Duri Dalam Pernikahan

Kami memasuki Ruangan Rumah sakit dengan langkah yang gontai, padahal mata ku Rasanya mengantuk sekali, karna sedari kemarin hinga sampai di mobil Aku tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Setelah bertanya pada suster Akhirnya kami menemukan Ruangan Rawat inap nya, Yusuf

Aku dan ibu berjalan beriringan menuju tempat Yusuf berbaring.

" Ya allah anak ku.." ibu langsung memeluk Yusuf yang masih berbaring istirahat,

luka di kening dan lengan tangan Yusuf terlihat Nampak serius. " ibu..." perahan yusuf membuka matanya.

" Ya allah nak..kenapa bisa sampai begini? "

" Tadinya Yusuf baru Saja pulang dari pasar Bu, tapi tiba-tiba dari Arah berlawanan Ada motor, Aku lupa menyalakan Lampu send dan Akhirnya terjadi Adu banteng " jelas Yusuf

Bu sari menangis lagi karna syok mendengar pengakuan Yusuf, Alih Alih ingin bertemu dalam keadaan sehat kini malah bu Sari bertemu dengan Anaknya dalam keadaan yang sangat memprihatinkan.

luka memar di kening Yusuf juga parah, untung saja waktu kecelakan Ada yang menolong nya, dan langsung di larikan kerumah Sakit.

" ibu tahu Aku di rumah sakit dari siapa bu? " timpal Yusuf.

" kang Hilman tadi sore kerumah kita, " ibu malah lanjut menangisi Yusuf

" ibu udah yah jangan nangis terus, " ucap ku

" iyah bu...lagi pula Aku kan baik baik saja, "

" lebih memprihatinkan lagi orang yang bertabrakan dengan ku bu, ia sampai sekarang belum Ada keluarganya yang datang menengok, karna waktu di TKP dia ngak ada Identitas yang di bawa, ngak bawa Hp juga." imbuh Yusuf dengan suara yang masih terbata.

" dia dimana sekarang? " ibu penasaran

" di sebelah bu, hanya berbatas tirai ini saja " jelas nya.

Aku dan ibu saling pandang, penasaran juga dengan keadaan orang yang bertabrakan dengan Yusuf, kami menengok kesebelas bersama, " ya Allah..." ibu juga turut prihatin karna luka nya sama dengan Anak nya, dan ia malah lebih parah belum sadarkan diri.

" A-Mar..ya Allah Amar " Aku kaget, karna ternya ia dia Amar..

" siap nduk kamu kenal? "

" sepupu Aku bu, " ucap ku kaget.

Tidak percaya ternyat orang yang di maksud Yusuf adalah Amar, Apa halati Hanan belum tahu soal ini?

" lah...buruan cepet Telfon kelurga nya? " bu Sari panik

Aku gelagapan Karna bingung harus berbuat Apa, selain aku juga tidak ingin bertemu dengan siap pun, Aku juga engan bertemu dengan Mas Safir jika dia sampai tahu Aku di jakarta

" Ayo nduk cepetan tunggu apa lagi "

Ku putuskan untuk menurunkan Ego di hati ku, berati memang sejauh Apa pun, Aku berlari dan menghindar tetap saja Aku Akan bertemu lagi dengan Orang yang Aku kenal.

" ibu aku keluar dulu sebentar yah, mau menelfon "

" iyah nduk iyah.."

Aku langsung keluar Ruangan...

" hallo Assalamualikum.." ucap ku dari balik telfon

" iyah waalaikumsalam Ratna ini kamu kan? "

" iyah halati ini Aku "

" Ratna kamu sehat, kamu dimana sekarang, kemarin Safir mencari kamu kesini "

" halati maaf, tapi Aku ngak akan bahas soal itu halati Aku mau kasih kabar halati kalau sekarang Amar ada di rumah sakit...." Rasanya gemetar sekali saat menjelaskan nya.

" ya Allah...pantas Saja firasat Ati tidak enak Ati akan segera kesana "

Sambungan telfon kumatikan..

Aku menunggu kedatangan halati Hanan sambil menemani Amar yang tidak kunjung sadar " ya Allah Amar semoga kamu cepat Sadar yah..." Batin ku.

Setelah beberapa Saat menunggu halati Hanan mendatangi Ruangan ini dengan Ami Ali, halati juga ikut menangis karna melihat Amar dalam keadaan seperti ini

Aku jelaskan pada Halati Hanan setelah suasananya sudah membaik, tidak ada yang bisa di salahkan dalam insiden ini, karna Amar juga telah sadar dan sudah bisa berbicara dengan Normal hanya tingal menunggu luka di keningnya.

" ibu makasih yah sudah mau menjaga keponakan saya " tutur halati Hanan.

" saya malah seneng mba, bisa Ada Ratna, Ratna itu perempuan yang rajin shaleh lagi penginya sih Ratna malah jadi menantu Saya saya pilihkan buat anak Saya Yusuf " ucap bu Sari yang membuat halati Hanan tersenyum getir.

" Gimana Nih Ratna? " halati malah tersenyum simpul..

" ibu ada ada saja " Aku hanya menanggapi nya sebagai lelucon.

Setelah menjelang siang, halati dan Ami berpamitan pulang sebentar karna Akan mengambil beberapa pakaian..

Aku berpesan pada Halati agar jangan ada yang sampai tahu hal ini Apa lagi Arya karna Aku yakin Arya akan bicara pada Mas Safir

" janji yah Ati jangan cerita.."

" iyah Ati janji..Ati titip Amar yah sebentar. " ucap Halati berpamitan.

Aku bersalam dan memeluk Halati Hanan, meskipun Aku dan Mas Safir sedang berjarak Namun halati Hanan masih tetap menyayangi ku menggap ku seperti keponakan kandung nya sendiri.

Aku langsung kembali ke Ruangan, melihat Yusuf dan Amar sama sama terpejam, ibu juga sedang keluar mencari Sarapan..

Aku duduk di samping Ranjang Amar, " Kasihan banget Amar " suara ku lirih karna takut Amar akan bangun mendengar ku.

jika melihat Amar dari dekat Aku jadi ingat waktu pertama bertemu dengan Amar..

.

.

Aku dan kedua sohib ku sedang Asik menikmati bakso malang di sebrang mushola, tiba-tiba Amar datang dengan kedua teman nya juga Musti dan Jaya.

Aku malas sekali jika sudah berhadapan dengan ketiga manusia usil ini, Salsa memang selalu yang paling berani jika Aku di ganggu Amar.

" traktir ngak kalu ngak mau nanti sandal mu tak lempar lagi " Ancam jaya pada ku.

Amar dan Musti tertawa mengejek Salsa yang juga tidak kalah jail langsung mengangkat gelas berisi air Hangat langsung di siramkan ke sarung Amar dan mukti.

" Rasain usil sih.." pekik salsa

" Awas yah kamu..."

Kami bertiga langsung lari kocar kacir menuju kepondok puri, Namun mereka juga tidak kalah jail kami di kejar, Salsa Dan Fifi berhasil lari, Aku tertinggal di belakang Amar berhasil mencegah ku, " Amar jangan Nakal lah..." Aku merengek Karna Amar malah ingin mengkap ku.

" Rasakan ini..." Amar malah Akan memeluk ku..

" Amar kita bukan muhrim..." Aku berteriak kencang sekali..

Hinga tidak di sangka ada Ustad yang melihat Adegan ini, memang Awal mondok tingkah Amar jailnya kelewat batas, hinga kami malah di Tazir ( kena hukuman ) karan dikira sedang pacaran...

" ya Allah kalian..." Tegur Ustad pada kami.

" Pak ini bukan seperti Apa yang bapak pikirkan " Aku berusaha menjelaskan.

" iyah pak tadi kami cuman..." ucapan nya Amar malah di buat menggantung..

" Apah kalian berdua pacaran?.."

" ngak pak demi Allah..." Aku menangis karna Amar malah merasa tenang tenang saja dibalik kepanikan ku.

happy reading.....!!!!🌼 🌼🌼 🌼

🤗🤗🤗🤗