Banyak cerita yang terjadi di saat Elvin Zayyan Pradipta masih duduk di bangku SMA. Beberapa kali ia di tangkap oleh polisi, tapi tak mampu menahannya di dalam walaupun ia terlibat dengan kasus yang besar.
Ia juga terlibat dengan sebuah organisasi saat berada di negara K tempat sang granma. Kedua orang tuanya pun tidak mengetahui hal itu, tapi granma tahu tentangnya.
Sampai suatu ketika ia di paksa oleh orang tuanya untuk menikah, yang di mana dirinya belum terpikirkan untuk melakukannya.
Apakah Elvin akan menuruti atau bahkan memberontak?
Dan siapakah wanita yang akan di jodohkan dengannya?
BACA CERITANYA SEKARANG!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yaya haswa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15
Elvin pulang dari H.G ke rumahnya seoarang diri mengendarai motornya yang telah Hunter ambil kemarin di sekolah.
Sesampainya di rumah, sudah ada sang mommy yang menatapnya seraya berkacak pinggang.
"Dari mana saja kamu?" mommy langsung bertanya tanpa membiarkan putranya duduk lebih dulu dengan menghalangi jalannya.
"Mommy kan tahu aku dari mana" ucap Elvin pelan dengan suara lesu. Ia sungguh lelah.
"Kamu pasti bohong kan? mommy tahu itu. Alasan kamu sangat tidak masuk akal El"
"Huff... terserah mommy lah. El capek banget mom. Biarkan aku istirahat dulu"
"Ckk...kenapa kamu tertutup sekali sama mommy. Mommy butuh penjelasan El"
"Aku akan menjelaskannya mom, tapi tidak sekarang"
"Baiklah, mommy tunggu waktu itu tiba" ia membiarkan sang putra waktu untuk bercerita padanya, walaupun ia sudah sangat penasaran tapi ia tidak ingin menekannya.
Mendengar perkataan mommy nya, El hanya diam. Ia kemudian berjalan ke kamarnya untuk istirahat. Semalam tidurnya tidak nyenyak karena berada di tahanan tanpa kasur ataupun bantal. Ia sungguh kesal sebenarnya, tapi ia tidak ingin membuat gaduh dan semena-mena.
Siang hari
Felix dan Elvin tengah berada di perjalanan menuju rumah sakit untuk melihat keadaan Gama, begitupun dengan Hayden yang tengah berada di perjalanan.
Setelah menempuh perjalanan 15 menit, Felix dan Elvin sudah sampai. Mereka langsung menuju ruang perawatan Gama.
Ketika mereka sampai, mereka melihat Gama tengah makan dengan di suapi bibi Faye.
"Tok...tok ....maaf mengganggu" ucap Felix di depan pintu.
Gama dan bibi Faye menolehkan kepalanya. "Kalian datang" ucap Gama.
"Ya... bagaimana kabarmu?" tanya Felix ketika ia berada di dekat Gama.
"Buruk" ucap Gama lesuh.
"Jangan seperti itu, kau harus sehat. Kasian bibi Faye yang harus merawatmu terus" ucap Felix.
Gama melirik sang bibi yang tersenyum kecil ke arahnya yang sedang memegang sendok berisi bubur.
"Habiskan dulu den" ucap bibi Faye seraya mendekatkan sendok ke arah Gama.
"Biar aku saja, Bi" Gama mengambil piring itu dan memakannya sendiri. Ia malu ada Felix dan Elvin melihatnya di suapi seperti bayi.
Felix tertawa melihat sahabatnya itu. Ia sangat tahu Gama pasti sedang malu saat ini. Elvin juga ikut tersenyum sangat kecil.
"Bibi makanlah juga!" pinta Gama.
Bibi Gaye mengangguk, lalu mengambil makanan yang ia bawa dari rumah.
"Oh ya, di mana Hayden? gua sempat mendengar suara tembakan malam itu, siapa yang tertembak dan siapa yang menembak?" tanya Gama. Sejak siuman ia selalu memikirkan Hayden.
"Buat apa lo memikirkannya, dia hampir saja membunuh Lo" ucap Felix
"Gua yakin Hayden dalam pengaruh obat terlarang malam itu, sehingga dia tidak berfikir jernih" Gama selalu berfikiran baik tentang sang kakak. Karena baginya, Hayden adalah orang yang baik dan kakak yang baik untuknya.
"Ckk...Lo terlalu berfikir baik. Sudah 2 kali dia membuat Lo masuk rumah sakit. Lo nggak perlu khawatir tentangnya"
"Dia kakak gua"
"Kakak macam apa yang mau membunuh adiknya sendiri. Nggak ada yang tahu bagaimana kondisinya setelah tertembak malam itu, mungkin dia di tangkap polisi. Tapi, dia tidak ada di penjara kemarin kan El?" ucap Felix.
Elvin hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban pertanyaan Felix.
"Apa?? yang tertembak itu Hayden?" Gama kaget mendengarnya.
"Hmm..." sahut Felix
"Gua mau mencarinya" ucap Gama seketika. Ia langsung turun dari kasurnya.
"Eh…eh…mau ke mana lo?" Felix menahan tangan Gama.
"Gua mau cari Hayden" ucap Gama dengan berusaha menggeser Felix.
"Lo jangan aneh deh. Pikirin kesehatan lo. Lo aja masih pake alat bantu pernafasan, sok-sok mau mencarinya. Yah ada Lo mati di tengah jalan karena kehabisan nafas. Lagipun Hayden nggak peduli sama lo"
"Gua harus tahu keadaannya. Lo tahu dia kakak gua. Gua berusaha untuk membawanya pulang agar gua bisa bersamanya lagi. Hayden sodara yang baik bagi gua. Dia hanya salah pergaulan aja" ucap Gama dengan sedikit meninggikan suaranya.
"Minggir…Felix!!" Gama mendorong bahu Felix ke samping.
"Den. Jangan tinggalkan tempat anda" panggil bibi Faye dengan khawatir.
"Aku harus mencari kakak Bi. Aku harus tahu keadaannya"
"Tapi den……" perkataan bibi Faye terhenti karena tiba-tiba seseorang membuka pintu.
"Nggak perlu, gua ada di sini" ucap orang itu.
Gama, bibi Faye dan Felix kaget melihat siapa yang datang.
"Hayden/den Ayden" ucap Gama, bibi Faye dan Felix bersamaan.
Pria itu adalah Hayden. Sebenarnya sejak tadi ia sudah sampai, tapi ia menunduk masuk karena mendengar perdebatan Gama dan Felix.
"Kembali ke tempatmu! Lo belum boleh turun dari kasur" ucap Hayden dengan menarik Gama ke kasur rumah sakit.
"Kenapa lo ada di___" Felix tidak melanjutkan perkataannya karena Elvin menutup mulutnya dan menyuruhnya diam.
"Hayden, Lo baik-baik aja?" tanya Gama dengan masih keadaan kaget karena kedatangan Hayden.
"Memang apa yang lo harapkan? gua meninggal?" Gama menggeleng cepat.
"Mana mungkin. Lo yang mau membunuhku kan?"
Hayden membuang nafas kasar melihatnya. "Kakak minta maaf. Otakku benar-benar buntu dan tidak tahu apa yang harus aku lakukan untukmu. Maafkan kakak Gam" ucap Hayden dengan tulus.
Gama yang mendengar Hayden menyebut kata Kakak lagi, ia sungguh tak menyangka dia akan mengatakan hal itu lagi. Ia berfikir Hayden tidak akan pernah bisa menyebut kata itu lagi.
Matanya berkaca-kaca menatap Hayden. "Kak Hay" ucap Gama lirih. Itulah yang selalu Gama panggil kepada Hayden ketika mereka masih bersama.
Hayden hanya mengangguk mendengar panggilan Gama. Ia kemudian memeluk sang adik dengan erat. Rindu, tentu saja. Sudah sangat lama ia tidak memeluk adiknya itu.
"Aku hanya sebentar. Jaga dirimu baik-baik. Kakak akan menjemputmu nanti, tunggu kakak" ucap Hayden setelah pelukan itu terlepas.
"Kau kemana? kau tidak ingin pulang?" tanya Gama.
"Tidak. Aku tidak akan pernah pulang ke sana. Kau yang akan ikut dengan kakak"
"Tapi kenapa?"
"Kau akan tahu nanti. Kau hanya perlu untuk selalu baik-baik saja" Hayden berbalik dan berjalan kearah bibi Faye yang berdiri di dekat kursi dengan tatapan rindunya.
"Bibi/Den" ucap Hayden dan bibi Faye bersamaan seraya saling memeluk.
"Bagaimana kabar bibi?"
"Saya baik den. Bagaimana dengan den Ayden"
"Aku baik Bi. Terima kasih sudah menjaga dan merawat Gama setelah aku pergi dan mama meninggal"
"Itu tugas saya den" Hayden mengangguk mendengarnya.
"Bi, jaga Gama di sini. Telpon Ayden kalau terjadi sesuatu pada Gama. Kalau papa sudah pulang dan menjenguk Gama ke sini, beritahu aku"
"Baik den"
"Aku pamit. Nanti aku datang dan membawa kalian"
Setelah mengatakan itu, Hayden berbalik dan berjalan kearah pintu. Ia melirik Gama yang masih menatapnya.
"Kakak pamit, kau harus berjanji untuk selalu baik-baik saja" ucap Hayden lagi.
"Aku janji" ucap Gama.
Hayden pun meninggalkan ruang perawatan Gama. Sementara Felix dan Elvin hanya diam saja tidak berniat untuk menyela sedari tadi. Elvin memang sudah mengerti situasi ini, tapi tidak dengan Felix yang masih sangat banyak pertanyaan di benak tentang semua ini.
.
.
NEXT