NovelToon NovelToon
TEENAGER : 4 Gadis Remaja

TEENAGER : 4 Gadis Remaja

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Blackpink / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: oreonaaa

Raya, Jenny, Nabilla, dan Zaidan. Keempat gadis yang di sangat berpengaruh di salah satu sekolah favorit satu kota atau bisa dibilang most wanted SMA Wijayakusuma.

Selain itu mereka juga di kelilingi empat lelaki tampan yang sama berpengaruh seperti mereka. Karvian, Agam, Haiden, dan Dio.

Atau bagi anak SMAWI mereka memanggil kedelapannya adalah Spooky yang artinya seram. Karena mereka memiliki jabatan yang tinggi di sekolahnya.

Tentu hidup tanpa musuh seakan-akan tidak sempurna. Mereka pun memiliki musuh dari sekolah lain dimana sekolah tersebut satu yayasan sama dengan mereka. Hanya logo sekolah yang membedakan dari kedua sekolah tersebut.

SMA Rajawali dan musuh mereka adalah Geng besar di kotanya yaitu Swart. Reza, Kris, Aldeo, dan Nathan. Empat inti dari geng Swart dan most wanted SMAJA.

Selain itu ada Kayla, Silfi, Adel, dan Sella yang selalu mencari ribut setiap hari kepada keempat gadis dari SMAWI.

Dan bagaimana jika tiba-tiba SMAJA dipindahkan ke sekolah SMAWI?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oreonaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18 : Membolos Bersama

Angin mengembus kencang membawa helai rambut Billa terbang ke belakang. Rooftop adalah tempat yang sangat pas untuk Billa saat ini. Memejamkan mata menikmati semilir angin.

Menghembuskan nafasnya berat. Membuka matanya dan menatap ke depan. Billa dikenal anak polos, baik hati, ramah dan selalu tersenyum. Tetapi dibalik itu semua ada begitu banyak beban yang berada di pundak kecilnya itu. Akhir-akhir ini masalahnya begitu banyak. Entah itu dalam keluarga maupun luar. Rasanya kepalanya akan meledak.

“Gini amat hidup gue.” Gumam Billa.

Cklek

Pintu rooftop terbuka. Billa menoleh siapa gerangan yang datang. Mata mereka bertemu. Aiden berjalan mendekati dan menyerahkan bungkusan makanan kepada Billa.

“Nih!”

Billa mengangkat alisnya sebelah. Tidak paham.

Aiden menghembuskan nafas, “Makan, Lo belum makan tadi di kantin.”

Billa mengangguk. Mengambil bungkusan makanan itu sembari tersenyum tipis. “Makasih Aiden, Lo terbaik.”

Aiden mengangguk dan tersenyum. “Lo makan, gue tunggu in.”

Menurut dan tidak membantah karena jujur Billa memang lapar. Sedari tadi ia menahan kelaparan ini.

Mereka duduk di lantai, sembari bersandar pada dinding. Aiden menatap Billa yang lahap memakan makanan bawaannya itu. Ingin menghentikan waktu agar ia bisa berduaan dengan Billa tanpa gangguan.

Billa yang sadar ditatap oleh Aiden, mendongak menatap bingung. “Kenapa? Lo mau?” Tanyanya.

Aiden menggeleng, “Lo makan semuanya.” Billa mengangguk dan melanjutkan makannya.

Aiden tidak menatap Billa lagi. Ia memainkan ponselnya, sekedar membalas chat yang penting-penting.

“Ah! Kenyang.”

Aiden menoleh. Memasukkan ponselnya ke dalam saku. Ia bangun dari duduknya.

“Udah selesai kan? Mau balik apa di sini?”

“Emm, balik aja deh.” Aiden mengangguk dan menggandeng tangan Billa.

Mereka keluar dari rooftop. Melewati koridor kelas yang sudah sepi karena bel masuk sudah berbunyi sejak tadi.

“Yang lain pada ke mana?” Tanya Billa.

“Bolos.” Jawab Aiden.

“Kita ikut?”

“Iya.”

...۝

...

Rumah Vian adalah tempat ter paling-paling pas untuk tempat membolos. Karena apa? Fasilitas, kenyamanan, makanan, semuanya terjamin ada. Tidak akan mati kebosanan.

Seperti saat ini, Dio, Zai dan Jenny sedang bermain game di dalam kamar Vian. Berisik? Tentu sangat malah.

Agam tertidur pulas di tempat tidur Vian. Raya duduk anteng di sofa yang ada di kamar Vian sembari mengerjakan tugas sedangkan si pemilik kamar alias Vian berada di luar kamar. Vian sedang menyuruh pelayanan untuk membuatkan camilan dan minuman.

Tidak berselang lama, Aiden dan Billa datang. Vian yang memang berada di bawah menoleh saat Aiden dan Billa datang.

“Mereka di kamar.” Ujar Vian dan melanjutkan pembicaraan kepada koki.

Aiden dan Billa mengangguk. Berjalan menuju kamar Vian yang berada di lantai 3 menggunakan lift.

Jika kalian bertanya di mana orang tua Vian, jawabannya adalah mereka sedang berada di luar negeri karena ada sebuah proyek yang besar.

“Akhirnya sobat ku kembali! Den yok main, ada edisi baru ini game Vian.” Seru Dio saat Aiden dan Billa masuk ke dalam kamar.

“WAH! GAS!” Aiden segera bergabung.

Billa duduk di sebelah Raya. Zai dan Jenny pun juga sudah duduk di lantai yang beralaskan karpet bulu.

“Gimana? Udah tenang?” Tanya Raya.

Billa mengangguk dan tersenyum lebar. Zai pun langsung merangkul bahu Billa.

“Gini dong baru bestih gue.” Seru Zai.

Dari mereka berempat, memang Zai dan Billa yang paling dekat satu sama lain.

Cklek

Vian masuk dan duduk di sebelah Raya yang kosong.

“Raya sama Vian kok mau bolos? Biasanya gak mau ikut kalau di ajak bolos bareng.” Tanya Billa heran.

Raya menoleh, “Gabut.”

“Sebuah keajaiban kan, Raya sama Vian mau ikut? Pertamanya juga gue kaget Bil, pas Dio saran in buat bolos terus Vian setuju-setuju aja terus Raya juga. Kayak bukan mereka ga sih.” Cerocos Zai dengan ekspresi berubah-ubah.

“Iya sih, aneh.” Setuju Billa.

“Apa lagi tadi, Raya saran in buat lewat depan aja. Katanya soal Pak Obeng satpam depan urusannya. Dan Lo tahu? Raya izin sama Pak Obeng yang notabene orang terpercaya guru BK dan LANGSUNG DI IZIN WEH! Gue di situ syok banget.” Ujar Jenny histeris.

Billa hanya mangut-mangut mendengarkan cerita dari Zai dan Jenny. Terkadang ia juga kaget karena fakta yang baru ia dengar. Dan tokoh utama cerita Zai dan Jenny alias Raya dan Vian hanya diam. Raya yang masih sibuk akan buku-bukunya dan Vian yang sudah bergabung memainkan game bersama Dio dan Aiden.

“Gue lapar.”

Seketika sunyi saat orang yang sedari tadi tertidur pulas di kasur itu bangun. Vian yang peka langsung berdiri.

“Ya udah kita turun, makan. Gue udah suruh pelayan buat camilan sama makanan lainnya.” Ujar Vian.

Zai berteriak senang, “Duh Mas Vian peka banget.”

“Dih geli.” Dio bergidik geli dan dibalas tatapan tajam dari Zai.

Mereka pun turun menuju ke dapur yang berada di lantai bawah. Mereka berada di rumah Vian sampai malam dan tepat pukul 21.00 WIB mereka pamit pulang.

Sebenarnya mereka ingin menginap tetapi karena Raya yang sudah di telepon oleh Ayahnya untuk pulang maka semuanya ikut pulang.

Mereka saat ini berada di depan rumah Vian. Zai berboncengan dengan Dio karena rumah mereka searah juga. Aiden dan Billa meskipun arah rumah mereka berbeda tetapi Aiden memaksa.

“Jen, Lo pulang sama Agam?” Tanya Zai.

Jenny menggeleng, “Gue di jemput sama Kris.”

Ucapan Jenny mampu mengalihkan perhatian semuanya. Sekarang Jenny ditatap penuh pertanyaan.

“Maksudnya?” Tanya Raya.

Jenny menghela nafas, “Kris chat gue katanya bakal jemput disuruh bunda.”

Baru ingin melayangkan pertanyaan lagi, suara klakson motor mengalihkan perhatian.

“Nah, itu Kris dah dateng. Gue pulang dulu, bye.” Jenny dengan cepat menghampiri Kris.

Menerima pemberian helm dari Kris dan memakainya. Menaiki motor sport hitam biru milik Kris.

“Sudah?” Tanya Kris dan di angguk-i Jenny.

Kris pun menyalakan mesin motor. Sebelum menjalankan motornya, ia mengklakson sebagai simbol berpamitan dan Kris pun melaju kan motornya meninggalkan beribu tatapan kecurigaan dan pertanyaan di hati teman-teman Jenny.

Ditambah tatapan tajam yang sedari tadi layangkan oleh salah satu dari mereka.

“Anjir betul si Jenny.” Celetuk Dio.

“Udah-udah, yuk Bil pulang. Gue pulang dulu, bye.” Aiden pun menjalankan motornya setelah dipastikan Billa duduk dengan nyaman dan aman.

“Gue balik.” Pamit Agam dengan suara datar dan aura dingin.

Vian, Raya, Dio dan Zai menatap punggung Agam yang mulai hilang.

“Ada yang cemburu ye?” Tanya Zai.

“Kayaknya.” Timpal Dio.

“Lo kagak balik?” Tanya Raya kepada Zai dan Dio.

“Eh! Ini mau balik, yok Zai.” Dio pun naik motor sport nya yang berwarna merah. Zai pun memakai helmnya dan naik.

“Kita balik dulu, bye.” Pamit Zai. Dan mereka pun pergi.

“Hati-hati.” Ujar Raya.

“Ray gue anterin.” Ujar Vian.

Raya mendongak, “Ga usah, gue bawa mobil.”

“Itu bukan pertanyaan, ayo.” Vian langsung menggandeng Raya menuju ke mobilnya.

“Vian.” Seru Raya saat ia di dorong masuk ke dalam mobil. Vian langsung memutar dan masuk ke dalam mobil.

“Hmm.”

“Mobil gue gimana, kalau gue balik sama Lo?”

“Suruhan gue yang nganter.” Jawab Vian santai yang mulai menyetir mobilnya keluar dari pekarangan rumahnya.

Raya hanya dapat menghela nafas pasrah. Tidak ada percakapan di dalam mobil. Raya yang memandang keluar jendela dan Vian yang fokus menyetir. Hanya ada suara musik agar suasana tidak terlalu canggung.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!