Anindya, seorang Ibu dengan 1 anak yang merasa sakit hati atas perlakuan suaminya, memilih untuk
bercerai dan mencari pelampiasan. Siapa sangka jika pelampiasannya berakhir dengan obsesi Andra, seorang berondong yang merupakan teman satu perusahaan mantan suaminya.
“Maukah kamu menikah denganku?” Andra.
“Lupakan saja! Aku tidak akan menikah denganmu!” Anindya.
“Jauhi Andra! Sadarlah jika kamu itu janda anak satu dan Andra 8 tahun lebih muda darimu!” Rima.
Bagaimana Anindya menghadapi obsesi Andra? Apakah Anindya akan menerima Andra pada akhirnya?
.
.
.
Note: Cerita ini diadaptasi dari kisah nyata yang disamarkan! Jika ada kesamaan nama tokoh dan cerita, semuanya murni
kebetulan. Mohon bijak dalam membaca! Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Tak Tahu Malu
Faris telah sampai di Bandara Jogja. Dengan memesan ojek online, Faris segera menuju rumah Anindya karena ia tahun pasti tujuan istrinya.
Sampai di rumah Anindya, ternyata rumah sedang kosong. Salah seorang keluarga mengatakan jika Anindya membawa Ardio ke rumah sakit bersama ibunya. Segera Faris menghubungi Anindya, tetapi tak kunjung dijawab. Ia yang telah memasang aplikasi pencari perangkat tanpa sepengetahuan Anindya pun membukanya untuk melihat lokasi istrinya saat ini.
"Apakah ada pasien atas nama Ardio Pratama dirawat disini?" tanya Faris kepada bagian pendaftaran.
"Maaf, Anda siapa?"
"Saya Ayahnya. Telepon istri saya tidak bisa dihubungi."
"Boleh minta KTPnya?" Faris menyerahkan KTPnya.
"Ardio Pratama masuk di poli anak. Dari sini Bapak lurus, kemudian belok kiri dan ruang poli ada di sebelah kanan." kata petugas sambil mengembalikan KTP Faris.
"Terima kasih."
Faris menyusuri jalan sesuai arahan. Ia menemukan poli anak disana, tetapi tidak menemukan Ardio. Ia pun memutuskan untuk menunggu. Tak lama kemudian, Anindya dan Ardio keluar dari ruangan poli diikuti Ibu Anindya.
"Ardio sakit apa?" tanya Faris mencegat langkah Anindya.
"Mas kenapa bisa ada disini?"
"Aku memajukan cuti. Ardio sakit apa?"
"Tidak sakit. Hanya kontrol rutin sekalian imunisasi." jawab Anindya yang kembali berjalan.
Tanpa banyak bertanya, Faris mengikuti langkah Anindya sampai di depan apotik. Setelah menyerahkan resep dan menerima nomor antrean, Anindya duduk. Faris mengambil alih Ardio dari tangan Anindya. Karena mereka ada di tempat umum, Anindya tak mempermasalahkannya. Ibu Anindya pun hanya diam tidak berkomentar.
Tanpa mereka tahu, ternyata Rani melihat kebersamaan tersebut karena kebetulan Rani juga memeriksakan Arka.
"Kita pulang, Bu." ajak Anindya setelah menerima vitamin yang diresepkan dokter.
"Sini, Mas!" Anindya mengambil Ardio dari tangan Faris.
"Bagaimana denganku?" tanya Faris memelas.
"Kamu bisa kesini, berarti kamu bisa kembali, Mas!" ketus Anindya.
Faris hanya diam. Tetapi ketika ia melihat Anindya memasuki taksi online, ia pun ikut masuk ke mobil.
"Tidak tahu malu!" gumam Anindya kesal.
Sampai dirumah, Anindya menidurkan Ardio yang terlelap sejak di mobil. Ibu Anindya ke dapur membuat minuman untuk Faris.
"Nin.." panggil Faris saat Anindya berjalan melewatinya.
"Apa?"
"Kita perlu bicara!"
"Katakan!"
"Duduklah dulu." Faris menarik tangan Anindya agar duduk bersamanya.
"Nin, aku akui aku salah. Tapi jangan meminta cerai, aku mohon!"
"Apa kesalahan mu, Mas?"
"A-aku, menikah lagi tanpa sepengetahuan mu." jawab Faris jujur.
"Sejak kapan, Mas?" Anindya mencoba tenang.
"Cuti pertama saat kamu sudah ikut denganku."
"Apa aku tidak bisa memuaskanmu,jadi kamu menikah lagi?"
"Tidak. Aku menikahi Rani karena dia melahirkan anakku." kata Faris lemah.
"Jadi, namanya Rani? Jika kamu tahu dia mengandung anakmu, mengapa kamu menikahimu, Mas?" Hati Anindya sudah tak berbentuk lagi.
"Aku tidak tahu jika dia mengandung, Nin! Aku baru tahu saat dia sudah melahirkan dan datang ke rumah. Aku sampai melakukan tes DNA untuk memastikannya."
"Kedua orang tuamu tahu, tetapi hanya diam saja kan?"
"Kami melakukannya hanya untuk memastikan masa depan Arka, Nin. Tidak ada maksud lain." Faris menggenggam erat tangan Anindya.
"Walaupun kamu menikahi ibunya, anak itu tetap tidak bisa mendapatkan haknya, Mas. Karena nasab anak itu akan ikut ibunya."
"Aku tahu. Tetapi aku ingin melindungi anak itu dari masyarakat yang akan menghujatnya nanti."
"Bilang saja kamu menikmatinya, Mas! Pantas saja saat berhubungan denganku, kamu memperlakukanku seperti orang lain. Jadi, sejak awal kamu dengan Rani dan menjadikanku pelampiasan!" Anindya melepaskan genggaman Faris.
"Tidak, Nin. Aku tidak menikmatinya!" Faris akan melakukan apapun untuk mempertahankan Anindya.
"Tidak menikmatinya kamu bilang, Mas? Lalu setiap cuti kamu mengatakan ada urusan dengan Ayah, saat Ayahku meninggal kamu juga mengatakan hal sama. Tetapi Ayah tidak tahu kamu dimana! Bukankah itu membuktikan kamu menghabiskan waktu cuti bersama perempuan itu?" teriak Anindya yang sudah tidak tahan dengan kemunafikan suaminya.
"Tidak, Nin. A-aku.." Faris kehabisan akal.
"Pernikahan kedua itu tanpa persetujuanku, sama saja Mas membohongiku. Dan restu ku adalah salah satu syarat kamu bisa menikah lagi, Mas! Aku tebak kalian menikah tanpa memberitahu status kamu yang sudah menikah?" tebaj Anindya yang tepat sasaran.
"Terima kasih, Mas. Itu cukup untuk menjadi bukti dipengadilan." Anindya diam-diam merekam percakapan mereka sedari tadi.
Anindya pun beranjak dan meninggalkan Faris untuk kembali ke kamarnya. Setelah mengunci pintu, Anindya menangis sejadi-jadinya. Sedangkan Faris hanya membatu menatap pintu kamar Anindya dan Ibu Anindya yang mendengarkan percakapan mereka sedari tadi menahan tangisnya di balik pembatas ruang tamu dan ruang makan.
"Mas Faris!" teriak Rani dari luar rumah Anindya.
Seketika Faris menegang. Anindya yang sudah mereda juga mendengarnya tetapi tak memedulikannya.
"Ran! Apa yang kamu lakukan disini?"
"Aku tidak akan kemari kalau kamu tidak mengabaikan aku, Mas!"
"Jangan disini!" Faris menarik tangan Rani, tetapi Rani mengibaskan nya.
"Biar saja disini, sekalian Anindya tahu kalau aku juga istrimu!" suara Rani yang keras, segera menarik perhatian keluarga dekat Anindya.
Ibu Anindya yang sedari tadi hanya diam, meminta keduanya untuk masuk kedalam rumah.
"Saya Rani, istri kedua Mas Faris." Rani memperkenalkan dirinya kepada Ibu Anindya setelah duduk didalam rumah.
Ibu Anindya hanya mengangguk dan meninggalkan keduanya menuju dapur. Anindya yang mendengarnya di balik pintu kamar hanya diam tanpa berkeinginan untuk keluar.
"Katakan, kenapa kamu kemari!" sergah Faris.
"Aku yang seharusnya bertanya, Mas! Kenapa kamu memblokir nomorku?" Faris hanya diam.
"Aku tidak Terima kamu mencampakkan ku, Mas! Walaupun istri kedua, aku juga istrimu dan memiliki hak atas kamu. Kamu sendiri yang berjanji jika setiap cuti kamu akan mengunjungi ku! Waktuku hanya terbatas saat kamu cuti dan itu pun paling lama hanya 10 hari. Kamu tidak adil!" ucap Rani panjang lebar.
"Ran! Tidak bisakah kamu mengerti posisiku? Aku sudah mengatakan, jangan sampai Anindya tahu dan sekarang kamu berbuat ulah seperti ini!" kesal Faris.
"Jika saja kamu tidak mengabaikan aku, aku tidak mungkin melakukan ini, Mas! Biar saja Anindya tahu kalau kamu sudah menikah. Lagi pula statusnya menikah, bukan selingkuh!" kata Rani tanpa peduli ucapannya dikecam banyak orang.
"Plak!" Faris menampar pipi Rani.
"Tega kamu, Mas! Akulah yang memuaskanmu saat istrimu tidak melaksanakan kewajibannya! Aku juga sudah melahirkan anak untukmu! Apa ini balasanmu untukku?" Rani sengaja mengatakannya.
"Cukup, Ran! Kamu sudah kelewat batas! Pulanglah, aku akan menemuimu nanti!" Rani dengan kesal pergi meninggalkan rumah Anindya.
Ia tak ingin memprovokasi Faris lagi. Niatnya untuk mengungkapkan pernikahannya dengan Faris sudah tercapai. Ia tinggal menunggu bagaimana hasilnya nanti.
Setelah kepergian Rani, Faris meninju pintu rumah Anindya dengan frustasi. Kesempatannya untuk mempertahankan Anindya sangat tipis saat ini. Ia yang ingin menyelesaikan masalahnya dengan Anindya baik-baik, Rani justru memperkeruh nya.
Sedangkan Anindya yang ada didalam kamar hanya dian dengan memeluk lututnya. Tekadnya semakin bulat untuk mengajukan cerai.
Aku ingin lihat rumah tangga penghianat ama pelakor ..
orang macam faris itu sembuhnya kl jd gembel atau penyakitan
kl pintar pasti cari bukti bawa ke pengadilan biar kena hukuman tu si Faris.