NovelToon NovelToon
Benih Sang Cassanova 2

Benih Sang Cassanova 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik / One Night Stand / Single Mom / Anak Genius / Hamil di luar nikah
Popularitas:871.1k
Nilai: 4.9
Nama Author: D'wie

Sharon tidak mengerti mengapa takdir hidupnya begitu rumit. Kekasihnya berselingkuh dengan seseorang yang sudah merenggut segalanya dari dirinya dan ibunya. Lalu ia pun harus bertemu dengan laki-laki kejam dan melewatkan malam panas dengannya. Malam panas yang akhirnya makin meluluhlantakkan kehidupannya.

"Ambil ini! Anggap ini sebagai pengganti untuk malam tadi dan jangan muncul lagi di hadapanku."

"Aku tidak membutuhkan uangmu, berengsekkk!"

Namun bagaimana bila akhirnya Sharon mengandung anak dari laki-laki yang ternyata seorang Cassanova tersebut?

Haruskah ia memberitahukannya pada laki-laki kejam tersebut atau menyembunyikannya?

Temukan jawabannya hanya di BENIH SANG CASSANOVA 2.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Bab 13. Restoran La Vie en Rose

Restoran La Vie en Rose berdiri anggun di sudut jalan Menteng yang tenang. Suasana di dalamnya dipenuhi cahaya temaram dari lampu gantung kristal dan alunan musik klasik Perancis yang lembut. Aroma lavender bercampur aroma steak panggang memenuhi udara. Restoran ini memang bukan tempat sembarangan. Meylania tahu cara memilih lokasi yang menciptakan kesan elegan dan tekanan sosial yang halus.

Leon melangkah masuk, jas hitamnya serasi dengan aura restoran, namun sorot matanya jauh dari santai. Ia bahkan tidak sempat melirik menu atau interior, pikirannya masih dihantui pesan dari Eric yang belum sempat dibalas. Tapi ia datang. Untuk menjaga nama baik ibunya, setidaknya.

Seorang pelayan langsung menyambut. “Selamat malam, Tuan Leon. Silakan ikut saya.”

Tanpa banyak bicara, Leon mengikuti pelayan menyusuri lorong menuju ruang privat di sudut restoran. Langkahnya tegap namun sedikit tegang. Ia sudah menyiapkan diri untuk pertemuan penuh basa-basi dengan keluarga Metha, dan tentu saja, Meylania yang akan memandanginya dengan mata penuh harap.

Namun saat pintu ruang makan dibuka, Leon berhenti seketika.

Ruangan itu ... kosong. Tidak ada tanda-tanda jamuan makan keluarga. Tidak ada orangtua, tidak ada ibunya. Hanya ada satu sosok.

Metha.

Ia duduk sendirian di tengah meja bundar yang dihiasi lilin dan bunga mawar. Gaun merah maroonnya jatuh anggun membingkai tubuh rampingnya. Rambut panjangnya digelung setengah dan wajahnya tersenyum lembut saat melihat Leon masuk.

“Leon,” sapanya pelan. “Kamu datang juga.”

Leon berdiri di ambang pintu, kening berkerut. “Mana yang lain?”

Metha tersenyum. “Maksudmu, Mama kamu dan orangtuaku?”

Leon mengangguk tajam.

“Mereka tidak datang.” Metha meneguk sedikit red wine-nya sebelum melanjutkan, “Sebenarnya ini hanya makan malam kita berdua. Ide dari Tante Meylania.”

Wajah Leon mengeras. Ia menoleh sebentar ke pelayan, memberi isyarat agar pintu ditutup. Begitu ruangan kembali sepi, ia melangkah pelan ke dalam, tapi tidak langsung duduk.

“Mama bilang ini makan malam keluarga.”

Metha mengangguk tenang, lalu meletakkan gelasnya. “Aku tahu. Tapi aku juga tahu dia tidak akan berhasil membujukmu kalau bilang ini hanya pertemuan berdua. Tante Meylania bilang kamu keras kepala," ucap Metha sambil terkekeh kecil. Merasa geli dengan apa yang dikatakan Meylania. Metha pikir itu hanya sekadar gurauan semata. Ia yakin, di balik sikap dingin Leon, pasti akan ada ketertarikan padanya meskipun sedikit. Memang apa kurangnya? Ia merupakan putri keluarga Adi Prawira yang dihormati. Ia cantik, cerdas, berpendidikan, bahkan nyaris sempurna. Semua ada dalam genggamannya. Ia yakin dengan kesempurnaannya itu, takkan sulit untuk menaklukkan seorang Leonardo Xavier Reynaldi.

Leon tertawa kecil, pahit. “Jadi kalian sepakat untuk menipuku?”

“Bukan menipu. Memanipulasi sedikit.” Metha menatap Leon lekat-lekat. “Dan aku minta maaf untuk itu."

Leon menarik napas dalam, lalu duduk perlahan. Bahunya tetap tegang.

“Lalu sekarang apa? Kamu ingin kita duduk dan pura-pura menikmati makan malam yang dirancang atas dasar kebohongan?”

“Tidak.” Metha tersenyum. “Aku hanya ingin kamu mengenalku ... tanpa paksaan. Tapi mungkin, ini juga bukan cara yang tepat.”

Hening sebentar. Leon memperhatikan wanita di depannya itu. Ia memang cantik, cerdas, dan tampak tulus. Tapi yang membuat Leon tidak nyaman bukan karena Metha—melainkan karena bayangan Sharon yang terus menghantui pikirannya.

“Kalau kamu tahu aku keras kepala, kenapa tetap datang?” tanya Leon tajam, suaranya rendah.

Metha menunduk sejenak. “Karena aku pikir ... kamu layak untuk dikejar. Bukan karena harta, atau status. Selain itu, aku memiliki keyakinan kalau kau pun akan tertarik padaku. Dua keluarga pebisnis besar, bila dijadikan satu, pasti itu akan sangat menggemparkan. Oh, ya, satu lagi, aku melihat sisi manusiawi kamu yang orang lain sering lewatkan. Kamu dingin, ya, tapi juga tanggung jawab. Keras kepala, tapi kamu datang malam ini, demi ibumu–Tante Meylania. Itu menunjukkan banyak hal.”

Leon menatapnya dalam diam. Ucapan Metha terdengar tulus. Tapi ada tembok tinggi dalam dirinya yang tak bisa diruntuhkan hanya dengan kata-kata indah.

“Sayangnya, aku tidak sedang ingin dikejar dan aku tidak memiliki ketertarikan apa pun padamu. Aku hargai kepercayaan dirimu, tapi maaf, kamu salah,” katanya pelan.

Metha cukup terkejut kemudian mengangguk pelan. “Kalau begitu, malam ini anggap saja makan malam antar dua orang dewasa yang sedang mengenal batas masing-masing.”

Pelayan datang membawa menu. Metha tersenyum dan mulai memesan. Leon tidak menolak, tapi pikirannya tak benar-benar hadir.

Saat satu persatu makanan mulai terhidang, tiba-tiba Leon merasakan perutnya seakan diputar-putar. Terlebih saat Metha baru kembali dari toilet dan sepertinya ia baru saja menyemprotkan parfum ke tubuhnya untuk menarik perhatiannya.

Perut Leon seketika bergejolak. Ada sesuatu yang bersiap menerjang keluar dari dalam perutnya.

Baru saja mulut Metha hendak terbuka mempersilakan Leon makan, tapi Leon sudah lebih dulu berdiri. Gerakannya yang begitu cepat sampai membuat kursi yang didudukinya berderit dan terdorong ke belakang.

Leon menutup hidungnya, berusaha menghindari aroma yang memicu perutnya semakin bergejolak.

"Tolong tolak wacana perjodohan ini karena kita sama sekali tidak cocok. Aku pergi sekarang."

Leon berjalan cepat sambil menahan muntah yang hendak keluar. Metha menatap Leon dengan sorot mata kebingungan. Ia benar-benar syok mendengar kata-kata Leon barusan.

Harga dirinya bagai dicabik. Baru kali ini ia mendapatkan sebuah penolakan. Penolakan mentah-mentah. Ia yang terbiasa mendapatkan segalanya hanya dengan menjentikkan jari, dibuat mati kutu dengan penolakan Leon malam itu. Tak sedikit para pria dan orang tua yang melamarnya, bukan orang biasa, tapi orang-orang dari berbagai macam latar belakang dan kedudukan yang tak main-main. Namun, Metha menolaknya. Metha jelas memiliki kriteria tersendiri untuk menjadi calon suaminya dan semua itu ada pada Leon. Tak peduli dengan capnya sebagai seorang Cassanova, ia yakin bisa menaklukkan Leon dan membuatnya menjadi satu-satunya ratu dalam hidup laki-laki itu.

Tapi kepercayaan dirinya seketika sirna saat mendengar penolakan Leon. Jelas saja Metha tidak terima. Apa yang ia inginkan, harus ia dapatkan. Tak peduli bagaimana pun caranya.

Metha lantas berusaha mengejar Leon hingga keluar, namun sesampainya di luar, Metha terperangah saat melihat Leon justru muntah-muntah di sudut lain restoran.

"Leon, kau tidak apa-apa?" tanya Metha khawatir. Ia berusaha mendekat. Ia pikir Leon sedang sakit.

Mendengar suara Metha, Leon sontak menoleh.

"Jangan mendekat!" sergah Leon membuat Metha seketika berhenti melangkah.

"Kenapa? Aku ingin membantumu?" Meskipun sebenarnya jijik, tapi Metha mencoba menyingkirkan rasa itu demi menarik simpati Leon.

"Aku bilang ber– huek ...." Leon kembali muntah saat Metha memaksa mendekat.

"Aku bilang berhenti, apa kau tuli, hah?" sentak Leon membuat Metha membelalakkan matanya. Ia tidak pernah dibentak orang lain sebelum ini dan Leon justru membentaknya.

"Leon, aku hanya ingin–"

"Aku tidak butuh bantuanmu. Apa kau sadar, kaulah yang membuatku mual."

"Apa? Aku? Bagaimana bisa?" Di saat Metha sedang kebingungan, Leon pun segera pergi menuju mobilnya. Lalu dalam hitungan detik, mobil itu pun melaju keluar dari area parkir restoran tersebut meninggalkan Metha yang masih terpaku di sana karena dilanda kebingungan luar biasa.

Bersambung

1
Sumini Mini
semoga kk Dwie berubah pikiran..dan masih tetap disini buat kita kita yg selalu setia menanti
Juni Hutabalian
kisah Nadin di up dsni jga ya
melan lau
Tulisan otor gampang banget dicerna dan penulisan jarang salah keren thor 😁
D'wie author: Makasih Akak sudah mampir di sini 🥰🥰🥰
total 1 replies
Uthie
sedih menuju akhir cerita ini.. sekaligus perpisahan dengan mba Dwie yg keren sbg Author 😢😢😢

semoga sukses selalu dimanapun berkarya 👍👍👍👍👍
dyah EkaPratiwi
Alhamdulillah semua menemukan pasangan dan kebahagiaan nya
Sugiharti Rusli
di sini sepertinya yang paling ngenes nasibnya papa Reynard dan si Dion yah, entah apa nanti mereka akhirnya bisa move on dari masa lalu mereka masing" tuh🙄🙄
Sugiharti Rusli
semoga dengan kesempatan k-2 yang masing" mereka daparkan, bisa mempererat hubungan mereka bila nanti menikah kembali yah
Sugiharti Rusli
setelah dia menyadari kalo hampir kehilangan Dirga selamanya, dia dapat menyelami kalo hatinya masih cinta pada mantan suaminya itu ternyata
Sugiharti Rusli
karena kemaren mungkin si Nadine masih memerlukan keyakinan hatinya terhadap si Dirga sih sepertinya yah,,,
Kar Genjreng
lah Iyo baik pakai abis panjang,,,dari Jawa sampe jakarta 😁 kalau sudah baik semua jangan ada perpisahan dong,,,,pindah tapi yang dekat saja bagaimana,, karena di tinggal semuanya benar' tidak ada satupun,,,ada si dua tapi juga tidak tahu,,,,, selamat Nadine Dirga,,, selamat juga buat ibu dan bapak baru 😆 sampai besok tinggal satu lagi mata mata ,, TAMAT,,😭😭
Sugiharti Rusli
dan akhirnya pengorbanan Dirga ga sia" yah, sampai hampir merenggut nyawanya pulak,,,
Rahmawati
syukurlah skrg semua bisa berkumpul dan bahagia bersama
M akhwan Firjatullah
akhirnya setelah begitu banyak air mata ...kukira klo ku ingat kira2 telah seember air mataku tumpah gegara novel satu ini...makasih banyak thor atas cerita yg seseru ini
D'wie author: Sama-sama, Akak 🥹🥹🥹
total 1 replies
Syarifah Komsiyah
Akhirnya semua menemukan kebahagiannya mosang masing. Happy ending, aq zuka, walaupun sebenarnya sedih jg karena harus berpisah dg cwrita ini. Good job thor semoga semakin lancar rejeqinya.
chan
suka
Atik Marwati
okey akak otor.. aq langsung vote
Hanima
terima kasih Kk Dew...
resna maydila
beneran mau tamat kak, beneran mau ninggalin aku disini 🥺 dimana pun kakak berada semoga sukses selalu ya kak 🤗🥰

akhirnya happy ending, semua sudah menemukan pasangannya masing-masing..
disaat semua sudah menemukan pasangannya, tinggal bapak reynand yg hidup sendiri, menyesali perbuatannya di masa lalu 🤪
D'wie author: jangan lupa, ada satu lagi yg hilalnya belum muncul, bapaknya Sharon. 🤣

Btw, makasih doa dan suportnya ya, Kak. 🥰🥰🥰
Yanie: lanjut
total 3 replies
Musarofah
Nasib si dion gmna ka
D'wie author: Besok ya, Kak..😅
total 1 replies
eenok
bnrn nie mau tmat 😭
D'wie author: Ho'oh, Kak. 🥹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!