Azzam tidak menyadari bahwa wanita yang ia nikahi bukanlah kekasihnya, melainkan saudara kembarnya.
Sejak kepulangannya dari Kanada, sebenarnya Azzam merasa ada yang aneh dengan kekasihnya, ia merasa kekasihnya sedikit berubah, namun karena rasa cintanya pada sang kekasih, ia tetap menerima perubahan itu.
Bagaimana jika suatu saat Azzam mengetahui yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shangrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nekat
Happy reading..
Mata Azzam terpejam, namun ia tidak benar-benar terlelap. Pikirannya masih di hantui rasa penasaran yang kian menjadi. Seperti menyusun sebuah puzzle, ia menyusun bukti-bukti yang ia temui.
Yaitu bukti foto yang di kirimkan Baim, bukti sang istri yang memiliki kamar rahasia, dan bukti dari perubahan sang istri. Azzam semakin menyadari bahwa istrinya yang sekarang berbeda dengan Zahwa yang ia temui di Kanada.
Terasa sangat berbeda dari sikapnya, kebiasaannya, selera makannya, bahkan cara berpakaiannya pun berbeda. Dan satu lagi, mereka sempat hilang kontak saat Zahwa pulang lebih dulu ke Indonesia, ketika bertemu lagi, Zahwa sudah berubah seperti yang sekarang ini.
Azzam merasa jantungnya berdegup kencang, rasa penasarannya kian menggebu.
"Siapa wanita itu? Mengapa dia sangat mirip dengan Zahwa? Benarkah Zahwa memiliki saudara kembar? Tapi kenapa Zahwa merahasikannya dariku?" gumam Azzam dalam hati. Dia mengusap wajahnya yang tegang, berusaha mencerna situasi yang membuatnya bingung ini.
Rasa penasaran dan berbagai macam pertanyaan di benaknya bercampur menjadi satu, membuatnya sulit untuk berpikir jernih.
Akhirnya Azzam sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya, ia memutuskan untuk melihat kamar rahasia milik istrinya. Dengan hati-hati ia turun dari tempat tidur supaya tidak membangunkan sang istri, kemudian berjalan mengendap-endap supaya tidak menimbulkan suara yang bisa membangunkan sang istri. Azzam ingin membuktikan apakah benar Zahwa memiliki saudara kembar seperti dugaannya.
Malam ini hujan masih turun, dan suara rintik hujan menambah misteri yang sudah menyelimuti hati Azzam. Dengan langkah yang seringan kapas, Azzam perlahan meninggalkan kehangatan ranjang mereka. Setiap detik, setiap gerakannya begitu terukur, tak ingin membuat suara yang bisa mengusik tidur sang istri.
Kunci kamar rahasia itu sudah lama menjadi benda yang menggoda imajinasinya. Setelah memastikan Zahwa masih terlelap, Azzam mengambil kunci dari laci meja rias dengan gerakan yang sehalus hembusan nafas. Jantungnya berdegup kencang, seakan bisa memecah kesunyian malam.
Dia keluar kamar dan membuka pintu kamar rahasia itu dengan perlahan, engsel pintu berdecit sedikit namun tidak cukup untuk membangunkan siapa pun. Ketika pintu terbuka, nafasnya tertahan saat matanya menyapu ruangan tersebut, penuh dengan foto-foto yang terpajang rapi di dinding dan atas meja.
Foto-foto itu menunjukkan Zahwa, wanita yang dicintainya, berdampingan dengan seorang wanita lain yang sangat mirip dengannya. Azzam mengerutkan dahi, bingung dan terkejut, karena selama ini Zahwa tidak pernah bercerita bahwa dirinya memiliki saudara kembar.
Sebuah ruangan yang penuh dengan foto dan memorabilia terbentang di depan matanya. Azzam memasuki ruangan itu, matanya segera tertuju pada sebuah foto besar di dinding yang menunjukkan Zahwa sedang berdiri di samping seorang wanita yang sangat mirip dengannya.
Hatinya berdesir, semua teka-teki dalam benaknya perlahan menemukan jawabannya. Di sudut ruangan, ada dua set baju yang identik, dua boneka yang sama dengan nama 'Azahwa' dan 'Azura' terpampang jelas, mengukuhkan dugaannya selama ini.
Dengan rasa campur aduk antara kecewa dan terkejut, Azzam menyadari bahwa semua ini bukan sekadar dugaan saja, melainkan kenyataan. Zahwa memang memiliki saudara kembar. Tapi kemana saudara kembarnya? Mengapa sampai sekarang dirinya belum pernah bertemu dengan saudara kembar istrinya?
Azzam berdiri di tengah ruangan itu, membiarkan rasa penasaran yang selama ini menggelayutinya perlahan mencair, digantikan oleh rasa kecewa terhadap rahasia besar yang selama ini Zahwa simpan sendiri.
Langkahnya terhenti saat dia memerhatikan foto demi foto, membandingkan setiap detailnya. "Bagaimana mungkin aku tidak tahu?" gumam Azzam pelan, rasa penasaran bercampur kecewa menggelayuti pikirannya. Dia merasa seperti menjadi orang bodoh yang tidak tahu apa-apa tentang istrinya.
Dalam diam Azzam mencoba memahami kenapa Zahwa menyembunyikan hal ini darinya. Apakah ada rahasia lain yang belum terungkap? Hatinya berdebar, tangannya gemetar saat dia menemukan sebuah album foto lama di sudut meja yang menunjukkan masa kecil Zahwa dan saudara kembarnya.
Setiap lembaran membuka lembaran baru dari kehidupan Zahwa yang belum pernah ia ketahui. Rasa sakit dan kecewa berbaur menjadi satu. Mengapa istrinya merahasiakan ini semua? Padahal memiliki saudara kembar bukanlah aib atau sebuah masalah, tapi mengapa sampai di rahasiakan segala?
Dan kedua mertuanya juga tidak pernah cerita sama sekali tentang saudara kembar Zahwa.
"Mas!"
Mendengar sang istri memanggil, Azzam pun keluar dari kamar rahasia milik istrinya ini, Azzam keluar dengan hati yang kecewa, mengapa Zahwa merahasiakan bahwa dia punya saudara kembar.
"Jelaskan padaku, siapa wanita yang wajahnya sama persis denganmu." pinta Azzam.
Zahwa menatap Azzam dengan mata yang membesar, perasaan bercampur antara kebingungan dan ketakutan. Ia merasa dipojokkan, ruang di sekitarnya seakan mengecil.
"Itu... itu saudaraku, Zura," ucap Zura dengan suara yang gemetar. bagaimana ia tidak gemetar, hampir saja semua terbongkar. Untung saja dirinya bisa menjawab dengan tepat. "Aku... aku tidak bermaksud menyembunyikannya darimu, Mas."
Azzam menghela napas berat, rasa kesal masih menyelimuti wajahnya. "Mengapa selama ini kamu tidak pernah cerita tentang saudara kembarmu itu?! Kita sudah menikah, Zahwa! Aku ini suamimu, bukan orang lain." suaranya meninggi, seolah-olah setiap kata yang keluar menuntut penjelasan yang lebih.
Zahwa menggigit bibir bawahnya, mencoba mengumpulkan keberanian untuk menjelaskan. "Kami.."
"Mereka terpisah sejak kecil, nak Azzam." sahut Ibu Zura. Ibu Zura terbangun ketika mendengar suara Azzam dengan nada tinggi.
Mata Zura mulai berkaca-kaca, perasaan bersalah memenuhi hatinya, karena sebuah kebohongan kini tercipta lagi demi menutupi kebohongan sebelumnya.
Azzam berdiri tegak, mencoba menenangkan diri. Ia menatap Zahwa, matanya mencoba membaca setiap emosi yang terpancar dari wajah istrinya itu. Setelah beberapa saat, Azzam menghembuskan napas panjang.
"Seharusnya kamu bilang padaku, apapun itu, Zahwa. Ini memang bukan masalah yang besar, tapi ini penting. Seharusnya tidak ada rahasia di antara kita, ataupun di antara keluarga kita," ucap Azzam, suaranya lebih lembut, namun masih terasa ada kekecewaan.
Zahwa menundukkan kepala. "Aku minta maaf, Mas. Aku benar-benar minta maaf," suaranya serak, menahan isak tangis.
Azzam mengambil langkah mendekat, mengangkat dagu Zura agar mereka bisa saling menatap. "Mulai saat ini aku janji akan lebih terbuka lagi padamu, Mas." janji Zura mencoba membangun kembali kepercayaan yang sempat retak.
Azzam tersenyum tipis walaupun masih ada kekecewaan di hatinya. "Lantas, dimana saudara kembarmu itu? Kenapa aku belum pernah bertemu dengannya? Mengapa di hari pernikahan kita dia tidak hadir?"
Seketika Zura dan ibunya saling tatap, mereka harus mencari alasan apalagi, dan harus kompak supaya Azzam tidak curiga.
To be continued.