sini jadi sekalian beli lebih," ucap Alvaro sambil memberikan beberapa bubur dan roti.
"Alhamdulillah, makasih ya, Ro," balas Arini dengan senyum.
"Sama-sama, Bu. Eh, Zara mau sekolah ya?" tanya Alvaro, mengalihkan perhatian ke Zara yang tampak bingung melihat interaksi antara ibunya dan teman kakaknya.
"Iya, iyalah. Masa mau ke pasar?" sahut Alice dengan santai.
"Zara, bareng sama kakak yuk," ajak Alvaro.
Namun, dengan cepat Alice mencegah, "Ets, Zara. Biar gue yang anterin. Lo ngapain sih tiba-tiba datang, mana ngabaikan gue lagi?" ucap Alice, kesal karena Alvaro tak menjawab pertanyaannya.
"Astaghfirullah, Kak. Jangan gitu ngomongnya. Udah ah, Ibu masuk dulu," ucap Arini, lalu menyiapkan Bapak Alice untuk berangkat kerja.
"Kak, nanti Ara telat. Ayo, ikut Kak Alvaro aja!" desak Zara.
Alice diam sejenak, mempertimbangkan, lalu akhirnya memutuskan untuk ikut dengan Alvaro. "Lumayan uang bensin gua buat nambah uang jajan," batin Alice, meski di dalam hatinya masih ada sedikit rasa kesal.
g pa" belajar dari yg udah berpengalaman biar bisa lebih baik lg, sayang lho kalo ceritanya udah bagus tp ada pengganggu nya di setiap part nya jd g konsen bacanya karna yg di perhatiin readers nya typo nya tanda petik koma titik tanda tanya selain alur cerita nya
bu, aku minjem ini, ya," dan masih bnyk kalimat yg tanda titik baca komanya g sesuai thor