Eila Pertiwi tidak pernah membayangkan seorang Max William Lelaki Famous di Sekolahnya yang menjadi incaran banyak Gadis, tidak ada hujan atau badai tiba-tiba menyatakan perasaan padanya, padahal mereka tidak dekat sama sekali.
Namun di sisi lain, kehidupan Max William yang dianggapnya sebagai 'konglomerat manja yang hanya bergantung pada orang tuanya' ternyata jauh dari ekspetasi-nya, Lelaki itu selama ini memiliki banyak rahasia dan luka nya yang selama ini ditutupi dengan rapih.
"Gue, kan, udah bilang. Semua hal tentang Lo, Gue tau."
"Suapi, Eila.."
"Jangan coba-coba Eila. Lo cuman milik Gue, faham?"
"Gue bakal buat pelajaran siapapun yang berhasil curi senyuman manis Lo."
"Because, you are mine." Max meniup telinganya, "Cuman Gue yang boleh liat. Faham, Cantik?"
Semua ini tentang Max William dan segala sikap posesif dan manjanya yang seiring waktu membuat pertahanan Eila Pertiwi runtuh, dia terjebak dalam semua skema rangkaian yang dibuat Lelaki Berandalan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oviliaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari ke-1
Setiap kelas terbagi menjadi beberapa kelompok. Tenda-tenda berhasil didirikan atas kerjasama Tim yang kompak, setelah berhasil mendirikan tenda, Ketua Tim akan membagi tugas kembali.
Seperti Kelompok Eila yang memiliki 6 anggota. Yuri, Fei, Natalie, Cia, Eila dan Gabby sebagai Ketua Tim.
"Yuri, Lo, sama Cia kan jago masak nih. Gimana kalo kalian yang masak, keberatan nggak kalo cuman berdua?" Tanya Gabby, Gadis yang memiliki sikap Humble itu bertanya dengan hati-hati, tidak mau membuat temannya itu keberatan dengan tugas yang diberikannya.
Yuri, Gadis dengan rambut sebahu itu tersenyum hingga membuat mereka merasa terhipnotis seketika, pesona salah satu Primadona Zenith High School.
"Chill, Ketua. Kita enjoy kok kalo disuruh masak. Ya, kan, Cia?" Yuri merangkul bahu Cia, padahal mereka baru saja akrab setelah Wali Kelas membagikan kelompok.
"I-iya, hehe.." Cia menjawab dengan canggung. Well, berdekatan dengan aset Kelas membuatnya tertekan. Gadis itu memandang tidak rela Zelda, teman dekat satu-satunya berada di Tim E.
Sedangkan dirinya harus terjebak di Tim B bersama anggota kelompok yang semuanya memiliki power. Gabby merupakan Kekasih dari Rio-- Anggota Tim Basket yang menjadi Idola di kalangan para Gadis.
Fei dan Yuri yang terkenal dengan kecantikannya dan status Anggota Cheerleader. Lalu ada Natalie, si Extrovert yang memiliki kekasih dimana-mana. Dan Eila, si pintar di kelasnya dengan status Beasiswa full, belum lagi kabar kalau dia Pacar dari Max William.
Sedangkan dirinya hanya Siswi biasa yang hanya dapat akrab dengan Zelda.
Dia memandang iri Natalie dan Eila yang nampak kegirangan karena kedapatan di satu Tim yang sama, betapa beruntungnya kalau di satukan dengan Sahabat sendiri dalam sebuah Kelompok.
"Em, kayaknya Cia keberatan deh." Ucap Gabby yang salah faham dengan raut wajah Gadis itu, apalagi Ia tau kalau Cia adalah orang yang lumayan pendiam.
Dia mengira kalau Cia pasti sulit menyuarakan isi hatinya.
Cia membuka mulut berniat menyahut, tapi Fei dengan cepat menyela. "Oh, ya udah, kalo gitu Gue juga ikut bantu."
"Oke, berarti kalian bertiga yang urus soal makanan. Natalie sama Eila, kalian mau nggak kalo ambil air di Sungai?"
"Mau! Gue juga sekalian mau ambil foto sama Eila, ya, kan, La?" Seru Natalie semangat empat lima.
"Iya." Eila meringis melihat seberapa antusiasnya Natalie, paling ujung-ujungnya dia akan dipaksa berpose aneh oleh Gadis itu.
"Good, have fun ya! Gue mau laporan dulu sama Ibu Mirna." Ucap Gabby, sebagai Ketua Tim Ia diwajibkan kumpul bersama Ketua Tim lainnya untuk diberikan koordinir tentang kegiatan-kegiatan apalagi nantinya.
Mereka membubarkan diri untuk menjalankan tugasnya masing-masing. Gabby melangkah terburu menuju ruang terbuka yang sudah diatur sebagai tempat perkumpulan Ketua Tim.
Yuri, Cia, dan Fei yang mulai mempersiapkan bahan-bahan dan peralatan yang disediakan pihak Sekolah sedangkan Natalie langsung merangkul Eila membawanya ke arah lebatnya pepohonan.
"Oh ya, La. Tadi pas baru sampe kok bisa Max nyasar di Bus kita?" Tanya Natalie heran, pasalnya setelah sadar Bus yang ditinggalkannya sudah tiba di tempat tujuan.
Natalie yang terbangun dari tidurnya hampir menjerit karena mendapati dirinya tertidur di bahu si Ketua Kelas, beruntung Ia masih bisa membungkam bibirnya sendiri dan tidak membuat gendang telinga semua teman satu kelasnya eror.
Tapi saat berbalik berniat meminta ditemani Eila ke Toilet, tiba-tiba saja dirinya merasa mulas melihat wajah menyebalkan Kevin yang masih tertidur.
Tapi saat menghampiri kursi di belakangnya itu, Ia menjerit histeris mendapati Max yang hampir mencium bibir Eila.
Jeritannya itu membuat seisi Bus kaget dan panik, mengira Bus mereka tersesat ke alam Gaib. Begitupula dengan Eila yang sontak terbangun dan terpaku mendapati wajah tampan tidak berekspresi itu menatapnya dengan jakun yang naik turun.
Kekacauan terjadi, membuat Max diusir dari Bus oleh Ibu Mirna.
Mengingat itu, wajah Eila jadi memerah lagi. "Nat, jangan bahas itu! Gue juga nggak tau, kenapa Sepupu Lo itu bisa ada di situ. Gue bangun tiba-tiba ada. Kayak Jelangkung, datang nggak di undang pulang nggak di antar." Ujar Eila menggebu, melampiaskan rasa kesalnya.
"Duh, La. Jangan ngomong gitu ih, kita lagi di tengah-tengah Hutan tau!" Sungut Natalie, bergidik ngeri.
Eila memutar bola matanya malas. "Tapi kan ramai, Nat. Liat, mereka juga mau ambil air di Sungai."
Fakta kalau rindangnya pepohonan lebat tidak bisa membuat mereka merinding karena di sekitar beberapa dari Tim lain atau kelas lain juga menuju hilir Sungai.
Natalie nyengir kuda. "Iya sih, tapi tetep aja serem."
"Dasar penakut!" Ejek Eila.
"Apa Lo bilang?!" Dengan membawa ember kosong di tangannya, Natalie mengejar Eila yang sudah lari dari tempatnya dengan tertawa.
Dengan masih berlari, Eila berbalik menatapnya dengan seringai jahil. "Penakuttt.."
"Ish, awas ya, La!"
"Haha.."
Brugh!
"Eila!" Seru Natalie panik, cepat-cepat Ia menghampiri Eila yang terjatuh dengan posisi tengkurap.
"Lo nggak papa?" Tanya Natalie khawatir, membantu Eila untuk duduk.
Eila meringis, tatapan Gadis itu beralih pada dua Gadis yang menjadi penyebabnya jatuh. Memang ini salahnya karena tidak lihat-lihat saat berlari, tapi jelas-jelas mereka menendang salah satu kakinya membuat tubuhnya seketika ambruk ke tanah.
"Apa? Nggak terima? Bukannya Lo seharusnya berterimakasih sama Gue, udah bikin Lo jatuh sebelum melayang ketinggian." Sarkas Gadis dengan tangan terlipat di dada, Mutia.
Vanya tertawa remeh menanggapinya. "Sekarang baju Lo kotor, cocok banget dipakai sama Cewek miskin nggak tau diri kayak Lo, haha.."
"Apa-apaan maksud mulut sampah Lo itu, Babi!?" Ujar Natalie ikut tersulut emosi melihat temannya diperlakukan seperti itu.
"Hei, Bicth! Nggak usah ikut-ikutan. Urusin aja Cowok-cowok pelanggan setia Lo itu!" Ujar Mutia memandang Natalie rendah.
Bukannya marah, Natalie justru tertawa terbahak. "Kenapa emangnya, Lo iri ya. Udah jual murah tapi nggak ada yang melirik? Kasian banget sih."
Mutia yang terbawa emosi berniat menjambak Natalie, tapi dengan sigap Eila menarik Gadis itu mundur.
"Cari kerjaan sana, biar nggak jadi beban Tim." Ucap Eila menohok. Gadis itu menarik tangan Natalie melewati mereka.
Tapi saat melewati Mutia, Eila dengan keras menyenggol bahu Gadis itu hingga terhuyung. "Itu balasan udah bikin Gue jatuh!" Bisiknya pada Mutia, lalu menginjak salah satu kaki Gadis itu keras. "Dan, ini balasan buat ucapan sampah Lo ke Natalie!"
"Sialan Lo!!" Jeritan Mutia memekakkan telinga tidak diabaikan Eila yang membawa Natalie bersamanya menuju arah ke Sungai.
Sementara itu, Max dan Eric yang kebetulan di beri tugas oleh Kepsek mencari kayu bakar untuk acara api unggun malam nanti, terpukau dengan aksi yang baru saja dilakukan Eila.
Sebelumnya.
"Eh, Max. Gue heran deh, Lo kok habis dari Bus MIPA 3 diem terus. Biasanya kalo habis ketemu Eila, Lo, kan senyum-senyum kaya pasien ODGJ?" Celetuk Eric.
Max meliriknya tajam, membuat Eric kembali bungkam. Sial sekali, harus mencari kayu bakar bersama titisan batu arca yang sayangnya salah satu sahabatnya itu.
Kalau tau akan terus diam-diaman begini, lebih baik berpacaran di Sungai dengan Bianca-- Pacar barunya.
Mata yang sebelum mengedar mencari kayu bakar itu terhenti pada satu titik. "Max, bukannya itu Cewek Lo ya?"
Dengan cepat Max mengikuti arah telunjuk Eric. Tatapannya tajam seketika mendapati Gadis bernama Mutia menendang salah satu kaki Eila yang tidak terlalu memperhatikan langkahnya itu.
Sepersekian detik, tanpa sempat dicegah tubuh Gadisnya itu terjatuh tertelungkup.
Tangannya terkepal kuat mendapati itu. Berniat menghampiri mereka, tapi Eric lebih dulu mencegahnya.
Eric tau apa yang akibat dari tabiat Max dengan keadaan tidak terkendali seperti ini, Eric sebenarnya tidak terlalu memusingkan kalau itu seorang Lelaki juga.
Tapi ini seorang Gadis dan Eric tidak akan membiarkan Max menjadi Lelaki brengsek yang ringan tangan pada seorang Gadis.
Dia juga yakin mereka tidak akan berbuat lebih, terlebih lagi melihat ada Natalie juga disana.
"Biarin diri Lo tenang dulu, Bro. Baru kita samperin." Ucap Eric.
Dengan nafas memburu, Max akhirnya terdiam pasrah menyaksikan nya dari jarak beberapa meter. Dari sini mereka juga bisa mendengar suara perdebatan mereka dengan jelas.
Hingga saat Eila mempertahankan sikap tenangnya namun bisa membuat lawannya mati kutu di hadapannya.
Eric berdecak kagum. "Diluar ekspektasi." Ya, dia kira Eila hanya akan diam lalu menangis dikemudian waktu.
Ternyata dirinya salah melihat dari Cover pendiam dan pemalu yang Gadis pujaan Temannya itu.
Max menyeringai. "Hm, That's my girl."
Selamat ya author..
👍👍👍👍👍
👏👏👏👏👏
♥️♥️♥️♥️♥️
musuh siapa yaa
Lanjut author 💪💪💪💪💪
♥️♥️♥️♥️♥️
😘😘😘😘😘
♥️♥️♥️♥️♥️