Season Dua dari "Lily: Rahasia Gadis Kampung"
Briela Leonor, putri dari Raja Leonor, adalah pewaris tahta di sebuah kerajaan yang kekuasaannya melampaui presiden, menteri, dan semua gubernur. Setelah kematian suaminya, Briela memilih hidup sebagai rakyat biasa untuk melindungi anaknya, Xaviera, dari intrik politik yang mematikan.
Selama dua puluh tahun, Briela berhasil menyembunyikan identitasnya di sebuah provinsi kecil di wilayah Barat kota Riga. Kini, Xaviera telah dewasa, dan pernikahannya membawa kebahagiaan besar bagi Briela. Namun, kebahagiaan itu segera berubah menjadi mimpi buruk ketika Xaviera menjadi korban penyiksaan dan pelecehan oleh suaminya, Aron Ace.
Situasi semakin genting ketika sebuah kasus besar muncul, mengancam kestabilan negara. Briela dihadapkan pada keputusan sulit: membuka identitasnya dan kembali memimpin negara untuk menyelamatkan putrinya dan mengembalikan kedamaian, atau tetap tersembunyi dan menyaksikan kehancuran yang tak terelakkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuhume, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
Di Tempat lain, ada Barbara bersama dengan beberapa pengawal rahasianya segera menuju lokasi di mana tempat Briela dan Lily di jebak. Barbara bertemu dengan jenderal Max dan bersama mencari Briela.
Mata Barbara melebar saat mengetahui jika di dalam gedung tua tersebut, masih ada pengawal rahasia ratu tersisa, dan dia adalah Lily.
Barbara segera menuju gedung tersebut dan mencari Lily. Dia berlari memasuki gedung dan menemukan Lily terbaring di lantai dalam keadaan pingsan. Barbara dengan cepat menekan jemari Lily hingga dia tersadar.
“Jenderal Barbara?”
“Lily, di mana Yang Mulia?”
“Jenderal Antonio penghianat, dia adalah salah satu kaki tangan Daici,” jelas Lily.
“Apa??!”
Wajah Barbara merah padam karena amarah, dia tidak menyangka jika selama ini orang kepercayaannya pun termasuk mata-mata dan penghianat negara. Kini Barbara paham, mengapa segala strategi dan rencana penangkapan para penghianat tidak pernah berhasil. Bahkan lokasi Daici tidak terdeteksi sama sekali, semua itu karena Antonio yang sering membawa informasi kepada Daici dan komplotannya.
Lily pun menjelaskan jika dia dan Briela telah terkena racun yang bisa membuat mereka tidak sadarkan diri dalam beberapa menit. Barbara sangat geram.
“Max,”
“Siap Jenderal!”
“Bawa Page bersama kita sebagai penunjuk arah jalan, kita harus segera menemukan ratu, dia dalam bahaya,” ucap Barbara.
Max mengangguk dan segera memerintahkan pengawalnya menyeret Page untuk menjadi penunjuk arah di atas mobil yang sama dengan para pengawal kepercayaan Barbara.
Mobil mereka melaju dengan sangat kencang membelah jalan. Bahkan Barbara sudah merasa ingin melampaui laju kendaraan saat itu juga karena merasa khawatir dengan keadaan Briela.
...----------------...
Di tempat lain, Daici berjalan perlahan mendekati Briela yang saat itu tangannya terikat. Daici tersenyum lebar dengan menepuk tangannya berulang kali, sebagai tanda kepuasan dan kebahagiaan karena rencananya kini berhasil.
“Bagaimana Yang Mulia, apakah kau ingin bekerja sama denganku?!”
Briela belum menjawab pertanyaan Daici, mata Daici beralih kepada Antonio. Dia memberi pelukan kepadanya dan berterimah kasih karena telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Kini Antonio diangkat sebagai tangan kanan Daici.
“Di masa depan kau akan menjadi seorang penguasa, kau hanya perlu menunjuk wilayah mana yang kau inginkan,” jelas Daici.
“Terimah kasih tuan,” ucap Antonio dengan tersenyum.
Briela berdecih dan tersenyum devil. Daici melihat itu sedikit geram, dia tidak menyangka jika Briela masih bisa tenang dan tersenyum dalam keadaan yang tidak memungkinkan lagi untuk selamat, dia sudah berada di dalam kandang macan menunggu kematiannya.
“Lebih baik kita bekerja sama. Negara ini akan tetap utuh dan kau masih akan menjadi seorang ratu, hanya saja, aku yang akan mengubah aturan negara, bagaimana?” tanya Daici kembali.
“Hmm, atas dasar dan kualifikasi apa? Kau tidak pantas menjadi seorang pimpinan bahkan seekor hewan kecil pun lebih berharga dari nyawa seorang penghianat sepertimu,” jelas Briela.
Daici sangat geram, dia mendekati Briela dan ingin mengcekik lehernya. Dengan cepat Briela menunduk dan memutar tubuhnya, menendang kaki Daici dan cepat memberi sebuah tendangan yang sangat keras hingga tubuhnya terhempas dan mengeluarkan darah segar dari dalam tubuhnya.
“Arrrghhh! Wanita sialan!” ucap Daici dengan merasakan kesakitan yang luar biasa di tubuhnya.
Antonio mendekat menolong Daici bersama dengan Daniel.
“Jangan menunda waktu lagi, cepat bunuh dia!” teriak Daici dengan geram.
Seluruh pasukan ninja keluar dari persembunyiannya menggunakan pedang, dan para bodyguard dengan seragam hitamnya pun cepat berlari ke arah Briela, bersiap untuk menyerang.
Daniel pun mengeluarkan sebilah pedang dari sarungnya untuk berlari menyerang Briela, tapi tiba-tiba terdengar suara tusukan yang begitu dalam membuat semua langkah pasukan terhenti.
Briela tersenyum dan segera melangkah ke arah pasukan yang masih menghunuskan pedangnya yang fokus pandangannya ke tempat lain, membuatnya kehilangan kendali.
Briela berhasil melepaskan ikatan yang berada di tangannya. Briela seperti biasa, tersenyum tipis dan devil melirik ke arah pria sekarat yang berada di hadapannya itu. Tubuhnya masih berdiri dengan pundak yang tegap walau di hadang puluhan pasukan yang siap untuk menghabisinya.
“Arrrrggghhhhh!!!”
Sekali tusukan.
“Aaaaarggghhhhhhh!!!”
Tusukan kedua dengan cepat di dada Daici.
Darah semakin mengalir dari mulutnya.
“KAU??!!!” teriak Daniel.
Daniel dengan cepat menyerang Antonio dengan pedang di tangannya, tapi Antonio sebagai jenderal terlatih, memiliki tehnik serang yang begitu cepat, dia tidak asal di tempatkan oleh jenderal Barbara sebagai orang kepercayaannya jika dia tidak memiliki kelebihan sama sekali.
CCRRRRAASSSHHH
Sekali gerakan, Antonio melukai leher Daniel dan dengan cepat, tubuhnya ambruk dan dia tidak bernyawa lagi.
Para pasukan yang melihat itu melangkah mundur, pimpinan mereka telah di lumpuhkan.
“Ka..kaa-kaauu??” ucap Daici dengan nafas yang sudah tersenggal.
Antonio tersenyum tipis, dia berdiri dari tempatnya dan memberi hormat kepada Briela.
“Hormat kepada Yang Mulia Ratu,” ucapnya.
Briela kemudian mengangguk dan melangkah mendekati Daici. Dia meletakkan kakinya di atas tubuh Daici lalu menatapnya tajam.
“Sudah kukatakan kau tidak pantas,” ucap Briela dengan berdecih.
Daici menaikkan tangannya dan menunjuk ke arah Briela. Dia mengutuknya sangat dalam hingga dia tidak sanggup mengatakan apa pun, hanya mata yang memerah dan tubuh bergetar Daici menandakan emosinya yang sangat meluap.
Rombongan Jenderal Barbara datang pun membawa banyak pasukan. Mereka semua berhasil melumpuhkan pasukan yang masih terdiam di tempat, kemudian membawanya pergi. Barbara melangkah cepat dan menghentikan langkahnya saat melihat Briela menatap sinis ke arah Daici yang sudah sekarat.
“Kakak…”
“Buang dia ke laut, untuk menjadi santapan paus peliharaanmu itu!” ucap Briela dengan menatap Daici.
“Ti..tidak, ja…ja…ngan…” ucap Daici yang nafasnya sudah tersenggal.
Jenderal Barbara pun mengangguk dan memberi isyarat kepada beberapa orang kepercayaannya membawa Daici pergi, serta menugaskan Lily mengawasi mereka.
“Baik jenderal,” ucap Lily siap menerima perintah.
Jenderal Barbara melihat Antonio, dengan mata yang memerah dia mendekati Antonio dan ingin melayangkan sebuah pukulan, hanya saja Briela menghalanginya.
“Sudah lah, dia tidak bersalah,” ucap Briela.