NovelToon NovelToon
Benih Sang Cassanova 2

Benih Sang Cassanova 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik / One Night Stand / Single Mom / Hamil di luar nikah / Anak Kembar
Popularitas:71.2k
Nilai: 5
Nama Author: D'wie

Sharon tidak mengerti mengapa takdir hidupnya begitu rumit. Kekasihnya berselingkuh dengan seseorang yang sudah merenggut segalanya dari dirinya dan ibunya. Lalu ia pun harus bertemu dengan laki-laki kejam dan melewatkan malam panas dengannya. Malam panas yang akhirnya makin meluluhlantakkan kehidupannya.

"Ambil ini! Anggap ini sebagai pengganti untuk malam tadi dan jangan muncul lagi di hadapanku."

"Aku tidak membutuhkan uangmu, berengsekkk!"

Namun bagaimana bila akhirnya Sharon mengandung anak dari laki-laki yang ternyata seorang Cassanova tersebut?

Haruskah ia memberitahukannya pada laki-laki kejam tersebut atau menyembunyikannya?

Temukan jawabannya hanya di BENIH SANG CASSANOVA 2.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Bab 13. Restoran La Vie en Rose

Restoran La Vie en Rose berdiri anggun di sudut jalan Menteng yang tenang. Suasana di dalamnya dipenuhi cahaya temaram dari lampu gantung kristal dan alunan musik klasik Perancis yang lembut. Aroma lavender bercampur aroma steak panggang memenuhi udara. Restoran ini memang bukan tempat sembarangan. Meylania tahu cara memilih lokasi yang menciptakan kesan elegan dan tekanan sosial yang halus.

Leon melangkah masuk, jas hitamnya serasi dengan aura restoran, namun sorot matanya jauh dari santai. Ia bahkan tidak sempat melirik menu atau interior, pikirannya masih dihantui pesan dari Eric yang belum sempat dibalas. Tapi ia datang. Untuk menjaga nama baik ibunya, setidaknya.

Seorang pelayan langsung menyambut. “Selamat malam, Tuan Leon. Silakan ikut saya.”

Tanpa banyak bicara, Leon mengikuti pelayan menyusuri lorong menuju ruang privat di sudut restoran. Langkahnya tegap namun sedikit tegang. Ia sudah menyiapkan diri untuk pertemuan penuh basa-basi dengan keluarga Metha, dan tentu saja, Meylania yang akan memandanginya dengan mata penuh harap.

Namun saat pintu ruang makan dibuka, Leon berhenti seketika.

Ruangan itu ... kosong. Tidak ada tanda-tanda jamuan makan keluarga. Tidak ada orangtua, tidak ada ibunya. Hanya ada satu sosok.

Metha.

Ia duduk sendirian di tengah meja bundar yang dihiasi lilin dan bunga mawar. Gaun merah maroonnya jatuh anggun membingkai tubuh rampingnya. Rambut panjangnya digelung setengah dan wajahnya tersenyum lembut saat melihat Leon masuk.

“Leon,” sapanya pelan. “Kamu datang juga.”

Leon berdiri di ambang pintu, kening berkerut. “Mana yang lain?”

Metha tersenyum. “Maksudmu, Mama kamu dan orangtuaku?”

Leon mengangguk tajam.

“Mereka tidak datang.” Metha meneguk sedikit red wine-nya sebelum melanjutkan, “Sebenarnya ini hanya makan malam kita berdua. Ide dari Tante Meylania.”

Wajah Leon mengeras. Ia menoleh sebentar ke pelayan, memberi isyarat agar pintu ditutup. Begitu ruangan kembali sepi, ia melangkah pelan ke dalam, tapi tidak langsung duduk.

“Mama bilang ini makan malam keluarga.”

Metha mengangguk tenang, lalu meletakkan gelasnya. “Aku tahu. Tapi aku juga tahu dia tidak akan berhasil membujukmu kalau bilang ini hanya pertemuan berdua. Tante Meylania bilang kamu keras kepala," ucap Metha sambil terkekeh kecil. Merasa geli dengan apa yang dikatakan Meylania. Metha pikir itu hanya sekadar gurauan semata. Ia yakin, di balik sikap dingin Leon, pasti akan ada ketertarikan padanya meskipun sedikit. Memang apa kurangnya? Ia merupakan putri keluarga Adi Prawira yang dihormati. Ia cantik, cerdas, berpendidikan, bahkan nyaris sempurna. Semua ada dalam genggamannya. Ia yakin dengan kesempurnaannya itu, takkan sulit untuk menaklukkan seorang Leonardo Xavier Reynaldi.

Leon tertawa kecil, pahit. “Jadi kalian sepakat untuk menipuku?”

“Bukan menipu. Memanipulasi sedikit.” Metha menatap Leon lekat-lekat. “Dan aku minta maaf untuk itu."

Leon menarik napas dalam, lalu duduk perlahan. Bahunya tetap tegang.

“Lalu sekarang apa? Kamu ingin kita duduk dan pura-pura menikmati makan malam yang dirancang atas dasar kebohongan?”

“Tidak.” Metha tersenyum. “Aku hanya ingin kamu mengenalku ... tanpa paksaan. Tapi mungkin, ini juga bukan cara yang tepat.”

Hening sebentar. Leon memperhatikan wanita di depannya itu. Ia memang cantik, cerdas, dan tampak tulus. Tapi yang membuat Leon tidak nyaman bukan karena Metha—melainkan karena bayangan Sharon yang terus menghantui pikirannya.

“Kalau kamu tahu aku keras kepala, kenapa tetap datang?” tanya Leon tajam, suaranya rendah.

Metha menunduk sejenak. “Karena aku pikir ... kamu layak untuk dikejar. Bukan karena harta, atau status. Selain itu, aku memiliki keyakinan kalau kau pun akan tertarik padaku. Dua keluarga pebisnis besar, bila dijadikan satu, pasti itu akan sangat menggemparkan. Oh, ya, satu lagi, aku melihat sisi manusiawi kamu yang orang lain sering lewatkan. Kamu dingin, ya, tapi juga tanggung jawab. Keras kepala, tapi kamu datang malam ini, demi ibumu–Tante Meylania. Itu menunjukkan banyak hal.”

Leon menatapnya dalam diam. Ucapan Metha terdengar tulus. Tapi ada tembok tinggi dalam dirinya yang tak bisa diruntuhkan hanya dengan kata-kata indah.

“Sayangnya, aku tidak sedang ingin dikejar dan aku tidak memiliki ketertarikan apa pun padamu. Aku hargai kepercayaan dirimu, tapi maaf, kamu salah,” katanya pelan.

Metha cukup terkejut kemudian mengangguk pelan. “Kalau begitu, malam ini anggap saja makan malam antar dua orang dewasa yang sedang mengenal batas masing-masing.”

Pelayan datang membawa menu. Metha tersenyum dan mulai memesan. Leon tidak menolak, tapi pikirannya tak benar-benar hadir.

Saat satu persatu makanan mulai terhidang, tiba-tiba Leon merasakan perutnya seakan diputar-putar. Terlebih saat Metha baru kembali dari toilet dan sepertinya ia baru saja menyemprotkan parfum ke tubuhnya untuk menarik perhatiannya.

Perut Leon seketika bergejolak. Ada sesuatu yang bersiap menerjang keluar dari dalam perutnya.

Baru saja mulut Metha hendak terbuka mempersilakan Leon makan, tapi Leon sudah lebih dulu berdiri. Gerakannya yang begitu cepat sampai membuat kursi yang didudukinya berderit dan terdorong ke belakang.

Leon menutup hidungnya, berusaha menghindari aroma yang memicu perutnya semakin bergejolak.

"Tolong tolak wacana perjodohan ini karena kita sama sekali tidak cocok. Aku pergi sekarang."

Leon berjalan cepat sambil menahan muntah yang hendak keluar. Metha menatap Leon dengan sorot mata kebingungan. Ia benar-benar syok mendengar kata-kata Leon barusan.

Harga dirinya bagai dicabik. Baru kali ini ia mendapatkan sebuah penolakan. Penolakan mentah-mentah. Ia yang terbiasa mendapatkan segalanya hanya dengan menjentikkan jari, dibuat mati kutu dengan penolakan Leon malam itu. Tak sedikit para pria dan orang tua yang melamarnya, bukan orang biasa, tapi orang-orang dari berbagai macam latar belakang dan kedudukan yang tak main-main. Namun, Metha menolaknya. Metha jelas memiliki kriteria tersendiri untuk menjadi calon suaminya dan semua itu ada pada Leon. Tak peduli dengan capnya sebagai seorang Cassanova, ia yakin bisa menaklukkan Leon dan membuatnya menjadi satu-satunya ratu dalam hidup laki-laki itu.

Tapi kepercayaan dirinya seketika sirna saat mendengar penolakan Leon. Jelas saja Metha tidak terima. Apa yang ia inginkan, harus ia dapatkan. Tak peduli bagaimana pun caranya.

Metha lantas berusaha mengejar Leon hingga keluar, namun sesampainya di luar, Metha terperangah saat melihat Leon justru muntah-muntah di sudut lain restoran.

"Leon, kau tidak apa-apa?" tanya Metha khawatir. Ia berusaha mendekat. Ia pikir Leon sedang sakit.

Mendengar suara Metha, Leon sontak menoleh.

"Jangan mendekat!" sergah Leon membuat Metha seketika berhenti melangkah.

"Kenapa? Aku ingin membantumu?" Meskipun sebenarnya jijik, tapi Metha mencoba menyingkirkan rasa itu demi menarik simpati Leon.

"Aku bilang ber– huek ...." Leon kembali muntah saat Metha memaksa mendekat.

"Aku bilang berhenti, apa kau tuli, hah?" sentak Leon membuat Metha membelalakkan matanya. Ia tidak pernah dibentak orang lain sebelum ini dan Leon justru membentaknya.

"Leon, aku hanya ingin–"

"Aku tidak butuh bantuanmu. Apa kau sadar, kaulah yang membuatku mual."

"Apa? Aku? Bagaimana bisa?" Di saat Metha sedang kebingungan, Leon pun segera pergi menuju mobilnya. Lalu dalam hitungan detik, mobil itu pun melaju keluar dari area parkir restoran tersebut meninggalkan Metha yang masih terpaku di sana karena dilanda kebingungan luar biasa.

Bersambung

1
❤️ mamah kanay ❤️
lanjut kak d'wie....🥰🥰🥰🥰
michiko
ceritanya bagus.. semangat thor..
Noona Han
Gak enakbya thor digantung
juney_aza
kirain dikirim vidio sama eric
Catur Sk
Ayo kak update trs disini, krn aq cm baca karya kakak lho disini 🥰
D'wie author: Ditunggu besok ya, kelanjutannya. ☺️
total 1 replies
Catur Sk
Semangat kak Author, semoga dilancarkan dan dimudahkan.
Semoga ini jd awal yg baik bagi Leon bisa ketemu sm ank2nya jg sharon
Nancy Nurwezia
semangat leon, kejar bahagia mu
tomgrudo
semangat kakak author..
semoga di mudahkan dan dilancarkan ya..
padahal ceritanya bagus lho
Hafifah Hafifah
putar terus tuh vidio biar kamu bisa inget masa lalumu
Hafifah Hafifah
👍👍👍👍👍 ku rasa itu keputusan yg bagus Leon biar kamu g jadi boneka mamamu terus
Hediana Br Hutagalung
Leon waktu itu ngak percaya,tp kasih tau aja mis untk kedepanya biar sahron sama sikembar yg buat keputusan,
Hafifah Hafifah
jelas banget disini yg berambisi jadi kaya itu emaknya. pantesan ayahnya Leon lebih milih hidup sederhana dan ngelepas hartanya biar g hidup ama wanita matre kayak ibunya leon
Triiyyaazz Ajuach
semoga Leon bsa segera ingat
Triiyyaazz Ajuach
yg tegas jadi cowok donk Leon amnesia boleh tapi trs jgn diam aja dikendalikan kaya gitu klau mmg nggak nyaman ya jgn diturutin
ngatun Lestari
ayo Leon...segera temukan anak kembarmu
Triiyyaazz Ajuach
siapa tau nanti justru Eric dan Mischa yg bsa mempertemukan Leon dan Sharon
Triiyyaazz Ajuach
ternyata Meylania ksih obat penghambat utk Leon pantas aja nggak bsa ingat Sharon
ir
ayoo Leon minggat ke Yogyakarta bangun bisnis di sana jangan resto tapi nanti malah saingan sama Dion, bangun perusaan lagi di yogya, tinggalin emak lu yg egois itu, biar dia yg urus perusahaan ntar kan lama² dia di depak terus melarat 🤣🤣
Fitria Syafei
Ya Allah Kk yg sabar ya 🥺 semoga niat baik segera di kabulkan 🤲 Kk yang baik hati kereen 🥰
Sugiharti Rusli
kira" si Leon masih mengenali wajah ayah kandungnya gayah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!