NovelToon NovelToon
Stuck On You

Stuck On You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: _Sri.R06

Kehidupan Agnia pada awalnya dipenuhi rasa bahagia. Kasih sayang dari keluarga angkatnya begitu melimpah. Sampai akhirnya dia tahu, jika selama ini kasih sayang yang ia dapatkan hanya sebuah kepalsuan.

Kejadian tidak terduga yang menorehkan luka berhasil membuatnya bertemu dengan dua hal yang membawa perubahan dalam hidupnya.

Kehadiran Abian yang ternyata berhasil membawa arti tersendiri dalam hati Agnia, hingga sosok Kaivan yang memiliki obsesi terhadapnya.

Ini bukan hanya tentang Agnia, tapi juga dua pria yang sama-sama terlibat dalam kisah hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _Sri.R06, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Seharusnya Tidak Sedekat Itu!

Saat mentari mulai tenggelam ke ufuk barat. Langit mulai memunculkan warna jingga yang indah, tiupan lembut dari angin yang bertiup, membawa ketenangan pada setiap jiwa yang merasakannya. Kemudian, dari kejauhan, terdengar kicauan burung yang saling bersahutan, seolah memberikan simfoni alami dari alam.

Sekali lagi, angin bertiup pelan. Kini menggerakkan dedaunan yang seolah menari kala ranting pohon ikut berderak karenanya.

Di sisi jalan sebuah gang kecil, Agnia tampak memeluk tubuhnya saat dia menggigil kecil begitu merasakan hawa dingin mulai membelai kulitnya.

Agnia tersenyum kecil saat Abian sudah keluar dari mobilnya, kemudian membuka pintu penumpang. Agnia tidak lagi ragu, dia lantas duduk di sisi Abian. Membiarkan pria di sampingnya mulai melajukan mobil dalam kecepatan normal, membelah jalanan yang dalam beberapa menit kedepan akan dipenuhi oleh banyak kendaraan lain.

“Apa kamu sudah menunggu lama?” Abian bertanya setelah beberapa menit perjalanan.

Agnila melirik sekilas ke arah pria itu. “Tidak, aku baru saja sampai saat kamu datang,” jawabnya.

Saat itu Abian berdecak kecil. Dia menatap Agnia sekilas. “Seharusnya kamu tidak menunggu di jalan itu. Aku pasti akan menjemputnya di tempatmu.”

“Mobil, kan tidak bisa memasuki jalan itu, Abian.” Agnia menghela napas.

“Aku masih memiliki kaki untuk berjalan,” ujar Abian, santai. Agnia memutar matanya menanggapi pria itu.

Kemudian keadaan kembali hening sebelum Agnia membuka percakapan lebih dulu. “Padahal keluargamu tidak perlu terlalu sungkan. Aku sudah cukup menerima ucapan terima kasih itu lewat kamu,” kata Agnia.

Namun saat itu Abian menggeleng kecil. “Bagaimana bisa seperti itu,” kata Abian. “Memang seharusnya kami menunjukan ketulusan saat mengucapkannya.” Abian kembali melirik ke arah Agnia, kemudian kembali pada jalanan di depannya. “Lagi pula, makan malam bukan hal besar. Kamu pantas mendapatkan kehormatan yang lebih besar.”

Agnia menatap Abian dengan mata yang menyorot tajam. “Oh, hentikan itu. Kamu membuatku tidak nyaman!” desah Agnia, dia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi sebelum memejamkan matanya sejenak.

“Kamu harus mulai terbiasa,” gumam Abian, yang tidak bisa Agnia dengar dengan jelas.

***

Dengan jantung yang berdegup kencang, Agnia mulai memasuki rumah yang dulu begitu ia kenal. Ini memang bukan yang pertama kalinya, tapi kali ini … rasanya memang sangat berbeda.

Agnia menghembuskan napas, guna menenangkan rasa gugupnya. Namun, sepertinya Abian yang menyadari kegugupan Agnia lalu berbicara. “Tenang saja, aku selalu di sampingmu.”

Agnia tersenyum, ia kemudian mengangguk. Begitu memasuki ruang keluarga. Agnia merasakan telapak tangannya mendingin saat melihat banyak pasang mata yang kini menatap ke arahnya.

Yang pertama kali Agnia dapatkan adalah dekapan lembut dari seseorang. Itu adalah Nora, wanita itu seolah mencurahkan perasaannya dalam pelukan itu. Agnia merasakan hatinya menghangat secara perlahan.

“Kamu benar-benar—kenapa tidak memberitahu Tante saat kamu pergi?” bisik Nora, Agnia meringis saat rasa bersalah itu merayapi hatinya.

“Maaf, Tante.” Agnia membalas pelukan itu. Kemudian saat Nora melepaskan pelukan mereka, Agnia bisa melihat mata wanita itu memerah.

“Tidak apa-apa. Tante tahu ini adalah keputusanmu. Selama kamu baik-baik saja, Tante merasa tenang.”

Agnia mengangguk. Kemudian pandangannya mengarah pada Arsenio, pria tua itu masih tersenyum dengan ramah. Tatapan matanya benar-benar lembut saat mereka berpandangan.

“Tuan Arsenio—” Agnia hendak menyapa tetapi Arsenio langsung memotongnya. “Panggil saja Kakek, kamu adalah penyelamat kami, sekarang,” ungkapnya, saat itu Agnia merasa begitu tidak enak. Tetapi tetap tersenyum setelahnya.

“Kemarilah, Nak.” Arsenio merentangkan tangan, saat itu Agnia tidak bisa menolak. Jadi tetap maju untuk memeluk Arsenio yang dibalas pria itu dengan penuh kasih.

Arsenio memiliki tubuh tinggi, dia juga masih sangat bugar di usianya yang tidak lagi muda. Agnia memang jarang bertemu dengan Arsenio. Tapi, dalam beberapa pertemuan, beberapa waktu itu, dia justru merasakan pria itu benar-benar memperlakukannya seperti anggota keluarganya sendiri.

“Senang bertemu kembali denganmu, Kek,” lirih Agnia, rasanya kali ini dia menemukan keluarga baru. Apakah tidak salah jika Agnia benar-benar mengharapkannya?

“Aku tahu itu,” balas Arsenio dengan jenaka. Saat itu Agnia terkekeh kecil dalam pelukan mereka.

Kemudian setelah pelukan terlepas, Agnia menatap beberapa orang di sana. Pria yang sebelumnya Agnia tolong tampak menatapnya dengan lembut, bibirnya menyunggingkan senyuman kecil. Agnia tidak memperhatikan itu. Tapi, pria itu memang memiliki fitur wajah yang sangat mirip dengan Abian. Meskipun saat tidak tersenyum, Agnia yakin dia akan terlihat lebih dingin dari Abian.

Felicia juga berada di sana. Wanita itu tidak terlalu menunjukkan bermacam ekspresi di wajahnya. Tapi, Agnia bisa merasakannya, tidak ada lagi tatapan benci di matanya. Hanya sorot tenang, yang terdapat sedikit kelembutan.

Dan, tentu saja, jangan lupakan Eriana, juga Shena. Mereka masih sama seperti sebelumnya. Menatap tidak suka pada Agnia. Tapi, kedua wanita itu tampak tidak berani berkomentar apapun. Dan Agnia merasa senang untuk itu.

“Kita masih belum berkenalan secara resmi saat itu. Perkenalkan, Saya Demian, orang tua Abian. Kamu pasti sudah mengenal putra Saya sebelumnya, bukan?” Pria itu mengulurkan tangannya ke depan, dan Agnia membalasnya dengan anggukan singkat.

“Saya Agnia, Tuan,” jawab Agnia. Setelahnya melepas jabat tangan mereka.

“Kamu bisa memanggil Saya Om, tidak perlu begitu formal. Dan ini istri Saya, kamu seharusnya sudah mengenalnya juga, ‘kan?” kata Demian, memperkenalkan Felicia yang berada di sampingnya.

Agnia mengangguk sebagai tanggapan. Dia tersenyum sempari menyapa Felicia dengan anggukan kecil yang dia tujukan pada wanita itu.

Namun, yang membuat Agnia tertegun adalah apa yang wanita itu lakukan selanjutnya. Felicia, memeluk wanita itu begitu erat. Dan Agnia tidak bisa bereaksi cepat, dia benar-benar terkejut.

“Terima kasih,” ujarnya, Agnia masih tertegun saat itu. “Dan, maaf,” imbuhnya pelan. Namun, saat itu Agnia tahu kemana arah pembicaraan Felicia.

Agnia pun, dengan ragu membalas pelukan itu. “Saya sudah melupakannya, Nyonya. Tidak perlu dipikirkan.”

“Kamu bisa memanggilku Tante, mulai sekarang,” katanya. Dan, Agnia bisa mendengar suara Felicia melembut saat mengatakannya.

Agnia mengangguk pelan dalam pelukannya, sebelum Felicia melepas pelukan itu.

“Ayo, lebih baik kita duduk lebih dulu, ada banyak hal yang ingin Saya ucapkan,” kata Demian, Agnia melirik ke arah Abian setelah melihat Abian mengangguk samar, Agnia pun mengikuti keluarga itu dan mulai duduk di ruang keluarga.

“Saya benar-benar begitu menyesal karena tidak bisa mengucapkan terima kasih ini secara langsung. Maafkan ketidak sopanan Saya Agnia,” kata Demian, Agnia yang mendengar itu lantas menggeleng cepat.

“Tidak perlu seperti ini, Om—” Agnia menggertak dirinya sendiri. Dia benar-benar harus mulai terbiasa dengan panggilan ini, “aku hanya merasa harus melakukannya. Jika itu bukan aku, pasti masih ada orang lain yang akan melakukannya,” ujar Agnia.

Saat itu Demian terlihat menggeleng kecil, dia lantas tersenyum pada Agnia. “Saya juga tidak tahu. Jika itu bukan kamu, apakah saya masih bisa berada di dunia ini.”

Agnia tertegun mendengar itu.

Barulah dia tahu, Demian mulai menceritakan masalahnya. Ternyata pria itu memiliki masalah dengan jantungnya. Dan saat Agnia menemukan Demian waktu itu, pria itu memang mengalami serangan jantung mendadak. Tapi, karena sang pemilik takdir masih memberinya kesempatan hingga membuat Agnia bisa menemukannya. Barulah pria itu bisa selamat.

Agnia tertegun mendengar itu. Ternyata, Demian memiliki masalah serius seperti ini. Agnia merasa, Abian pun pasti merasa kesulitan sebagai putranya.

Kemudian obrolan pun berlanjut hingga 20 menit kemudian. Arsenio meminta Agnia untuk beristirahat sejenak. Pria itu bilang mereka akan makan malam bersama nanti, dan Agnia merasa gugup untuk kesekian kalinya.

***

Agnia menikmati makan malamnya dengan tenang. Ini, kali pertama dia makan di meja yang sama dengan keluarga Bellamy. Selama ini, Agnia selalu beralasan setiap kali Abian mengajaknya makan bersama di meja makan.

Sebelumnya, Agnia juga sudah bertemu dengan beberapa pelayan yang dulu sering memperlakukan Agnia dengan baik. Mereka benar-benar senang saat mendapati Agnia kembali ke rumah ini. Tentu saja, Agnia juga mengatakan jika dia hanya sebagai tamu hari ini. Wanita itu terkekeh saat mendapati beberapa pelayan itu tampak merengut kecewa karena Agnia tidak berniat kembali tinggal di keluarga Bellamy.

Agnia tidak bisa tinggal lagi di sini, apapun alasannya. Dia bukan siapapun di keluarga ini, bahkan tidak berstatus sebagai pekerja. Agnia tentu tidak akan merasa nyaman jika terus seperti itu. Jadi, kali ini, dia yang adalah tamu dari keluarga Bellamy merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Karena itu, Agnia merasa ada alasan bagi dirinya untuk hanya sekedar berkunjung.

“Agnia, bagaimana kamu bisa kenal dengan Abian?” Demian yang pertama berbicara saat itu, begitu mereka selesai dengan makan malam mereka.

Jelas, mendapat pertanyaan itu Agnia tidak lantas langsung menjawab. Dia bingung, apakah harus mengatakan tentang tragedi yang menimpanya beberapa bulan lalu? Jika seperti itu, apa yang akan keluarga ini pikirkan tentangnya.

“Aku bertemu dengannya di toko kue. Agnia bekerja di sana—saat aku membawa kue ulang tahun untuk Mama—itu dari toko tempat Agnia bekerja.” Abian yang menjawab, menjelaskan semuanya.

Demian mengangguk mengerti, begitupun dengan orang lainnya yang menyimak, tampak tersenyum kecil. Namun berbeda dengan Shena, wanita itu tidak berekspresi sedikitpun, namun genggaman pada sendok di tangannya yang mengencang jelas menunjukkan amarahnya. Tidak jauh berbeda dengan Eriana, wanita itu masih menunjukkan tatapan permusuhan, namun tidak kentara saat melakukannya.

Agnia mulai bertanya-tanya, sebenarnya dari mana kebencian dua wanita itu padanya berasal?

Namun sesaat kemudian Agnia terdiam, dia mulai berpikir. Wanita itu mengernyitkan alis sampai matanya sedikit mengerjab hingga kemudian membulat. Tapi dengan cepat Agnia menormalkan ekspresinya itu.

Awalnya Agnia jelas merasa begitu tenang karena Abian membantunya berbicara, meskipun itu adalah bentuk kebohongan pria itu. Namun, saat ingatannya menggali lebih dalam. Dia seolah mendapat pukulan di kepalanya, Agnia mengingatnya. Karena ternyata, pertemuannya dengan Abian di kapal pesiar itu bukan pertama kalinya!

Agnia hanya tidak menyangka, ternyata Abian benar-benar mengingat pertemuan pertama mereka.

“Begitu? Kamu memang seorang pekerja keras,” kata Demian, tampak tersenyum setelah membersihkan mulutnya dengan serbet.

Agnia tersenyum malu, menanggapi pujian Demian.

“Agnia, kamu sebaiknya bermalam saja di sini.” Suara Arsenio terdengar, tampak tegas namun sorot lembut di matanya menunjukan arti berbeda.

“Tidak.” Agnia menjawab cepat, bahkan terlalu cepat untuk dirinya sendiri. “Maksudku—aku tidak ingin merepotkan. Aku akan baik-baik saja. Sebaiknya aku pulang,” kata Agnia. Tersenyum canggung menatap beberapa orang di sana sekilas.

“Tidak bisa. Ini sudah malam, sebaiknya kamu bermalam di sini.” Kini Demian ikut berbicara, membuat Agnia semakin kesulitan.

“Iya, Sayang … kamu menginap saja di sini biar besok Abian bisa mengantarmu pulang.” Nora ikut berbicara, membuat Agnia semakin sulit untuk menolak.

“Bagaimana, semua orang menginginkan kamu tetap di sini,” ujar Abian, Agnia menatap pria itu yang berada di sampingnya. “Begitupun denganku.” Abian berkata pelan, nyaris berbisik hingga hanya Agnia saja yang bisa mendengarnya.

Agnia tertegun, mendengar Abian mengatakan hal itu. Dia harus menenangkan dirinya sebelum wajahnya menyerupai kepiting rebus.

Tenangkan dirimu, Agnia. Tenangkan dirimu!

“Bagaimana, Agnia. Tante juga berpikir kamu sebaiknya menginap saja di sini.” Agnia kini semakin dilema, apalagi itu adalah Felicia yang berbicara.

Pada akhirnya, Agnia tahu dia tidak bisa menolak. Jadi mengangguk kecil membuat semua orang entah kenapa tersenyum senang menanggapinya.

Oke, kecualikan Shena dan Eriana!

***

Agnia yang tidak bisa tidur, pada akhirnya memilih untuk menuju balkon di lantai dua. Dia tahu, di sana, biasanya jarang ada orang yang menempatinya di malam hari. Agnia hanya ingin menikmati bintang di langit malam. Dia bisa saja melakukannya di kamarnya, tapi Agnia hanya ingin mencari tempat baru untuk melakukannya.

Agnia tersenyum dengan mata yang memejam begitu mendapati udara dingin malam itu, begitu memasuki balkon lantai dua. Dia menggosok lengannya saat udara malam itu cukup terasa, begitu menembus baju hangatnya.

Agnia kemudian hendak berbalik untuk duduk di kursi, namun malah hampir dibuat menjerit begitu mendapati seorang pria yang duduk di sana. Bukan itu yang membuatnya ketakutan setengah mati, tapi, apa yang dikenakan pria itu.

“Apa, kenapa?” Suara pria itu terdengar, dia seperti tidak terganggu dengan kehadiran Agnia.

“Kamu—” Agnia menerka-nerka mencoba mencari tahu siapa wajah di balik masker kecantikan itu. “Daniel?” tanya Agnia dengan mata menyipit.

“Siapa lagi,” katanya malas, sembari membuka masker yang dikenakannya. Barulah Agnia bisa memastikan jika pria itu memang benar adalah manusia.

“Kamu membuatku takut!” seru Agnia.

Namun saat itu Daniel berdiri setelah membuang maskernya ke tong sampah kecil di tempat itu. Pria itu mendekat dengan alis yang menukik tajam. “Kamu takut pada wajah tampan seperti ini?” tanya Daniel tampak tersinggung.

Agnia menatap malas pria itu, sebelum memutar bola matanya dengan dramatis. “Baiklah, kamu memang tampan,” ujar Agnia, ingin menyelesaikan semuanya dengan cepat.

Daniel tersenyum jumawa, begitu puas dengan jawaban Agnia.

“Tapi—” Daniel menatap Agnia dengan marah, “kau belum memberiku penjelasan.”

“Apa?” Agnia baru saja menaikkan sebelah alisnya untuk bertanya saat Abian berkata, “Terserahlah.” Kemudian setelah itu, yang Agnia rasakan selanjutnya adalah tubuhnya yang didekap begitu erat.

Agnia tertegun mendapat pelukan tiba-tiba itu. Dia berkedip dua kali, sebelum dengan ragu-ragu menepuk pelan punggung pria itu.

“Kau—benar-benar! Apa kau tidak memiliki waktu bahkan untuk memberitahu sahabatmu ini saat pergi dari rumah?” gerutu Daniel, Agnia terkekeh mendengarnya.

“Kau tahu, aku harus menghadapi amarah dia saat tidak bisa menemukanmu. Dia membuat kepalaku nyaris meledak! Kau harus memberi sahabatmu ini kompensasi, tahu,” kata Daniel, menggebu-gebu. Agnia yang mendengarnya mengernyit bingung.

“Dia siapa?”

“Lupakan saja,” kata Daniel setelah dia melepas pelukannya. Sementara itu Agnia terdiam sejenak sebelum mengangkat bahunya tidak peduli.

Agnia mengangkat alisnya lagi saat dilihatnya Daniel masih memperhatikannya begitu lama.

“Kenapa—”

Agnia dibuat kembali terkejut karena Daniel kembali menariknya ke dalam pelukan hangat. “Aku merindukanmu, tahu!” gerutunya, dan Agnia tersenyum karena itu.

“Aku tahu!” katanya, dengan kekehan yang bisa Daniel dengar.

“Apa itu?” Daniel memprotes, setelah melepaskan pelukan mereka, lagi. “Kau bahkan tidak mengatakan merindukanku? Kau benar-benar wanita jahat!” katanya, sudah drama.

Agnia tidak bisa menahan tawanya lagi. Tapi pada akhirnya dia tetap berkata. “Aku juga merindukanmu,” katanya pelan.

“Itu baru benar.”

Agnia menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan sikap Daniel, padahal pria itu jauh lebih tua dari Agnia. Tapi kenapa rasanya, Agnia malah mendapatkan seorang adik?

“Baiklah, lupakan itu, aku memiliki mie instan ekstra pedas di sini. Ayo kita berpesta!” seru Daniel, dan Agnia langsung membulatkan matanya yang sudah dipenuhi binar bahagia.

“Oke!” serunya.

Kemudian dalam beberapa jam saja, mereka sudah menjadi jauh lebih dekat dari sebelumnya. Belum lagi, Agnia baru mengetahui jika mereka memiliki beberapa kesamaan, dan salah satunya sama-sama menyukai makanan pedas.

“Hahaha, aku juga mengetahui film itu! Ingat saat penjahat itu malah masuk ke gorong-gorong? Lucu sekali!”

Daniel tertawa terbahak-bahak, mereka sudah sampai pada banyak topik, hingga film yang ternyata sama-sama mereka suka.

Agnia mengangguk cepat dengan tawa renyah yang keluar dari bibirnya. “Kamu benar, aku saja selalu tertawa saat mengingatnya,” kata Agnia. Kemudian mereka kembali tertawa setelahnya.

Kemudian topik mereka sampai pada bacaan yang disukai dan ternyata mereka sama-sama penggemar novel thriller.

“Sungguh? Aku tidak tahu itu.”

Daniel mengangguk, tawa mereka sudah reda sebelumnya.

Namun di sisi lain, mereka tidak tahu jika orang lain sudah memperhatikan interaksi itu cukup lama. Itu terlihat dari emosi yang terpicu hingga terlihat di wajahnya.

Abian—pria itu, cukup lama memperhatikan orang-orang itu hingga dadanya terasa panas. Dia kesal setengah mati. Namun, secepat itu Abian tersadar, kalau yang satu adalah adiknya dan yang satu bahkan belum dia jadikan sebagai miliknya.

“Cih, apa bagusnya?” Pria itu menggerutu, pandangan matanya masih belum lepas dari dua orang di depannya.

“Bukankah lebih bagus jika membaca buku tentang berbisnis, saham, dan yang semacamnya?” Pandangan mata yang Abian tunjukan terlihat begitu meremehkan, entah karena topik yang dibahas, atau mungkin karena kedekatan dua orang itu yang membuat Abian terganggu.

“Lagi pula … pria dan wanita seharusnya tidak sedekat itu!” gumam Abian, dengan wajah yang merengut kesal.

1
Jam Jam
ceritanya bagus ka, dilanjut ya kak. Semangaaat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!