NovelToon NovelToon
Inspirasi Petani Sukses Banjarnegara

Inspirasi Petani Sukses Banjarnegara

Status: tamat
Genre:Tamat / Pemain Terhebat
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Esa

Pak Woto, petani sederhana di Banjarnegara, menjalani hari-harinya penuh tawa bersama keluarganya. Mulai dari traktor yang 'joget' hingga usaha konyol menenangkan cucu, kisah keluarga ini dipenuhi humor ringan yang menghangatkan hati. Temukan bagaimana kebahagiaan bisa hadir di tengah kesibukan sehari-hari melalui cerita lucu dan menghibur ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Renovasi Rumah yang Lucu dan Menggembirakan

Pagi itu, suasana di rumah Pak Woto terasa lebih hangat dan penuh semangat. Matahari baru saja menyinari langit, tetapi di meja makan, keluarga Pak Woto sudah berkumpul untuk mengadakan rapat keluarga. Ada satu topik penting yang ingin dibahas kali ini—merenovasi rumah.

Pak Woto, dengan celana panjang khas petani dan baju kaos lusuh yang menjadi favoritnya, membuka perbincangan. “Nah, sekarang tabungan kita sudah lumayan tebal, ya?” katanya sambil mengusap-usap dagunya, mencoba terlihat bijak meskipun baru saja selesai meminum teh hangat.

Marni langsung menyambar, “Lumayan? Wah, itu lebih dari lumayan, Pak! Tabungan kita sekarang sudah meledak kayak kembang api!” ujarnya dengan gaya dramatis sambil mengangkat tangan seolah-olah sedang mengumumkan sesuatu di atas panggung.

Puthut yang sedang memeriksa saldo rekening dengan ponselnya tak mau ketinggalan. “Bener, Pak! Uang kita sudah tembus... berapa ini? 800 juta! Kita bisa beli apa saja!” katanya sambil memamerkan layar ponselnya kepada semua orang. Matanya berbinar-binar, membayangkan segala hal yang bisa mereka lakukan dengan uang sebanyak itu.

Kanza, si kecil yang baru masuk TK, ikut menimpali dengan polos, “Beli mainan banyak, ya, Mak? Terus aku mau rumah Barbie yang besar kayak istana!” Semua orang di meja makan langsung tertawa mendengar keinginan Kanza yang menggemaskan.

Pembahasan Renovasi Dimulai

Pak Woto mengetuk meja dengan jari telunjuknya, mencoba memusatkan perhatian semua orang. “Baiklah, fokus dulu. Rumah kita ini sudah cukup tua, jadi menurutku waktunya direnovasi. Mungkin kita bisa perbesar rumahnya, tambahin lantai dua, sama perbaiki kamar mandi yang bocor itu,” katanya, mengalihkan pembicaraan dari mainan ke topik utama.

Marni langsung mengangguk penuh semangat. “Setuju, Pak! Dapur juga perlu diperluas. Kasihan aku kalau masak ruangnya sempit. Coba bayangin, kita bisa bikin dapur yang super modern kayak di acara masak-masak di TV!”

Puthut menambahkan sambil tersenyum jahil, “Yang penting jangan lupa buat ruang karaoke. Biar nanti kalau ada tetangga datang, bisa kita ajak nyanyi sampai pagi!” Semua orang tertawa keras mendengar ide Puthut yang memang hobi karaoke. Bahkan Bu Sisur sempat menepuk bahunya karena ingat betapa ributnya Puthut kalau sudah pegang mikrofon.

Diskusi Semakin Panas

Namun, saat mereka semakin larut dalam pembahasan, tiba-tiba Pak Woto terdiam sejenak. “Tapi... kalau kita renovasi besar-besaran, jangan-jangan nanti Kanza malah nggak bisa tidur karena takut naik tangga ke lantai dua.”

Semua mata langsung beralih ke Kanza yang sedang bermain boneka di kursinya. Kanza dengan penuh percaya diri menjawab, “Aku nggak takut, kakek. Aku kan pinter!” katanya sambil menirukan gaya superhero dengan kepalan tangan ke udara. Lagi-lagi, semua tertawa.

Puthut yang tidak mau kalah, sambil bergaya sok serius, menambahkan, “Eh, tapi gimana kalau nanti kamar kita masing-masing ditambahin pintu rahasia? Jadi kayak di film-film detektif gitu, Pak. Kalau ada yang datang, kita bisa kabur lewat pintu belakang!” Pak Woto langsung menggeleng-gelengkan kepala dengan senyum tipis, “Dasar Puthut, otakmu itu selalu melayang ke hal-hal aneh.”

Momen Lucu yang Tak Terduga

Setelah semua selesai tertawa, Bu Sisur tiba-tiba bersuara, “Kalau rumah direnovasi, jangan lupa bikin ruang tamu yang besar ya, Pak. Biar nanti kalau ada acara keluarga, kita nggak kepanasan lagi kayak waktu lebaran kemarin.” Pak Woto mengangguk setuju, tetapi kemudian Marni tiba-tiba tertawa sendiri.

“Kenapa ketawa, Mar?” tanya Pak Woto bingung.

“Jadi ingat waktu lebaran, Pak Woto sama Puthut kepanasan gara-gara AC rusak. Waktu itu Pak Woto duduk sambil kipas-kipas pakai daun kelapa, terus tiba-tiba kipasnya kebanting ke bakso yang lagi dimakan Pak Joko!” Semua tertawa keras-keras, bahkan Pak Woto yang biasanya sabar akhirnya ikut ngakak mengingat insiden konyol itu.

Kesimpulan Rapat

Akhirnya, setelah semua candaan dan tawa reda, mereka sepakat untuk merenovasi rumah. Pak Woto menulis daftar keinginan renovasi yang mencakup semuanya, dari dapur modern sampai ruang karaoke, bahkan pintu rahasia ala detektif seperti usulan Puthut. Mereka juga sepakat untuk tetap sederhana dan tidak terlalu berlebihan, walaupun tabungan mereka sudah sangat banyak.

Di akhir rapat, Kanza tiba-tiba berkata dengan polosnya, “Nanti kalau rumah kita sudah besar, kita bisa bikin taman belakang untuk tempat aku main sama teman-teman, kan?”

Pak Woto tersenyum lebar dan memeluk cucunya. “Tentu saja, Nak. Kamu bakal punya taman paling cantik di desa ini. Dan kalau kamu mau rumah Barbie yang besar, kita lihat nanti, ya,” katanya sambil tertawa.

Marni kemudian menutup rapat dengan candaan khasnya, “Yang penting, jangan lupa kita bikin konten YouTube tentang proses renovasi rumah ini! Siapa tahu video viral lagi, dan kita dapet lebih banyak lagi uang buat nambahin taman Kanza!”

Semua orang setuju sambil tertawa gembira. Rapat keluarga pun berakhir dengan keceriaan, dan mereka siap memulai perjalanan baru untuk merenovasi rumah mereka yang sudah tua menjadi rumah impian yang modern dan penuh kebahagiaan.

Pak Woto dan Rencana Besar Renovasi

Suasana pagi di desa Masaran terasa segar dengan embusan angin yang sejuk. Pak Woto, seperti biasa, bersiap-siap untuk pergi ke ladang. Ia meraih caping dan sarung tangan lusuhnya, lalu bergegas menuju sawah untuk mengurus padi yang mulai memasuki masa siap panen. Namun, sebelum ia benar-benar pergi, ia ingat kalau renovasi rumah sudah mendekat. Waktu untuk memulai persiapan sudah tiba, dan tentu saja, ada banyak material yang harus dibeli.

Pak Woto lalu memanggil Puthut yang masih asyik tiduran di depan TV sambil menonton acara lawak favoritnya.

“Puthut, sini dulu, Nak!” panggil Pak Woto sambil menepuk-nepuk pundaknya.

Puthut yang sedikit malas-malasan segera bangkit, sambil tetap tertawa karena adegan kocak di TV belum selesai. “Kenapa, Pak? Mau ke sawah?” tanya Puthut dengan nada santai.

Pak Woto menggeleng, “Iya, Bapak mau ke sawah, tapi kamu nggak ikut kali ini. Kamu Bapak suruh ke toko bangunan aja. Kita harus mulai beli bahan-bahan buat renovasi rumah. Udah mau dimulai, ingat?”

Mendengar kata “toko bangunan”, wajah Puthut langsung berubah jadi bingung. “Eh, tapi, Pak... Saya nggak ngerti soal bahan-bahan bangunan. Takut salah beli nanti,” jawabnya sambil menggaruk-garuk kepala.

Pak Woto tersenyum kecil sambil menepuk bahu anaknya. “Ah, kamu ini. Udah besar masih aja ragu. Tinggal beli semen, pasir, bata merah, sama cat. Lagian di sana ada Pak Toto, pemilik toko, dia pasti tahu yang kita butuh. Kamu tinggal bilang aja, kok,” jawab Pak Woto penuh keyakinan.

Puthut, yang merasa tak ada pilihan lain, akhirnya mengiyakan. “Ya udah, Pak. Tapi kalau ada yang salah, tanggung jawab Bapak, ya,” katanya dengan nada bercanda.

Pak Woto hanya tertawa kecil dan kemudian melanjutkan langkahnya ke sawah.

Petualangan Puthut di Toko Bangunan

Sesampainya di toko bangunan, Puthut langsung disambut oleh Pak Toto, pemilik toko yang sudah lama dikenal sebagai ahli segala hal soal bangunan.

“Wah, Puthut! Mau renovasi rumah, ya?” sapa Pak Toto dengan suara lantang.

Puthut mengangguk sambil tersenyum kikuk. “Iya, Pak. Ini saya disuruh Bapak beli bahan-bahan buat renovasi. Tapi, saya nggak terlalu paham sih, Pak. Bisa dibantu nggak?”

Pak Toto yang sudah paham langsung mengangguk-angguk. “Ah, gampang itu! Semen, bata, pasir, cat. Semua bahan dasar itu saya udah siapin. Kamu tinggal kasih tau mau warna cat apa,” katanya sambil berjalan ke bagian cat tembok.

Di sinilah masalah mulai muncul. Pak Toto menunjukkan banyak sekali pilihan warna cat, dari yang terang sampai yang gelap, dari warna pastel hingga metalik. Puthut langsung kebingungan. Matanya terpaku pada deretan warna yang seolah tak ada habisnya.

“Waduh, Pak Toto, warna-warnanya banyak banget! Saya cuma disuruh beli cat, tapi nggak dikasih tau warnanya,” kata Puthut dengan nada cemas.

Pak Toto tertawa, “Yah, gimana dong? Kamu harus pilih. Mau warna merah jambu? Biru langit? Atau mungkin hijau toska yang lagi tren?”

Puthut menggaruk kepalanya lagi, merasa semakin bingung. “Aduh, kalau salah pilih nanti Bapak marah lagi,” gumamnya pelan. Lalu, ia mencoba menelepon Pak Woto untuk menanyakan pilihan warna.

Telepon tersambung, dan suara Pak Woto terdengar di ujung sana, “Halo? Gimana, Puthut? Udah selesai beli?”

“Pak, catnya warna apa?” tanya Puthut singkat.

Pak Woto terdengar berpikir sejenak, lalu menjawab, “Pilih yang adem-adem aja, yang kalau dipandang nggak bikin pusing.”

Jawaban itu bukannya membantu, malah makin membingungkan Puthut. “Yang adem-adem itu yang mana, Pak?” tanya Puthut lagi, kali ini dengan nada putus asa.

Pak Woto tertawa dari ujung sana, “Ya kamu lihat aja! Masa milih cat aja ribet?”

Puthut menghela napas panjang, lalu akhirnya memilih warna hijau muda, berharap itu cukup “adem” untuk Pak Woto.

Momen Lucu saat Pengiriman Barang

Setelah urusan cat selesai, Puthut akhirnya memesan semua bahan bangunan yang diperlukan. Namun, momen lucu kembali muncul ketika barang-barang itu dikirim ke rumah.

Truk pengantar material bangunan tiba di depan rumah Pak Woto, dan ketika pasir serta semen diturunkan, ada satu hal yang aneh. Pak Woto mendekat dan langsung bertanya pada sopir truk.

“Ini kok ada kursi plastik juga, Mas? Saya nggak pesan kursi, lho,” kata Pak Woto heran.

Sopir itu melihat catatan pesanan dan mengangguk. “Oh, ini permintaan Puthut, Pak. Katanya buat duduk-duduk pas renovasi,” jawab sopir itu tanpa sadar telah membuat situasi lebih kocak.

Pak Woto memanggil Puthut yang sedang di dalam rumah. “Puthut! Ini apa maksudnya beli kursi plastik segala? Kita kan mau renovasi, bukan bikin kafe!”

Puthut langsung keluar dengan muka bingung. “Lho, saya nggak beli kursi, Pak. Itu pasti salah paham. Saya cuma bilang mau beli cat warna adem, bukan kursi buat adem-ademan!”

Marni yang mendengar percakapan itu langsung tertawa terpingkal-pingkal. “Hahaha! Aduh, Puthut, Puthut... makanya kalau pesen jangan ngasal. Nanti rumah kita malah penuh dengan kursi plastik!”

Semua orang yang ada di sekitar, termasuk tetangga yang kebetulan lewat, ikut tertawa. Puthut hanya bisa menunduk malu sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Persiapan Renovasi Dimulai

Meski ada kejadian konyol dengan kursi plastik itu, akhirnya semua bahan-bahan renovasi berhasil disiapkan. Pak Woto dan keluarganya pun semakin semangat untuk memulai proses renovasi rumah mereka yang sudah lama mereka impikan.

“Yah, yang penting sekarang kita bisa mulai renovasi. Kursi plastik ini bisa kita jadikan tempat istirahat sambil nonton tukang kerja nanti,” canda Pak Woto sambil menepuk bahu Puthut yang masih agak cemberut.

Hari itu berakhir dengan tawa yang hangat. Meski ada banyak kekonyolan, mereka tetap bersyukur karena proses renovasi rumah akan segera dimulai. Dan siapa tahu, mungkin kisah kursi plastik ini bisa jadi konten YouTube baru yang bakal viral lagi!

Renovasi besar menanti di depan mata, dan semangat keluarga Pak Woto semakin membara!

1
Los Dol TV
hadir kunjung thor
ATAKOTA_
bagus sekali
DJ. Esa Sandi S.: makasih kaka
total 1 replies
anggita
like👍+dukungan iklan buat pak Woto☝yg lagi di sawah.
DJ. Esa Sandi S.: hehehe makasih mbak Anggita.. moga-moga rejekimu lancar ya .. tambah iman dan takwa.. aamiin
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!