Di sebuah keluarga kultivator hidup anak bernama Lei Nan, meskipun dirinya dulu di agung-agungkan sebagai seorang jenius, namun terjadi kecelakaan yang membuat lenganya lumpuh, karena hal itu dirinya menjadi bahan cemohan di keluarganya, tapi hal itu berubah ketika dirinya tidak sengaja tersambar petir yang langsung mengubah hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aula Tukar
Di tempat yang jauh di sebuah kediaman mewah terlihat seorang wanita yang sedang duduk termenung dalam kamarnya dan dirinya segera di kejutkan saat ada seseorang yang memasuki kamarnya, wanita itu hanya diam dan tidak berbalik untuk melihat siapa yang datang.
"Ayah, apa yang kau lakukan sampai datang kemari?"ucap wanita itu dingin.
"Ying'er maafkan ayah, aku tidak ingin dirimu dalam bahaya."ucap pria itu dengan lesu.
"Ayah, apakah kau ingat kenapa ibu sampai tiada?"ucap wanita itu dingin.
"Ying'er, itu demi kebaikan semua klan"ucap pria itu.
"Ayah tidak pernah berubah, dirimu rela mengorbankan kebahagian orang lain hanya demi hal yang mungkin dirimu angap sepele, sekarang ayah bisa pergi dari sini."ucap wanita itu dingin.
"Ying'er..."ucap pria itu lirih.
"Cukup ayah!, kau bisa keluar dari kamarku."ucap wanita itu tiba-tiba marah.
Pria itu hanya menganguk dan pergi meningalkan ruangan itu namun sebelum itu dirinya berbalik dan berbicara kepada putrinya itu.
"Ying'er aku ingin berkata sekarang putramu akan baik-baik saja karena ada orang kuat yang melindunginya."ucap pria itu dan akhirnya pergi dari kamar itu.
Wanita itu terdiam dan perlahan matanya memerah dan mengeluarkan air matanya dirinya berjalan kearah jendela melihat bulan purnama yang sangat indah di malam itu.
"Maafkan ibu nak, aku harap dirimu baik-baik saja."ucap wanita itu dengan sedih.
Di tempat lain, tepatnya di kediaman Lei Nan, pagi hari sudah menjelang. Sinar matahari pagi menyusup melalui celah-celah jendela, memberikan kehangatan dan semangat baru. Lei Nan bangun dari tidurnya, meregangkan tubuhnya yang terasa segar setelah istirahat panjang. Pagi ini dirinya berencana datang ke Aula Tukar.
Aula Tukar sendiri adalah dimana poin tim digunakan, poin ini sendiri sebagai mata uang di Aula Informasi disini emas tidak ada harganya.
Aula Tukar biasanya menyediakan bahan kultivasi, pil, senjata dan Di Aula Tukar sendiri berdampingan dengan Aula Jurus yang menyediakan berbagai macam kitab jurus yang di dapatkan mereka saat melakukan misi dan mengcopy atau kitab asli itu sendiri.
"Hoam...., ternyata sudah pagi, aku ingin melihat 10 poin tim ini bisa ditukar untuk apa."ucap Lei Nan beranjak bangun dari tempat tidurnya.
Lei Nan bergegas bersiap-siap dan keluar dari kediamanya. Sinar matahari pagi menyambutnya dengan hangat, memberikan semangat baru untuk memulai hari. Di luar, ia melihat dua orang yang tak lain Zhang Wei dan Mei Ling sudah menunggu.
Sebelumnya mereka berjanji akan berkumpul di kediaman Lei Nan karena mereka sudah ada disana mereka memutuskan untuk langsung menuju Aula Tukar.
"Selamat pagi, Lei Nan" sapa Mei Ling.
"Selamat pagi. Kita menuju Aula Tukar hari ini, kan?" jawab Lei Nan sambil tersenyum.
"Benar, aku sudah tidak sabar melihat apa yang bisa kita dapatkan dengan poin tim kita," timpal Mei Ling.
Mereka bertiga berjalan menuju Aula Tukar, melewati jalanan yanng di kanan kiri pemandangan indah dimana Gunung-gunung menjulang tinggi, dan jalan yang mulai ramai dengan aktivitas pagi. Setelah beberapa waktu, mereka tiba di depan sebuah bangunan besar dengan ornamen megah yang menandakan tempat itu adalah Aula Tukar.
Di dalam Aula Tukar, suasana sangat hidup. Para anggota Aula Informasi berlalu-lalang, memilih dan menukar poin mereka dengan berbagai barang yang disediakan. Ada lemari-lemari yang dipenuhi dengan pil, bahan-bahan kultivasi, senjata, dan kitab jurus. Semua barang terlihat berkualitas tinggi.
Lei Nan, Zhang Wei, dan Mei Ling mendekati salah satu petugas di sana. "Selamat pagi, kami ingin menukarkan poin tim kami," kata Lei Nan dengan sopan.
Petugas itu tersenyum dan memberikan daftar barang yang tersedia untuk ditukar dengan poin. "Silakan lihat, ini adalah daftar barang yang bisa kalian tukarkan dengan poin tim kalian."
"H-hei, apakah aku tidak salah lihat ada berapa enol di sini."ucap Mei Ling.
Dua pria yang bersama Mei Ling juga ikut terdiam, mereka mengangap 10 poin tim ini bakal akan mendapatkan barang yang luar biasa namun jauh dari pandangan mereka bahkan mereka bingung 10 poin ini apakah bisa di tukarkan.
Mereka bertiga saling memandang dengan raut wajah yang bingung. Daftar barang yang ada di tangan mereka menampilkan harga yang jauh di luar jangkauan poin yang mereka miliki.
"Bagaimana ini? Kita tidak punya cukup poin untuk menukar barang-barang ini, bahkan sebuah senjata bernilai 1000 poin, dan apa-apaan pil ini bahkan nilainya 100.000 poin," gumam Zhang Wei sambil menggaruk kepalanya.
Lei Nan mencoba tetap tenang. "Kita harus berpikir lebih strategis. Mungkin kita bisa mencari barang yang lebih terjangkau tapi tetap berguna, jika di total semua kita memiliki total 30 poin tim."
Mei Ling melihat daftar barang dengan cermat. "Bagaimana kalau kita fokus pada sesuatu yang bisa meningkatkan kemampuan kita dalam jangka panjang? Mungkin beberapa bahan kultivasi yang tidak terlalu mahal, tetapi tetap berguna."
Lei Nan mengangguk setuju. "Itu ide yang bagus. Kita juga bisa mencari pil penyembuhan dasar. Meskipun harganya lebih murah, mereka tetap sangat berguna saat kita terluka."
Mereka bertiga kemudian kembali memeriksa daftar dengan lebih teliti. Setelah beberapa waktu, mereka menemukan beberapa barang yang tampak cocok dengan poin yang mereka miliki.
"Bagaimana dengan ini?" kata Mei Ling sambil menunjuk beberapa item di daftar. "Ada beberapa bahan kultivasi yang masing-masing hanya memerlukan satu atau dua poin. Dan ada juga pil penyembuhan dasar yang bisa kita beli dengan tiga poin."
Lei Nan membaca deskripsi item-item tersebut dan setuju. "Ini kelihatannya bagus. Kita bisa menukar poin kita dengan barang-barang ini dan tetap memiliki cukup untuk membeli beberapa pil penyembuhan."
Zhang Wei mengangguk. "Baiklah, mari kita tukarkan poin kita untuk barang-barang ini."
Mereka mendekati petugas dan menunjukkan pilihan mereka. "Kami ingin menukar poin kami untuk barang-barang ini," kata Lei Nan.
Petugas itu memeriksa daftar mereka dan tersenyum. "Pilihan yang bijaksana. Silakan tunggu sebentar, saya akan mengambil barang-barang yang kalian minta."
Setelah beberapa saat, petugas itu kembali dengan barang-barang yang mereka pilih. "Ini dia. Bahan kultivasi dan pil penyembuhan dasar. Semoga bermanfaat untuk kalian."
Lei Nan, Zhang Wei, dan Mei Ling mengucapkan terima kasih dan menerima barang-barang tersebut. Mereka merasa lebih lega setelah berhasil menukar poin mereka dengan sesuatu yang berguna.
"Meskipun kita tidak bisa mendapatkan barang-barang mewah, setidaknya kita mendapatkan sesuatu yang bisa membantu kita dalam misi berikutnya," kata Zhang Wei.
"Benar," tambah Mei Ling. "Kita harus bijak dalam menggunakan sumber daya yang kita miliki."
"Lei Nan, aku ingin dirimu menjadi ketua tim, sebelum pengawas kita di tentukan bagaimana jika kita melakukan misi di Aula Misi."ucap Zhang Wei.
Lei Nan terdiam beberapa saat,"Itu memang ide bagus, namun apakah kalian serius memilihku sebagai ketua tim."tanya Lei Nan.
"Apa salahnya Lei Nan, dirimu yang terkuat di antara kita"ucap Mei Ling.
Lei Nan hanya mengangguk,"Baiklah kita besok pagi berkumpul di Aula Misi."ucap Lei Nan.
"Baiklah kalau begitu aku pergi dulu."ucap Mei Ling.
"Aku juga Lei Nan sampai jumpa."ucap Zhang Wei pergi.
Di sana hanya ada Lei Nan saja yang termenung dan perlahan melihat plakat di tangannya yang bertuliskan angka 7 yang menandakan sisa poinya.
Sebelumnya Lei Nan hanya membeli pil penyembuh karena harga herbal berelemen petir sangat mahal bahkan termurah senilai ratusan poin tim.
"Sepertinya sebelum kembali aku akan mampir untuk melihat-lihat jurus yang mungkin bisa aku dapatkan, dan jika tidak aku bisa melihat-lihat."ucap Lei Nan pergi menuju sebuah tempat.
Lei Nan berencana mempelajari teknik mengunakan pisau terbangnya, jika dirinya meminta kepada Mei Ling itu terdengar tidak sopan. Karena itu merupakan hal tabu karena seorang kultivator akan menjaga jurusnya seperti nyawa mereka sendiri.