NovelToon NovelToon
SISTEM : GAME PENGHASIL UANG

SISTEM : GAME PENGHASIL UANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Mengubah Takdir / Kaya Raya
Popularitas:14.3k
Nilai: 5
Nama Author: slamet sahid

Dimas, seorang Mahasiswa miskin yang kuliah di kota semi modern secara tidak sengaja terpilih oleh sistem game penghasil uang. sejak saat itu Dimas mulai mendapat misi harian
misi khusus
misi kejutan
yang memberikan Dimas reward uang IDR yang melimpah saat misi terselesaikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon slamet sahid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana di hari Sabtu

Pagi itu, Dimas terbangun dengan perasaan campur aduk. Masih sulit baginya untuk sepenuhnya menyadari bahwa malam sebelumnya hal luar biasa itu benar-benar terjadi pada dirinya. Namun, ketika ia membuka aplikasi bank di ponselnya dan melihat saldo yang sangat besar, kenyataan itu kembali menghantam keraguannya. Ini bukan mimpi. Uang sebesar 10 miliar rupiah benar-benar telah ada di rekeningnya.

Setelah berbaring sejenak dan mengatur pikirannya, Dimas bangkit dari tempat tidur dan bersiap menghadapi hari baru. Pikirannya langsung tertuju pada tanah warisan kakek yang sudah direncanakan ingin ia beli kembali. Tanah itu bukan hanya sekadar lahan, melainkan simbol sejarah dan kebanggaan keluarga mereka. Dimas tahu bahwa uang yang ia miliki sekarang dapat dengan mudah mewujudkan impian tersebut, dan ia tidak ingin menunda lebih lama lagi.

Setelah sarapan, Dimas duduk di ruang tamu bersama ibunya, Bu Ngatmi. Wajahnya terlihat tenang, namun di balik itu, ada kekhawatiran yang tersirat. Ibunya pasti tidak menyangka bahwa putranya telah menjadi seorang miliarder, Dan Bila Beliau mengetahui apa yang terjadi pada Dimas semalam mungkin beliau malah akan tidak tenang, Namun sebagai seorang ibu, ia bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan anak sulungnya pagi itu. Dimas menatap ibunya sejenak, mencari kata-kata yang tepat.

"Bu," ucapnya pelan, "aku ingin membicarakan sesuatu yang penting."

Bu Ngatmi menghentikan aktivitasnya dan menatap Dimas dengan penuh perhatian. "Apa itu, Nak? Ada masalah?"

Dimas tersenyum kecil, mencoba menenangkan ibunya. "Tidak ada masalah, Bu. Hanya saja, aku berpikir untuk segera menyelesaikan urusan tanah warisan kakek. Aku sudah punya cukup uang untuk membeli tanah itu kembali."

Raut wajah Bu Ningrum berubah, dari cemas menjadi terkejut.

"Benarkah? Dari mana uangnya? kamu tidak melakukan hal- hal yang bertentangan dengan hukum bukan?" " Tidak mungkin bukan kamu mendapat pinjaman sebesar itu?"

Dimas menggeleng.

"Bukan, Bu. Semalam... aku mendapatkan rezeki nomplok dari berspekulasi di pasar saham beberapa waktu lalu, Seperti halnya saat aku membelikan oleh-oleh untuk Ibu dan Danik kemarin. Tapi kali ini jumlahnya jauh lebih besar. Ceritanya panjang, tapi singkatnya, aku berhasil mendapatkan uang yang cukup besar. Jadi, aku ingin menyelesaikan pembelian tanah itu secepatnya, sebelum ada orang lain yang mencoba membelinya."

Ibunya mengangguk, masih tampak bingung namun percaya pada Dimas. "Baiklah, Nak. Apa yang bisa Ibu bantu?"

Dimas menatap ibunya dengan penuh rasa hormat dan kasih sayang. "Aku butuh bantuan Ibu untuk mengabari Paman Mukhlis dan paman Mukson. Aku ingin mereka datang ke sini hari Sabtu besok. Kita akan menyelesaikan semua hal yang berkaitan dengan pembayaran dan hal -hal terkait notaris bersama-sama.

Aku ingin semuanya dilakukan dengan transparan, dan aku ingin mereka tahu bahwa aku melakukan ini untuk keluarga kita."

Bu Ngatmi tersenyum lembut, matanya berkaca-kaca. "Tentu, Nak. Ibu akan segera menghubungi mereka.

Ibu yakin mereka akan sangat senang mendengar berita ini."

“ Aku akan menghubungi mereka sekarang,” kata Bu Ngatmi sambil meraih ponsel yang tergeletak di samping cangkir tehnya. “Kamu bisa bantu Ibu bicara dengan Paman Mukhlis dulu?”

Dimas mengangguk, menerima ponsel itu dari ibunya. Ia mencari nomor Paman Mukhlis dan segera menekan tombol panggil.Telepon berdering beberapa kali sebelum terdengar suara berat dan lembut di ujung sana.

“Assalamualaikum, Dimas.”“Waalaikumsalam, Paman. Bagaimana kabar Paman?”

“Kabar baik, Nak. Apa kabar di Solo?”

“Alhamdulillah, baik juga, Paman. Saya ingin bicara sedikit tentang rumah Kakek.”

“Oh, ya, rumah itu. Bukankah temanmu yang mau membelinya, Apa sudah siap segala sesuatunya?, Apa yang bisa Paman bantu?”

Dimas menatap ibunya, mencari isyarat untuk melanjutkan. Bu Ngatmi memberikan anggukan ringan.

“Begini, Paman. temanku itu sudah menyelesaikan sebagian besar proses administrasi untuk rumah dan tanah itu dan mempercayakan segalanya padaku. Ibu ingin mengundang Paman Mukhlis dan Paman Mukson untuk bertemu di rumah Kakek pada hari Sabtu nanti.

Ada beberapa hal yang perlu kita selesaikan bersama, termasuk pembayaran dan pengurusan dengan notaris.”

Terdengar jeda sejenak di ujung telepon sebelum suara Paman Mukhlis terdengar lagi.

“Hari Sabtu, ya? Baiklah, Paman akan coba atur jadwal. Paman rasa ini penting sekali untuk keluarga kita.'

“Terima kasih, Paman. Ini sangat berarti bagi Ibu,” ujar Dimas dengan tulus.

“Baik, Nak. Paman akan kontak Mukson juga supaya dia bisa datang. Sampai jumpa hari Sabtu.”

Setelah panggilan itu berakhir, Bu Ngatmi menghela napas lega.

“Syukurlah, Mukhlis bisa datang. Sekarang tinggal Ibu hubungi Mukson.”

Dimas mengangguk, membiarkan ibunya melakukan panggilan kedua. Ia menunggu dengan sabar sambil mendengarkan suara lembut ibunya berbicara dengan Pamannya yang lain. Mukson, adik bungsu Bu Ngatmi, tinggal di desa yang cukup jauh dari kota, namun hubungan keluarga mereka tetap erat.Beberapa menit kemudian, panggilan itu selesai dan Bu Ngatmi tersenyum lega

Dimas menghela napas lega. Ia tahu bahwa langkah ini adalah yang terbaik untuk keluarga mereka. Meskipun uang yang ia peroleh begitu besar, Dimas tidak ingin melangkah sendirian. Ia butuh dukungan keluarganya, terutama Ibunya, dalam menjalani semua ini.

Setelah selesai berbicara dengan ibunya, Dimas merasa beban di pundaknya sedikit berkurang.

Ia tahu, Sabtu nanti akan menjadi hari penting bagi keluarganya. Tanah warisan kakek akan kembali menjadi milik mereka, dan ia berharap keputusan ini akan membawa berkah lebih besar bagi masa depan keluarga mereka.Bu Ngatmi segera mengambil ponselnya dan mulai menghubungi Mukhlis dan Mukson. Dalam hati, ia merasa bangga pada Dimas, anak sulungnya yang telah tumbuh menjadi pria dewasa yang bijaksana dan bertanggung jawab meski masih kuliah.

Kini, ia hanya bisa berharap bahwa Danik, adik Dimas juga akan memberikan dukungan penuh pada keputusan ini. Sementara itu, Dimas melangkah ke luar rumah, menikmati udara pagi yang segar setelah hujan semalam. Hatinya terasa lebih tenang, dan ia yakin bahwa apapun yang akan terjadi ke depan, ia tidak akan sendirian. Keluarganya akan selalu ada di sisinya, dan itu adalah hal terpenting baginya.

1
Max Dillon
mc bodoh, sudah senang sikit ibu yang susah dilupakan
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: terimakasih udah mampir. Maaf tidak ada maksud begitu Bang .
total 1 replies
Alfathir Paulina
kok ceritanya ganti jd mistis🤔🤔
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: kalau ini saya sengaja menghadirkan musuh utama pertama yang berbau mistis di daerah saya. 😅 Pokoknya Mohon Maaf jika masih sangat banyak kekurangan. terimakasih hadirnya.
total 1 replies
Alfathir Paulina
kenapa jd cerita masa lalu🤦‍♀️🤦‍♀️
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: Terimakasih hadirnya. Mohon maaf tahap belajar, sebenarnya itu hanya kilas balik (agak panjang sih 😅)
total 1 replies
argha putera
mending stop bawa agama bro novel ginian.
argha putera
bawa2 agama lagi novel genre ginian. hadehhh
argha putera
tks gk lanjut baca. novel sampah juga ternyata.
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: terimakasih sudah mampir,
total 1 replies
argha putera
ini novel mcnya siapa ya? kok malah sibuk nulisin percakapan pemeran pembantu?
argha putera
panel sistem kebanyakan. hadehh di buat sederhana aja kali. jd males liat novel sistem yg panel profilenya sengaja dibuat banyak cm demi nutup target kata.
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: terimakasih masukannya
total 1 replies
Hana
lanjut
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: Terimakasih hadirnya.
total 1 replies
RidhoNaruto RidhoNaruto
👍
.
RidhoNaruto RidhoNaruto
👍
Nino Ndut
ijin nanya thor, pas mc dpt 1jt tuh dia ngapain ke rumah ibu kos klo g bayar kos..lah ini blom bayar malah kabur pas bu rt ngomong kek gitu..knp g lempar aj ke mukanya atau mc bisa mulai cari kosan lain..
argha putera: lebay. alibi sangking ting-tingnya. ada lagi aja novel mc banci
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: Maaf, saking 'ting-tingnya' Dimas saat itu Kawan. Terimakasih sudah sudi berkomentar.
total 2 replies
Danang Romadhon
upp
Kafa Dayu
crazy up tor yg banyak 👌👌👌👌👌👌👌
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: Mohon Maaf, sebenarnya ide ada, tapi masih dikepala Kawan, jadi terpaksa di tuang satu persatu. terimakasih sudah hadir Komen.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!