*Squel dari One Night Stand With Dosen*
Pernikahan Shalinaz Rily Ausky dengan Akara Emir Hasan cukup membuat orang sekitarnya terkejut. Berawal dari sebuah skandal yang sengaja diciptakan sahabatnya, gadis itu malah terdampar dalam pesona gus Aka, pemuda dewasa yang tak lain adalah cucu dari kyai besar di kotanya.
"Jangan menatapku seperti itu, kamu meresahkan!" Shalinaz Ausky.
"Apanya yang salah, aku ini suamimu." Akara Emir Hasan.
Bagaimana kisah mereka dirajut? Simak kisahnya di sini ya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 27
"Lain kali hati-hati, aku tadi lagi pakai sarung, lagian kalaupun ada aku di sini nggak masalah juga kamu mengganti pakaian kamu di depan aku," ujar pria itu lembut.
"Pakai bajunya, nanti masuk angin, aku ke masjid dulu, jangan lupa sholat di rumah bareng sama umi saja, kamu datang ke mushola dalam," pamit pria itu. Sebelum beranjak lebih dulu mengecup keningnya dan mengacak rambut istrinya dengan sayang.
Begitu Aka keluar, Shali langsung bernapas lega dan keluar dari selimutnya. Gadis itu memakai pakainya dengan cepat, lalu keluar dari kamar menemui Umi Salma yang nampak sudah siap di bilik mushola dalam untuk sholat maghrib.
"Assalamu'alaikum ... umi, maaf jadi menunggu," salam Shali bergabung ke dalam.
"Waalaikumsalam ...." jawab Umi yang sudah lengkap dengan mukenanya. Mereka menunaikan kewajibannya dengan khusuk.
"Mbak Aida mana, Umi? Lagi halangan?" tanya Shali clingukan, tidak menemukan kakak iparnya ikut berjamaah dengannya.
"Aida sudah pulang ke rumah suaminya, nggak terlalu jauh juga, dia sering main ke sini."
"Owh ... pulang to ternyata," sahut Shalin seraya melipat mukenanya. Kembali mengenakan hijab instan dan merapikan sejenak, sebelum akhirnya keluar dari bilik.
Shalin tak langsung ke kamar, ia menuju dapur mengikuti Umi Salma yang hendak menyiapkan makan malam.
"Umi, saya bantu apa nih, Shali belum pandai urusan dapur," ujar gadis itu jujur.
"Pelan-pelan aja, Aka tuh suka makanan yang cenderung agak pedas, dia paling suka makanan laut, seperti ikan, cumi, terus dimasak pedes, manis, asin gitu. Seleranya nusantara banget," jelas Umi Salma yang membuat Shalin tersenyum.
Oke, jadi makanan kesukaan suaminya no ribet. Gampang dilihat praktinya di google kalau-kalau Aka mendadak minta dimasakin itu. Hingga menjelang Isya, mereka sudah menyiapkan semuanya. Ditinggal sholat sebentar lalu kembali ke ruang makan untuk bersama-sama menyantap hidangan makan malam.
Abah, Aka, dan Zayyan hampir bersamaan menuju rumah, kecuali Azmi yang datang sedikit terlambat walau akhirnya bergabung sama mereka. Pria itu menyapa sebentar, sebelum akhirnya menarik kursi dan bergabung duduk diantara keluarga besar. Posisi Shalin dan Azmi yang berhadapan membuat gadis itu menunduk bingung.
Acara makan malam diselingi obrolan kecil, hingga isi piring masing-masing habis, dan Azmi terlihat terburu-buru bangkit.
"Mi, Abah mau ngomong!" seru Kyai Emir menghentikan pergerakan putra ketiga mereka
"Iya, Bah kenapa?" jawab pria itu santai.
"Jadinya kapan kamu mau melamar, ahad ini?" tanya Abah yang seketika membuat Shalin tersedak.
"Hati-hati, Dek, kalau minum," tegur Aka lembut, tangan kanannya refleks mengelus- elus punggung istrinya.
Semua orang sejenak memperhatikan Shalin yang sedang ditenangkan suaminya, beberapa detik kemudian kembali berpusat pada Azmi, termasuk Shalin yang penasaran dengan perempuan yang dimaksud.
"Mau selesain kuliah dulu aja, Bah, mau seperti Bang Aka, lulus S2 dan langsung nunjuk perempuan mana aja, pasti mau lah ya?" sindir Azmi berbicara seraya menatap perempuan di depannya.
"Katanya udah mantep, Abah sampai udah rasan sama Ustadz Edward untuk mengantar, karena Aka kemarin dadakan, nggak sempat nyiapin apa-apa, Abah pikir kamu jadi, Abah pingin ngadain syukuran yang agak besar," ujar Kyai Emir.
"Maaf, Bah, jadi bikin Abah malu."
"Kenapa nggak jadi, katanya takut dosa menahan perasaan hati? Umi sama Abah menyarankan untuk menikah saja, supaya lebih tenang, seperti Aka, Abah lihat ia banyak tersenyum setelah menikah," ujar Kyai Emir yang diiyakan Umi.
"Ya iyalah Bang Aka seneng, orang istrinya cantik dan sholehah kaya kak Shali, Zayyan juga mau nikah muda kalau ada yang kaya Mbak Shali. Hehe." Bayolan Zayyan tentu menarik atensi semua orang di meja makan, kecuali Azmi yang menahan sesak.
Dari ketiga anak laki-laki itu, Zayyan yang paling santai, apa adanya dan sedikit pembangkang. Dalam artian sebatas main anak SMA. Bocah yang belum genap tujuh belas tahun itu menyahut sesukanya.
Aka menanggapi dengan senyuman, sementara Shali hanya diam tanpa merespon. Ia masih kepikiran siapakah gerangan yang akan Azmi lamar sebenarnya. Apa pria itu mengabarinya, atau ingin cepat menikah lantaran sakit hati karena dirinya sudah menikah dengan kakaknya.
"Maaf, Azmi ke kamar dulu," ujarnya meninggalkan ruang makan begitu saja.
"Dek, aku ada kelas nanti sampai jam sepuluh, kamu ke kamar dulu ya, nanti Mas nyusul," ujar Aka menginterupsi.
Suaminya habis isya akan disibukkan mengajar di pesantren sampai malam.
"Iya, Mas," jawab Shali datar.
Setelah membantu Umi membereskan meja makan, Shalin langsung pamit ke kamar. Gadis itu terkesiap saat melewati bilik kamar Azmi mendapati pria itu menginterupsi dirinya.
"Kita perlu bicara!"
pinter bhs arab ya thor...
jd pengen mondok..