Tiba-tiba beralih ke tubuh seorang gadis tentu saja membuat Almira kaget. Yang Almira ingat adalah saat dirinya berperang dengan musuh Kakaknya dan dirinya tertembak beberapa kali, tentu saja tak mungkin hidup Almira pasti sudah mati.
Tapi kenyataannya Almira masih hidup, tapi bukan dalam tubuhnya. Wajahnya pun sangat berbeda ini sangat muda sedangkan Almira sudah 28 tahun.
Siapakah sebenarnya pemilik tubuh ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak boleh
Anya hanya bisa diam saat teman-temanya terus membahas tentang tas keluaran baru. Anya benar-benar iri dengan teman-temannya tak seperti dirinya sekarang yang tak bisa membeli apa-apa.
"Anya kenapa kamu diam, biasanya kamu yang paling heboh kalau tentang tas baru seperti ini. Apa kamu tidak mau beli, ini sangat bagus Anya. Apalagi nanti dibawa ke sekolah pasti akan banyak yang iri" tanya Naura.
Anya tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya" Aku ga suka modelnya, ga cocok saja sepertinya nanti saat aku pakai"
"Benarkah, padahal ini bagus banget tahu" ucap Miranda yang tak percaya Anya akan berkata demikian.
"Aku benar-benar tidak tertarik dengan tas itu Miranda. Aku ingin yang lain saja, kalau kamu suka kamu saja yang beli" Anya mencoba untuk tersenyum agar teman-temanya ini tak curiga.
"Hemm gitu ya, bagus banget ini tentu saja aku akan beli" Miranda membawa tas itu dan memperlihatkannya pada Anya "Apa mungkin kamu udah bangkrut ya "tebak Miranda tiba-tiba.
"Apaan sih ga juga, mana bisa keluargaku bangkrut" Anya menjawab dengan gugup, takut semuanya ketahuan.
"Bener juga kata Miranda apa keluarga kamu bangkrut ya. Kamu juga ke sekolah ga naik mobil lagi malah bareng sama Andi. Biasanya setiap hari mobil tuh gonta-ganti, tapi sekarang ga sama sekali kadang-kadang kamu juga naik taksi kan" sekarang Naura yang berbicara.
"Ga kata siapa, memang aku lagi bosen saja naik mobil makanya aku bareng sama Andi. Aku juga kadang-kadang naik taksi biar bisa main ponsel saja. Apalagi sekarang sopirku lagi izin jadi ga ada yang nganterin aku"
"Gitu ya, kapan nih kita bisa main lagi ke rumah kamu. Aku kangen tahu nge-bully Laura, suka banget liat Laura nangis bener ga Naura"
Naura menganggukkan kepalanya dengan semangat" Iya nih kapan, aku pengen banget ngelihat Laura itu nangis. Biasanya setiap kita suruh-suruh ujung-ujungnya kita jahilin terus nangis seru banget tau itu tuh hiburan buat aku. Sekarang gimana kita berdua nginep saja dirumah kamu biar makin seru"
Anya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Harus memberi alasan apalagi rumahnya saja sudah dijual masa teman-temannya mau datang ke rumahnya yang begitu kecil dan kumuh itu. Tidak, tidak yang ada teman-temannya tidak akan mau berteman lagi dengannya dan pasti mereka juga akan membullynya. Anya benar-benar tidak siap dengan kehidupan ini. Kehidupan barunya benar-benar membuatnya tersiksa.
"Nanti deh Laura sekarang lagi jahat, dia tuh sekarang sama aku saja berani. Bahkan sama Ayah saja dia ngelawan apalagi sama kalian berdua. Laura udah beda deh"
"Bener juga sih di sekolah juga dia jadi berani, apalagi masalah tadi Laura benar-benar gila"
"Ya makanya Miranda lebih baik ga usah nginap dulu deh kalian berdua. Nanti yang ada kalian malah jadi sasaran empuk Laura. Pokoknya kita sekeluarga itu sudah pusing sama Laura dari dulu sampai sekarang ga ada berubahnya"
"Oke deh, kita berdua ga akan dulu ke rumah kamu "Miranda kembali mencari tas baru, bahkan dia juga membeli beberapa pakaian, belum lagi make up, sepatu. Pokoknya itu membuat Anya sangat iri sekali.
Anya hanya bisa memegang nya saja padahal Anya juga mau belanja. Semuanya bagus dan Anya benar-benar ingin.
"Anya yakin kamu ga mau" kembali Naura bertanya.
"Ga deh "
"Ya udah pinjem uang ku saja gimana"
"Uang ada, tapi aku sedang tidak mau belanja saja. Ayah lagi hukum aku makanya uangku sekarang ga sebanyak dulu" lagi-lagi Anya berbohong.
"Ya sudah pakai uangku saja. Aku lihat kamu juga suka deh dengan tas-tas yang ada di sini masa sih ga ada yang bikin kamu suka satupun. Pakai uangku dulu saja nanti tinggal kamu ganti kan"
Anya menimbang-nimbang terlebih dahulu, apakah harus meminjam uang, tapi nanti bayarnya dari mana. Apakah Ayahnya akan kembali seperti dulu atau tidak. Tapi Anya mau tas itu.
Akhirnya Anya memutuskan apa yang akan dirinya ambil "Baiklah aku mau tas yang itu. Bener ya aku pinjam dulu uangmu"
"Iya ambil saja. Aku yakin kamu ga mungkin ga ganti uangku kan"
Anya tersenyum kecil, senang sekali akhirnya bisa belanja "Tentu saja masa aku tidak mengembalikan lagi uangmu. Pasti nanti aku bayar kok setelah uang jajanku full seperti dulu lagi"
"Ok, sekarang ayo kita pilih warnanya"
Dengan semangat Anya segera berlari ke arah tas itu. Ini adalah tas yang beberapa bulan lalu Anya incar. Anya belum membelinya karena masalah Laura yang selalu saja membuat pusing di rumah, lalu masalah perusahaan Ayahnya yang tiba-tiba saja bangkrut.
Anya benar-benar senang mendapatkan tas itu, bahkan selama diperjalanan pulang ke rumahnya Anya memeluk tas itu. Teman-temannya ingin mengantarkannya tapi tentu saja Anya menolaknya dengan lembut agar teman-temannya tidak marah.
Anya tidak mau kehilangan Miranda dan juga Naura. Mereka adalah teman-teman yang royal dan baik padanya. Jangan sampai mereka menjauhinya.
Baru saja Anya keluar dari taksi, Anya melihat Ayahnya masih mondar-mandir di luar rumah. Ini kan sudah jam 09.00 malam.
"Ayah masih di luar" Anya sedikit berlari dan menghampiri Ayahnya.
"Laura belum pulang jadi Ayah tidak bisa tidur"
Anya berdecak kesal, selalu saja Laura yang di pikirkan Ayahnya. Padahal Anya sudah membuat Laura jelek di hadapan Ayahnya tetap saja Ayahnya ini peduli.
"Lebih baik Ayah tidur, bagaimana kalau Ayah sakit. Laura itu anak nakal, mana mungkin akan pulang ke rumah pasti dia sedang bermain bersama teman-temannya di klub"
Ayahnya bukan menjawab malah pergi dari hadapan Anya. Ayahnya melihat ke arah jalan, Anya makin kesel saja, apakah kasih sayang Ayahnya akan pudar padanya dan malah akan menyayangi Laura.
Anya sadar kalau dirinya anak tiri, tapi Anya tidak mau kasih sayang Ayahnya terbagi oleh Laura. Laura tidak boleh diberi kebahagiaan dia tidak pantas bahagia sampai kapanpun.
Anya yang sudah mengantuk lebih baik masuk saja ke dalam rumah, daripada melihat Ayahnya yang mondar-mandir seperti setrika menunggu Laura. Nanti Anya akan mencari cara agar Ayahnya terus membenci Laura.
Saat membuka kamar betul-betul membuat Anya muak, tempat tidur itu begitu tidak enak. Anya rasanya tidak mau tidur di sini, tapi mau bagaimana lagi sekarang inilah tempat tidurnya. Anya yang kesal memukul-mukul tempat tidurnya yang keras dan juga berdebu.Anya selalu gatal gatal kalau tidur disini.
"Kalau aku setiap hari tidur di sini badanku pasti akan remuk, kapan sih aku kembali menjadi orang kaya. Aku tidak sanggup hidup seperti ini" rengek Anya.
"Akan aku rebut kamar Laura" gumam Anya dengan licik.