Menantu Yang Tidak Diinginkan sebuah cerita yang dialami seorang wanita yang tidak diinginkan oleh mertuanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Asiseh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
“Ayolah kak, kapan lagi kakak bisa jalan-jalan sekalian kita makan di luar nanti” ajak Dina
Hengki menghela nafasnya, mau tak mau ia menuruti keinginan dua perempuan yang sudah memohon kepadanya.
“Iya” ucap Hengki terpaksa
“Yes” Dina bersorak gembira
Setelah selesai sarapan, semuanya bersiap-siapa untuk berangkat.
“Ayo kita berangkat” ucap Dina bersemangat
Mereka bertigapun berangkat menuju Mal.
Sesampainya di Mal, Dina dan Sukma langsung menuju ke sebuah toko tempat baju dan juga perlengkapan lainnya, Hengki yang berada di belakang Dina dan Sukma berjalan mengikuti mereka.
Setelah satu jam mereka berkeliling Mal dan memilih baju dan juga yang lainnya mereka merasa lapar.
Hengki memang hanya mengikuti mereka tapi Dina yang antusias memilihkan beberapa baju dan juga celana untuk Hengki, mau tak mau Hengki menerimanya meski pada akhirnya Hengki jugalah yang membayarnya.
*
Beberapa hari berlalu, Fifi sudah lebih baik kondisinya dan diperbolehkan untuk pulang. Surya dan Dara sepakat untuk membawa Fifi ikut bersamanya, Surya juga sudah mengatakan pada Nita. Jawaban Nita terserah mereka saja asal jangan terlalu lama.
Flash back on
Surya yang baru saja pulang dari rumah sakit langsung masuk ke dalam kamarnya untuk menyampaikan sesuatu sebelum Nita tidur. Beruntung Nita masih belum tidur sehingga Surya tidak perlu menunggu esok hari untuk mengatakan pada Nita.
“Nit” panggil Surya
“Iya mas” jawab Nita
“Kamu tahu kan kalo Fifi sendiri di rumahnya dan dia juga tidak mungkin pulang ke rumahnya karna tak ada yang merawatnya kalaupun ibu yang ikut ke sana kasihan jadi aku dan ibu sepakat untuk membawa Fifi ke sini untuk sementara sampai dia sembuh, boleh ya?” ujar Surya
Bagaimana perasaan Nita? Tentu saja sakit, namun satu sisi ia juga tidak mungkin menolaknya ia juga masih punya hati.
“Ya sudah terserah kamu saja mas, tapi kalau nanti keadaan Fifi lebih baik aku harap segera kembali ke rumahnya karna tidak enak dengan tetangga” jawab Nita
“Iya Nit” Surya mengulas senyumnya
Nita melihat Surya senang ketika dirinya mengizinkan Fifi untuk tinggal bersamanya, Nita sempat berpikir aneh-aneh namun segera ia tepisnya agar Nita tak merasakan sakit lagi.
Flash back off
Dara mendorong kursi roda Fifi, dokter menganjurkan Fifi untuk sambil belajar berjalan agar otot-otot kakinya bisa bekerja kembali.
“Kita naik taksi ya Fi” ucap Dara
“Iya bu” jawab Fifi
Akhirnya Dara dan Fifi menemukan taksi untuk mengantar mereka pulang.
Sesampainya di rumah, Nita yang sudah selesai dengan pekerjaannya duduk bersantai dan menonton tv.
Kreek
Pintu terbuka, Dara dan Fifi masuk ke dalam rumah. Nita yang mendengar pintu terbuka langsung melihat dan yernyata Dara dan Fifi yang datang, Nita menghampiri mereka untuk sekedar menyapa
“Fifi, ibu” sapa Nita
“Hai Nit, aku tidak apa-apa kan tinggal di sini untuk sementara” ujar Fifi
Dara melihat ke ara Nita seakan mengartikan kalau Nita harus mengatakan iya pada Fifi.
Nita yang melihat itu paham dan berusaha tersenyum pada Dara “Iya tidak apa-apa kok Fi, semoga kamu lekas sembuhnya dan cepat bisa berjalan, kamu harus sering-sering berjalan nanti aku bantu” ucap Nita
Fifi merasa Nita ingin membantunya belajar berjalan karna ingin dirinya segera pergi dari rumahnya, makanya Nita mengatakan seperti itu.
“Iya terima kasih Nit” Fifi tersenyum kecit
“Sudah, aku mau bawa Fifi ke kamar untuk istirahat, kamu sudah masak untuk makan siang kan?” tanya Dara
“Iya bu, sudah” jawab Nita
Setelah itu Dara membawa Fifi ke kamar kosong untuk beristirahat.
Kekhawatiran Nita bertambah, apalagi sekarang Fifi ikut tinggal bersamanya sedangkan suaminya pasti akan selalu bertemu dengannya dan Fifi juga pasti akan mengambil kesempatan ini untuk mendekati Surya, jadi Nita harus selalu mengawasi Fifi dan juga Surya.
Sore harinya, Surya yang sudah pulang melihat sang ibu sedang mengobrol dengan Fifi langsung menghampirinya, sedangkan Nita akan keluar dari kamarnya untuk menunggu Surya datang melihat dari pintu kalau Surya menghampiri Fifi. Nita ingin tahu apa yang akan dilakukan Fifi, di depan dirinya saja ia berani menghubungi suaminya apalagi sekarang tidak ada dirinya di sana.
“Mas Surya” Fifi tersenyum melihat Surya
“Bagaimana Fi, apa kaki kamu sudah bisa digerakkan?” tanya Surya
“Kamu ini ada-ada saja Sur, Fifi kan baru pulang mana sempat dia berjalan dia kan harus istirahat” omel Dara
“Jangan marahi mas Surya tante” Fifi membela Surya
“Aku kan tidak tahu bu” sahut Surya
“Oh iya mas, nanti malam aku ingin belajar berjalan tapi tidak ada yang membantu kalau tante Dara kasihan pasti dia capek dan juga tidak akan kuat buat menahan aku, kamu mau tidak membantu aku mas?”
Surya tak mungkin menolaknya, ini juga demi kesembuhan Fifi.
“Ya sudah nanti malam aku akan bantu kamu, jadi kamu harus makan biar nanti malam bisa semangat belajar jalannya” ucap Surya
Nita yang melihat dan mendengar dari celah pintu yang sedikit terbuka merasa sesak di dadanya, bahkan akhir-akhir ini Surya jarang sekali perhatian dengannya tapi dengan Fifi ia masih mengingatkan untuk makan.
“Apa dia suka lupa makan sehingga harus diperingati” gerutu Nita
Merasa kesal, Nita pun masuk dan menutup pintu kamarnya, ia mengurungkan niatnya untuk keluar dan memilih untuk rebahan dan mencoba tidak terlalu memikirkan tentang Fifi. Ini memang kesempatan untuknya mendekati Fifi dan Nita tidak boleh membiarkan semau itu.
Pintu kamar terbuka dan Surya yang masuk, Surya melirik ke arah Nita yang sibuk dengan ponselnya. Merasa tidak ada sambutan dari Nita, Surya bergegas untuk masuk ke kamar mandi.
Nita yang melihat Surya masuk ke dalam kamar mandi menghela nafasnya, padahal ia bersikap seperti ini karna Surya tapi Surya seperti tidak peduli.
Nita keluar dari kamarnya dan menyiapkan makan malam, sekarang ada Fifi tak mungkin Dara akan masak, pasti dia sibuk mengurus Fifi, pikir Nita.
Setelah selesai masak, Nita membawa makanannya ke meja makan. Semua orang sudah datang untuk makan malam.
Nita masih melayani suaminya dengan mengambilkan nasi ke piringnya.
“Kamu mau makan apa Fi?” tanya Dara
“Apa saja tante, aku bukan pemilih makanan” jawab Fifi tersenyum
“Itu memang harus Fi” Dara mengambilkan nasi dan juga lauk ke piring Fifi “Ini makan Fi kalau kurang bilang saja tidak perlu malu” ucap Dara
“Iya Fi, ibu benar biar kamu cepat sembuh” tambah Surya
“Oh iya kamu jadi kan mas mau bantu aku belajar jalannya?” tanya Fifi
“Iya, habis ini kita belajar jalan ya biar kaki kamu bisa jalan lagi”