cerita ini masih bersetting di Dunia Globus di sebuah benua besar yang bernama Fangkea .
Menceritakan tentang seorang anak manusia , dimana kedua orang tua nya di bunuh secara sadis dan kejam serta licik oleh sekelompok pendekar kultivator .
Trauma masa kecil , terbawa hingga usia remaja , yang membuahkan sebuah dendam kesumat .
Dalam pelarian nya , dia terpisah dari sang kakak sebagai pelindung satu satu nya .
Bagai manakah dia menapaki jalan nya dalam hidup sebatang kara dengan usia yang masih sangat belia .
Bisakah dia mengungkap motif pembunuhan kedua orang tua nya , serta mampu kah dia membalas dendam ? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ramalan Bu Beng Sin Kai.
Cin Hai menatap kearah kakek tua yang buta itu beberapa saat lama nya.
"Ada apa kek?" tanya Cin Hai.
"Hm, takdir sudah tertulis. Nasip sudah ditentukan,Thien Giok menantikan majikan nya datang menjemput, Dunia akan geger, ada banyak darah yang tumpah, nyawa terbuang sia sia, semua demi ambisi tak berharga, dahaga akan kejayaan yang tak berguna, yang datang akan terbuang, pemilik benda illahi harus yang berhati suci, tidak berambisi memiliki, jika tidak, tubuh akan hancur luluh tidak akan mampu menampung daya nya, terbanglah Pek Tiauw, raih lah takdir mu sendiri" ucap kakek pengemis buta itu sambil menengadahkan wajah nya ke langit, sambil mulutnya meracau tidak karuan.
"Apakah kakek tahu dimana tempat Bai Hau Ji berada, karena menurut kata teman tecu, beliau mungkin bisa menolong tecu agar bisa bertemu dengan teman teman tecu itu?" tanya Cin Hai pada kakek buta itu.
"Pergi keselatan, di bekas kuil tua, di selatan, di bekas kuil tua, di selatan, di selatan, Kong Cu berjalan keselatan, ke bekas kuil tua" ujar kakek itu bicara terulang ulang, seperti orang tua yang sudah pikun.
Setelah berpamitan dengan kakek tua itu, Cin Hai segera pergi kearah selatan, seperti yang di katakan oleh kakek pengemis buta itu.
Bekas kuil tua yang di maksudkan oleh kakek pengemis buta itu ternyata berada di luar benteng kota Tao bagian selatan. Tepat nya di sebuah hutan, di pinggir sungai Liong.
Ada beberapa pengemis tua, nampak sedang duduk duduk bersantai di bawah pohon pohon tua nan rindang, sambil menikmati pemandangan sungai Liong yang cukup besar itu.
Kakek tua itu menatap kearah Cin Hai beberapa saat, lalu kembali menyandarkan tubuh nya di pokok pohon Liu sambil memejamkan mata nya.
Cin Hai segera menghampiri kakek tua itu, "maaf kek, apakah kakek tau dimana Bai Hau Ji bisa saya temui"...
"Hm" kakek tua itu membuka mata nya sebentar, lalu menutup nya kembali, "ada apa?" tanya nya lagi.
"Tecu dari kota Sian Tao, ingin mencari dua orang teman tecu di kota Tao ini, teman tecu di kota Sian Tao yang seorang pengemis muda bernama Yu Ming Can mengatakan, jika Bai Hau Ji bisa membantu tecu" ujar Cin Hai sambil memperlihatkan batu hitam berukir seekor singa itu kepada laki laki tua pengemis tadi.
Laki laki tua itu kembali membuka mata nya, lalu memperhatikan batu hitam yang dia terima dari Cin Hai itu.
Setelah memperhatikan batu itu beberapa saat lama nya, laki laki tua itu menyerahkan kembali batu hitam itu kepada Cin Hai sambil bertanya, "Siapa nama teman mu itu?"...
"Dia bernama Li Yi Feng dan Ran Ma Qiau, tetapi tecu tidak tahu alamat mereka" jawab Cin Hai .
Laki laki tua itu mengambil selembar daun yang masih hijau, lalu mengguratkan beberapa huruf dengan lidi di atas daun itu, lalu memanggil seseorang.
Seorang pemuda seusia dengan Cin Hai keluar dari dalam kuil tua itu.
Laki laki tua itu menyerahkan daun yang sudah di gurat oleh nya tadi kepada pemuda itu, "cari dua orang yang ku tulis di daun itu secepat nya!"...
pemuda itu melesat kearah Utara, setelah menerima surat diatas daun hijau itu, tanpa bertanya apa apa lagi.
"Kau tahu tempat ku ini dari siapa anak muda?" tanya laki laki tua itu sambil menatap kearah Cin Hai dengan teliti.
"Tecu mendapat alamat ini dari seorang pengemis buta tuan" jawab Cin Hai.
Laki laki tua itu terhenyak dari duduk nya yang bersandar di pokok pohon Liu itu. Sambil menatap kearah Cin Hai dalam dalam, dia kembali bertanya, "seorang pengemis buta?, apakah bicara nya agak kacau?".
"Benar tuan!, seorang laki laki tua kurus, bicara sedikit kacau!" jawab Cin Hai lagi.
"Hm!,,,benar benar dia!,,,Bu Beng Sin Kai!, apa yang dia katakan kepada mu anak muda?" tanya laki laki tua itu lagi dengan sangat antusias sekali.
Cin Hai diam beberapa saat, mengingat semua kata kata yang sudah di ucapkan oleh laki laki buta tadi.
"Kata laki laki buta itu, takdir sudah tertulis. Nasip sudah di tentukan, Thien Giok menantikan majikan nya datang menjemputnya, Dunia akan geger, ada banyak darah yang tumpah, nyawa terbuang sia sia, semua demi ambisi tak berharga, dahaga kejayaan tak berguna, yang datang akan terbuang, pemilik benda illahi harus berhati suci, tidak berbisik memiliki, jika tidak, tubuh akan hancur luluh tidak mampu menampung daya nya. Terbanglah Pek Tiauw, raih lah takdir mu sendiri, demikian kata kata laki laki tua bermata buta itu tuan" ujar Cin Hai menceritakan kembali, apa yang di ucapkan oleh laki laki tua itu pada nya tadi.
Laki laki tua itu kembali menatap kearah Cin Hai beberapa saat lama nya, sambil tersenyum dia berkata, "Pek Tiauw Kong hiap!, ketahuilah, laki laki tua bermata buta itu bergelar Bu Beng Sin Kai (Pengemis sakti tanpa nama), meskipun mata nya buta, tetapi sebenar nya, matanya seratus kali lebih awas dari mata manusia normal, dia bisa melihat masa depan dengan mata hati nya, dia sangat jarang keluar ke Dunia ramai ini, kecuali ada peristiwa besar yang akan terjadi, apakah kau mendengar tentang prahara Gunung Thien Shan?" tanya laki laki tua itu lagi.
Cin Hai menganggukkan kepala nya, "tecu mendengar sedikit tentang kabar kejadian di gunung Thien Shan itu, tetapi tidak begitu jelas"...
"Apakah kau berniat pergi kesana?" tanya laki laki tua itu lagi pada Cin Hai.
Cin Hai menggelengkan kepalanya. "tidak tuan, tecu tidak berminat, tecu cuma mau mencari kedua teman tecu, itu saja"...
Laki laki tua itu tersenyum, "tidak mengapa Pek Tiauw Kong hiap, meski kau menghindar sejauh apapun, takdir akan tetap menarik mu kesana, maka terbanglah Pek Tiauw, jemput takdir mu" ucap laki laki itu lagi.
Beberapa saat kemudian, dari arah Utara, muncul pemuda yang pergi membawa lembaran daun tadi.
"Pang Cu!, Keluarga Li dan keluarga Ma tinggal berdekatan di barat kota, Kong Cu bisa pergi kesana, beberapa orang anggota kita sudah menunggu disana!" ujar pemuda itu.
"Nah kau dengar Pek Tiauw Kong hiap?, orang yang kau cari sudah di temukan, silahkan Kong Cu temui dia, eh satu hal lagi, batu itu simpan baik baik, karena batu itu lambang anggota kehormatan Pek I Kai Pang" setelah mengatakan itu, laki laki Pang Cu(ketua perkumpulan) Pek I Kai Pang wilayah kota Tao itu kembali bersandar di pohon Liu tadi.
"Tecu mohon diri Pang Cu" ujar Cin Hai sambil membungkukan badan nya tiga kali, sebagai ta'jim penghormatan kepada ketua pengemis baju putih wilayah kota Tao itu.
Setelah itu, Cin Hai segera pergi ke barat kota Tao seperti yang di katakan pemuda tadi.
Sesampai nya di barat kota Tao, seorang pemuda pengemis sudah menantikan kedatangan diri nya.
"Maaf, apakah Kong Cu yang bergelar Pek Tiauw Kong hiap itu?" tanya pemuda pengemis itu lagi.
"Ya, kau benar!" sahut Cin Hai sambil membungkukan badan nya pada pemuda itu.
Pengemis muda itu nampak sangat senang dengan sikap Cin Hai kepada nya.
Dia segera berjalan di depan, menyusuri jalan yang ramai dengan orang berlalu lalang itu.
Didepan sebuah rumah yang cukup besar, pengemis muda itu berhenti, "nah ini rumah keluarga Li Kong Cu, disebelah sana, berselang satu buah rumah, itu rumah keluarga Ran, silahkan Kong Cu masuk, menurut keterangan orang orang kita, kedua sahabat Kong Cu itu berada di rumah saat sekarang ini" ujar nya.
Setengah ragu ragu, Cin Hai segera melangkah menuju ke pintu gerbang rumah itu.
...****************...
tarung ya tarung saja
bukankah trakhir x jiang bi sudah di langit menengah.?