Misi balas dendam seorang Duda arogan plus gila, pada seorang gadis yang ada sangkut pautnya dengan target balas dendam nya.
Duda itu mengira dia sudah paling gila, namun ternyata gadis yang dinikahinya secara paksa lebih gila darinya.
"Aku sudah tahu kau lah yang sebenarnya menjebak ku tidur dengan mu! Lihat dan rasakan nanti, akibat kau berani menjebak seorang Denada...!" ancam gadis itu dengan wajah pongah, dia tidak terima menikah paksa dengan duda beranak dua, bahkan usia mereka terpaut jauh 15 tahun.
"Hei bocah! Kau kira aku takut dengan ancaman mu?! Aku...?! Seorang pebisnis yang bahkan tak kenal ampun pada pesaing-pesaing nya! Jangan mimpi kau bisa membalas perbuatan ku! Sekarang, aku adalah suamimu! Kau harus patuh padaku! Akan ku pastikan pernikahan kita adalah neraka bagimu...!" Arjuna seorang duda berusia 34 tahun menyeringai licik.
Karakter keduanya sama-sama kuat dan keras, siapakah yang berhasil menaklukan pasangan nya lebih dulu dalam jeratan cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Merasa Seperti Seorang Simpanan.
Arjuna ingin segera berangkat ke perusahaan, dia melirik jam di pergelangan tangan dengan ekspresi resah. Sudah pukul delapan lebih, tetapi anak-anak nya masih ingin ditemani. Ponsel Juna masih disita Ibunya, mengatakan akan memasang penyadap untuk mengawasi nya.
“Daddy, ayo aaaa...“ dengan sabar Juna menyuapkan sereal ke dalam mulut Putri kecilnya, bernama Raine.
“Tumben sakali, putri cantik Daddy ingin disuapi Daddy?“ tanya Juna penasaran, sebab jarang sekali putrinya itu manja padanya.
“Grandma bilang, kalau Rai tidak manja pada Daddy... Daddy akan pergi tinggalin Rai karena dicuri penyihir licik.“
“Uhuk!!!“
Astaga Mommy! Pikiran anak kecil malah dipengaruhi hal-hal begini...!
“Tidak ada yang seperti itu, darling. Daddy akan selalu bersama kalian berdua, jadi... biarkan Daddy pergi ke perusahaan ya.“ Juna terus membujuk.
“Rai! Jangan menyusahkan Daddy kita, waktu adalah uang! Daddy bekerja untuk belikan kita makanan dan pakaian bagus, kamu ingin seperti anak-anak kecil pengamen di lampu merah yang mencari uang untuk hidup. Bahkan baju mereka sangat kucel dan sobek-sobek, kita harusnya bersyukur... karena ada Daddy yang bekerja.“
“Wow! Putra Daddy semakin pintar, darimana kamu belajar?“ Putranya itu masih berusia 5 tahun, tapi cara bicaranya sudah seperti anak dewasa.
“Dari Miss Aurora yang menjadi tutor kami, tapi Rai selalu bolos jika Miss datang ke rumah, jadi dia masih bodoh!“ ledek Reynard, saudara kembar Raine.
Senyuman bangga mengembang di bibir Juna, kedua anaknya adalah korban broken home namun sebisa mungkin Juna dan Nenek mereka memberikan yang terbaik untuk twins.
“Bagaimana, darling? Bolehkah Daddy pergi?“
Raine nampak berpikir, gadis kecil itu menatap wajah mengiba sang Daddy, “Oke!“
YESSS!
Juna meraih wajah putrinya, menciumi seluruh wajah dengan gemas. “Nanti siang Daddy jemput, kita makan siang diluar. Tapi, bolehkah Daddy minta tolong?“
Raine dan saudara kembarnya Reynard saling melirik, sangat jarang sang Daddy meminta tolong pada mereka.
“Bien sûr!“ sahut keduanya dalam bahasa negara nenek mereka dan negara mereka tinggal.
*Tentu saja.
Juna memeluk kedua anaknya, lantas membisikkan sesuatu dan kedua anaknya hanya mengangguk. Setelah selesai ngemong kedua anaknya, Juna pun bersiap pergi ke perusahaan.
Di ruang tengah, sang Ibu sedang menunggunya.
“Ini ponselmu, Mommy sudah memasang penyadap juga. Jangan macam-macam dengan Mommy, Juna. Ada banyak nyawa yang harus kau jaga, jika kau melawan perintah Mommy!“
Ya, selain mengancam akan mati sang Ibu juga mengancam akan menyakiti Dena. Selain itu, Ibunya juga mengancam akan menjauhkan Juna dari anak-anaknya.
Dengan wajah menahan emosi, Juna mengambil ponselnya lalu pergi dari rumah.
“Ikuti kemana pun anakku pergi, James!“ titah Nyonya Elise pada salah satu bawahan nya.
“Baik, Nyonya.“
.
.
Di perusahaan wajah Dena cemberut, dia menunggu sudah hampir 2 jam tapi Juna belum juga datang. Rasa kecewa memang ada namun rasa cemas lebih mendominasi.
Baru saja dia akan menyerah, namun sosok Juna akhirnya muncul juga. Keduanya saling berpelukan, seolah tidak bertemu sekian lama.
“Aku sangat merindukan mu, My wife...“ Juna mengecup berulang kali kepala Dena.
“Me too, Om lama banget. Apa Om ditahan Mommy Om?“
Jitu banget tebakan Dena!
Ya Tuhan, aku belum bisa menjelaskan semuanya tentang larangan Ibuku. Jika aku menjelaskan Mommy tidak setuju karena Dena adik dari Devan, maka aku harus siap menjelaskan segalanya pada nya. Maafkan aku, sayang. Aku masih takut kehilangan mu karena marah padaku....
“Semua sesuai prediksiku, Mommy masih menolak menerima hubungan kita. Alasan nya, kamu terlalu muda untukku. Masalah kamu gadis matre, Om udah jelasin semuanya ke Mommy kalau kamu sebenarnya adalah perempuan mandiri. Jadi, kita sementara begini saja dulu. Aku harap kamu mengerti kondisi ini,“ Juna terpaksa berbohong.
“Hm, entahlah... firasat ku buruk tentang Mommy mu, Om.“
“Sudah, tenang saja. Asal kamu selalu dengerin ucapanku, sekarang mana sarapan nya.“
“Om belum makan di rumah?“
“Cuma sedikit, kan udah janji bakal sarapan sama kamu.“ Goda Juna seraya mengecup bibir mungil istrinya, “Manis banget sih sarapan pembuka nya.“
Keduanya sibuk memakan sarapan dengan sesekali bercanda tawa, setelah selesai Dena pamit untuk pergi ke kampus.
“Untuk sementara waktu, jangan menghubungi sebelum Om yang menghubungi lebih dulu. Ponsel Om dibajak Mommy.... nanti Om beli ponsel lain dengan nomer baru. Oke?“
“Hm,“ Dena hanya mengangguk. “Aku pergi.“
“Sayang, bisakah keluar lewat jalan belakang perusahaan?“
Dena ingin menolak, namun dia mengangguk karena sudah berjanji akan menuruti permintaan suaminya.
Sepanjang jalan dari lantai tempat suaminya berkerja sampai ke arah pintu belakang perusahaan, Dena mencoba terus berpikiran positif tapi itu bukan hal mudah.
Hubungan pernikahan seperti apa ini? Aku merasa seperti seorang simpanan yang sedang disembunyikan dari istri sah! Ckkk....
Dena pergi menaiki taxi, karena belum mempunyai kendaraan lainnya lagi sejak mobilnya diambil paksa.
.
.
Di kampus seperti mahasiswi umumnya, Dena akan masuk kelas terkadang pergi ke perpustakaan atau menghadiri acara kecil-kecilan di fakultas nya, Dena sendiri mengambil jurusan kedokteran.
“Dek Dena.... nanti malam jangan lupa acara seminar nasional yang membahas terkait kebencanaan di fakultas kita,“ Ali yang berpapasan dengan Dena mengingatkan adik Juniornya itu.
“Siap, Bang. Siapa pemateri dalam seminar?“
“Kamu belum mendapat informasi nya?“
“Belum, Bang. Saya memang agak sibuk belakang ini, maaf...“
“Beberapa Dokter, salah satu nya dari alumni kampus ini. Namanya, Dokter Amrita dari rumah sakit umum Bimasakti.“
Apa Amrita yang sama?
“Oke, Bang. Makasih,“ Dena tersenyum ramah seperti biasanya.
Ali hanya menganggukkan kepala dengan wajah ramah pula, laki-laki memang terkenal baik pada semua orang. Meski saat berbicara dengan lawan jenis seperti dengan Dena barusan, laki-laki itu selalu menjaga pandangan.
Ceklek!
Ceklek!
Tanpa Dena sadari, seseorang sudah memotret kebersamaan nya dengan Ali.
.
.
Ting!
foto Dena dan Ali sedang bicara berdua dalam angle yang memperlihatkan keakraban keduanya, foto itu masuk ke dalam ponsel Juna disertai sebuah kalimat.
[Istri kecilmu hanyalah gadis jalaang yang menyukai laki-laki lain dan tanpa sepengetahuan mu mereka sering berduaan!]
Rahang Juna mengeras, dia mencengkram ponselnya begitu kuat hingga kuku jari-jarinya memutih. Bagi Juna, kesetiaan adalah hal sensitif karena dia pernah dikhianati.
happy ending buat semua nyaa