🌹Alan Praja Diwangsa & Inanti Faradiya🌹
Ini hanya sepenggal cerita tentang gadis miskin yang diperkosa seorang pengusaha kaya, menjadi istrinya namun tidak dianggap. Bahkan, anaknya yang ada dalam kandungannya tidak diinginkan.
Inanti tersiksa dengan sikap Alan, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan selain berdoa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red Lily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sang Pelindung
🌹VOTE🌹
AUTHOR POV
Tidak ada lagi komunikasi antara Inanti dan Alan pergi yang sudah lima bulan lalu. Dia tidak pernah kembali, meninggalkan Inanti di rumah sendirian.
Inanti bisa saja memberitahukannya pada Mama Madelle, dan Mama akan memberitahukannya pada Papa Riganta kemudian Papa akan menyeret Alan untuk kembali ke rumah ini.
Namun, Inanti bukanlah seorang yang akan mengadu, memaksakan kehendak. Yang Inanti lakukan hanya berdoa, memperbanyak istigfar dan menjalani setiap harinya dengan penuh syukur. Tentu saja hidupnya tercukupi di sini, ATM tetap Alan isi setiap bulan, Inanti bisa membeli peralatan bayinya kelak.
Namun, kekayaan tidak menjamin kebahagiaan. Inanti kesepian, Bi Idah tidak lagi bekerja, Mang Asep hanya datang saat dipanggil. Inanti benar-benar kesepian. Hanya lantunan al-quran yang menjadi penghangat rumah ini.
'Hallo, apakah benar dengan Mbak Inanti?'
"Iya, saya sendiri."
'Mbak katanya suka bikin lucky star?'
"Iya, Mbak, betul. Untuk lebih jelasnya silahkan Mna kunjungi website www.StarInLucky.com. di sana Mbak bisa memilih beberapa pilihan."
'Baik, Mbak.''
Ya, inilah pekerjaannya saat ini. Membeli laptop bekas membuatnya berpikir untuk tidak tergantung dengan Alan, Inanti berdagang sebuah cinderamata Lucky Star untuk mereka yang ingin memberikannya pada orang tersayang.
Botol, tutup kayu, tali, kertas, semuanya lengkap. Tinggal Inanti mulai buat. Dibandrol harga 50ribu perbotolnya, setidaknya Inanti mendapat pesanan hingga 30 botol setiap bulannya. Maklum masih pemula.
Untuk memperluas jaringan, Inanti ingin membuat istagram. Untung google tau semua.
Sesudah memiliki instagram, Inanti coba coba mengetikan nama Alan Praja Diwangsa. Dan…… pengikutnya banyak, hampir 2 juta. Padahal Alan foto-fotonya gak keren, tapi memang tampan. Dan hal yang membuat Inanti miris, lima minggu yang lalu dia meng-upload foto sedang membekangi dengan caption yang menjalaskan bahwa dirinya seorang single.
"Hallo, permisi!"
"Iya, sebentar." Buru-buru Inanti memakai hijab dan keluar untuk membuka pintu."Si--"
"Ya, ini gue Delisa."
Jantung Inanti berdetak kencang, dibelakang Delisa adalah Vanesa.
"Kita ke sini mau ngambil jaket Alan."
"Bisa minggir ga sih loe?" Kini Delisa yang kembali bersuara. "Minggir!"
"Iya, silahkan masuk."
"Dasar bodoh," ucap Delisa yang mana membuat Vanesa tertawa, mereka melewati Inanti, berjalan ke lantai dua seolah ini adalah rumah mereka.
Tidak ingin sesuatu terjadi, Inanti mengikuti, dan Vanesa mendapatinya yang berdiri di ambang pintu kamar Alan. "Ngapain loe di sana?"
"Hmm…. Nunggu itu…. Bawa jaket."
"Nunggu itu, bawa jaket." Delisa mengejek kalimat Inanti. "Dasar payah."
"Udah sih, Del, kasian dia lagi hamil."
Delisa tertawa. "Lagian dia hamil juga bukan anak Alan."
"Hahaha, yakan sama-sama hamil juga."
"Saya hamil anaknya Mas Alan."
"Ih, jijik banget, Van, dia panggil laki lu Mas."
Vanesa menatapnya sinis, sambil memilih jaket di lemari. "Panggil Mas lagi gue pukul loe."
"Pukul aja, bayinya juga ga punya bapak."
Air mata Inanti mengenang. "Ini bayi Mas Alan, dia yang hamili saya."
"Bacot aja terus!" Delisa ketawa. "Lagian Alan sendiri yang bilang, dia ga percaya itu anaknya, Alan yang bilang dia lebih percaya itu anak om-om."
"Udah hamil anak orang, nebeng di rumah laki gue."
"Mitamit, dunia hampir kiamat."
Inanti mencoba bertahan. "Kalau kalian udah selesai, silahkan pergi."
"Hei, loe kurang ajar ya nyuruh kita pergi? Lagian ini rumahnya Alan!" Teriak Delisa sambil melangkah pelan ke arah Inanti. "Alan yang punya rumah, bukan loe! Hamil anak orang aja bangga. Dasar lacur!"
Vanesa ketawa keras banget. "Udah, Del, tar dia ngadu sama om-omnya."
Nyatanya mereka salah, Inanti bukan mengadu pada manusia. Mengambil wudhu, bersujud dan menangis, itulah yang Inanti lakukan. Betapa teganya Alan membuatnya buruk dihadapan mereka.
🌹🌹🌹
Menatap dua nisan di depannya membuat Inanti tidak tahan untuk menangis, sambil memeluk al-quran. Menghela napas dalam. Inanti berdiri, mengusap air mata dengan ujung hijab dan berjalan keluar dari kompleks makam.
"Inanti?"
Keningnya berkerut. "Judi?"
"Hei, makin keliatan tuh perut."
Tidak suka cara Judi bicara, Inanti menutup perut dengan hijab dan hendak pergi. Tapi Judi berlari dan menahan tangannya. "Maaf, Nan, bercanda."
"Lepasin gak."
"Iya udah lepas tuh." Dia cengengesan. "Mau mulangin quran?"
Kening Inanti berkerut mendapati Judi memegang al quran.
"Gue abis jenguk makam Nyokap sama Bokap, tuh di sana. Iya, Nan, gue islam, horror banget liatnya."
Inanti menatap ke arah yang ditunjuknya.
"Mau pulang? Gue anterin ya?"
"Engga, itu mau nunggu angkot."
"Ayolah, loe lagi hamil, lagian gue juga ga bakalan ngapa-ngapain, dosa lah sama bini orang. Gue emang suka sama loe, tapi gue juga ngarti kali, Nan."
"Engga, aku naik angkot, soalnya mau beli kaos kaki dulu."
"Iya ayoo bareng, lagian kitakan temenan."
Judi pinter banget ngerayu, dia berhasil membuat Inanti naik di mobilnya.
"Kapan pulang dari Belanda?"
"Minggu lalu, bulan depan juga berangkat lagi, Oma gue lagi sakit."
Inanti memilih banyak diam.
"Berapa bulan, Nan?"
"Baru ke delapan."
"Gede deh."
"Kembar."
Judi malah tertawa. "Rugi bandar, tar loe kucel anaknya kebanyakan, Nan."
"Ya engga lah."
"Eh, nyimpang dulu di bengkel ya, mau ngambil barang di temen."
"Yaudah."
Inanti enggan berada di dalam mobil, mending keluar hirup udara segar.
"Hei, Judi!"
'Ya Allah, kenapa teman yang Judi maksud harus dia? Andria? Dia temennya Alan yang sangat membenciku.'
Dan dari kejauhan, Andria menatap Inanti meremehkan, dengan senyuman liciknya.
"Woi, An, ini barangnya?"
"Siapa nih, Jud?"
"Oh, temen gue."
"Temen? Loe temenan sama cewe model gini?"
"Apa maksud nada loe?"
"Loe tau ga?" Andria berjalan lebih dekat pada Inanti, membuatnya menunduk saat Andria menunjuk kepalanya. "Nih cewe gak bener, dia bini temen gue tapi hamilnya anak orang. Tukang kerja di hotel, terus loe temenan sama cewe macem dia? Awas, Jud, tar loe diporotin doang duitnya. Ga bener em--"
"Judi!"
"Jaga ucapan loe, Anjing!"
Inanti mencoba menahan Judi yang hendak memukul kembali Andria. "Judi!"
"Sekali lagi loe ngomong, ngerendahin Inanti, gue amblasin bengkel loe, gue bikin bangkrut loe, Anjing! Gue tarik saham gue!"
"Judi, udah," ucap Inanti tatkala Judi menendang keras perut Andria.
"Gue bakal laporin loe ke polisi, Jud!"
"Laporin aja! Gue laporin loe sama Tuhan biar dapet azab!"
🌹🌹🌹
Tbc