Raina Grittella 2

Rain segera menepis bayangan Livia, berharap jika Livia yang Maila maksud bukan Livia yang Rain kenal. Maila pun segera memperlihatkan akun Livia Audrey yang tadi berkomentar pada akun Javas.

Di sana bahkan terpampang dengan jelas foto Livia dengan Javas. Bahkan banyak komentar di foto tersebut. Memuji kecantikan Livia dan ketampanan Javas. Mengatakan jika mereka pasangan serasi.

Javas tahu kalau Maila tidak akan membuka akun sosial media. Maila memang jarang buka Instagram. Selalu buka TokTok yang lebih menghibur dengan video-video yang beredar.

Bahkan akun Maila pun di privat, dia selalu menyaring siapa saja yang akan Maila terima jadi followersnya. Itu mengapa followers Maila sangat sedikit. Javas juga tidak pernah posting foto Maila dengan alasan kalau nggak mau kekasihnya itu banyak yang naksir.

Sementara Javas sendiri selalu posting foto kegiatannya dan mendapatkan banyak komentar yang isinya kaum wanita. Memuji ketampanan Javas dan menganggap pacar onlinenya. Berbagai komentar selalu Maila baca tapi tidak membuat Maila cemburu karena sudah terbiasa sejak dulu seperti itu kalau Javas banyak yang naksir.

Rain tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat melihat siapa Livia itu. Benar, itu Livia yang Rain kenal.

"Jadi dia selingkuhan pacar lo?" Rain mengulum senyum.

"Iya, cantik banget dan gue galau sekarang. Pengen samperin Javas terus labrak itu cewek!" Maila mengambil sosis bakar berukuran jumbo dan memakannya.

Saking kesalnya sampai nggak sadar sudah habis lima tusuk sosis besar itu.

"Wanita berkelas itu nggak akan melabrak wanita yang sudah merebut kekasihnya. Diem aja udah meski sakit hati. Putusin Javas dan buka lembaran baru. Livia ini emang gatel, dia bukan hanya jadi selingkuhan Javas."

"Lo kenal dia?"

Rain mengangguk. "Adik tiri gue dulu. Sekarang udah di usir kok. Lo nggak usah marah sama gue!" Rain menatap Maila tajam.

Apa ini? Maila sangat terkejut dengan kabar terbaru. Rain kenal dan lebih parahnya itu adik tiri Rain. Livia bukan jadi selingkuhan Javas! Itu berarti Livia bukan gadis baik-baik dan masih ada harapan bagi Maila untuk merebut kembali hati Javas.

"Serius, Rain?"

"Iya."

"Gila sih lo kok punya adik tiri modelan gitu?"

"Nggak tahu gue juga. Bokap gue bego sih nikah sama ulet bulu. Anaknya juga sama!"

Rain masih ingat bagaimana perlakuan Livia dan Bagas dulunya. Livia yang merebut Kean dan Bagas yang sudah mengambil kesuciannya. Ini Bagas pernah perkosa Rain asli ya. Sampai membuat Rain asli depresi dan mencoba bunuh diri.

Di situlah awal mula jiwa Rain dan Lea tertukar. Hanya saja tubuh Lea sudah dikubur karena meninggal dunia. Rain menyerah dengan hidupnya dan memperbolehkan Lea yang mengendalikan tubuhnya.

Semua sudah berlalu dan kembali normal. Hidup Rain bahagia sekarang. Bisa meraih apapun yang dia impikan selama ini. Di atas sana Rain asli bahagia karena bisa bertemu ibu kandungnya, bahagia karena Lea telah berhasil mengubah hidupnya.

"Ceritain dong?" Maila merajuk. Dia sekarang malah tertarik dengan cerita kehidupan Rain.

Melupakan segala kesedihannya karena tahu Javas selingkuh.

"Dah lah males gue cerita. Ngapain juga cerita hal kek gitu! Mending sekarang lo baca deh chatt ini!"

Rain menunjukkan layar laptopnya. Berisi chatt mesra Javas dengan Livia. Mereka bahkan sering tidur bersama dan membuat hati Maila semakin sakit. Padahal selama pacaran dulu Maila dan Javas nggak pernah melakukan apapun bahkan ciuman saja belum pernah. Ini si Livia malah sudah merasakan rasanya Javas. Ah, Maila nggak sanggup bayangin tubuh Javas yang menggoda dengan perut roti sobek itu berada di atas tubuh Livia.

"Lo dapet dari mana?" tanya Maila dengan suara serak.

Rasanya ingin menangis sekarang tapi malu karena ada keluarga Rain dan juga kekasihnya.

"Baca aja. Mereka lagi balas pesan juga. Lo ke kamar gue aja biar bisa nangis sepuasnya. Nanti gue nyusul."

Maila pun mengangguk dan memilih ke kamar Rain. Puas-puasin nangis sambil baca chatt Javas. Dia juga coba hubungi Javas tapi tidak diangkat.

Melihat Rain yang sendiri Bara pun berniat untuk mendekati. Di dukung oleh Rean dan Mentari. Mereka sudah tahu kasus Bara dan tahu kalau masalah itu selesai. Hanya saja hubungannya dengan Rain yang sulit sekali Bara perbaiki. Rain sangat sulit Bara raih kembali karena hatinya yang sudah membeku.

Kalau sudah kecewa Rain tidak lagi peduli dengan kata maaf.

"Rain, aku boleh duduk sini?" tanya Bara.

Rain mendongak dan menatap Bara yang masih berdiri. Nggak biasanya laki-laki itu berdiri menunggu jawaban Rain. Biasanya dia langsung duduk tanpa menunggu.

"Boleh."

"Ponsel aku mana?"

Rain memberikan ponsel Bara yang masih menyala dan sudah terbuka kuncinya. Bara mengulum senyum karena Rain masih ingat tanggal jadian mereka.

"Besok kasih alamat bengkelnya ya," kata Bara.

Rain mengangguk lalu memilih berdiri saja karena suasana ini benar-benar canggung. Entah hanya perasaan Rain aja atau Bara memang berubah. Tiba-tiba bersikap nurut seperti ini.

"Kalau capek nggak usah," kata Rain sebelum melangkah pergi.

Bara tersenyum senang karena Rain perhatian padanya. Laki-laki yang sedang dimabuk asmara itu hanya bisa menatap kepergian Rain.

"Nggak capek kok kalau demi kamu," jawab Bara meskipun Rain tidak akan mendengarnya.

"Oom, Kala ngantuk" kata Kala sambil menarik-narik baju Bara.

"Ya udah bobo sama Oom ya."

Bara menggendong Kala dan membawanya ke kamar. Dalam hati dia menggerutu kesal karena kedua orang tuanya benar-benar lepas tangan. Mereka masih berada di taman belakang. Suap-suapan, mesra-mesraan dan sekarang Bara lihat Rean sedang mencium bibir Mentari.

Cepat-cepat Bara menutup kedua mata Kala agar tidak melihat adegan dewasa ini.

"Dasar orang tua nggak tahu tempat!" batin Bara kesal.

Dia juga mau kayak gitu sama Rain. Sayangnya Rain ngambek jadi Bara harus menahannya.

***

Rain menatap prihatin sahabatnya yang sedang menangis meratapi hubungan asmaranya. Tahu rasa sakit diselingkuhi itu bagaimana, Rain membiarkan Maila sampai benar-benar tenang.

Rain paham bagaimana perasaan Maila yang dalam itu. Apalagi hubungan mereka terbilang cukup lama. Dari mereka SMA sampai mereka kuliah. Memiliki angan ke jenjang pernikahan ketika sudah selesai kuliah.

Mungkin itu akan menjadi sebuah angan yang harus Maila kubur karena Javas terbukti selingkuh. Rain berhasil menyadap ponsel milik Javas. Jangan tanya bagaimana caranya sebab keahlian Rain semakin bertambah soal itu.

Beberapa tissue bekas air mata dan ingus berceceran di lantai. Rain masih berdiri di dekat pintu. Bersandar pada tembok sambil melipat kedua tangan. Dia seperti melihat dirinya yang dulu, saat memergoki Bara dengan Suda Manda.

Namun, tidak separah Maila karena Rain hanya menangis sesaat lalu bangkit dan pergi untuk melupakan semuanya. Rasa sakit itu mungkin sudah terbayar dengan mendiamkan Bara sampai sekarang. Meski Rain sudah menemukan rekaman cctv ditempat kejadian tapi Rain belum bisa memaafkan Bara dan menjalani kisah seperti dulu.

"Rain?" Maila baru sadar kalau Rain berdiri di dekat pintu.

"Udah nangisnya?" tanya Rain.

Gadis itu melangkah ke ranjang dimana Maila sedang duduk bersila. Mata sembab dan wajah frustasi.

"Gue tahu gimana sakit yang lo rasain, tapi lo nggak boleh kayak gini terus. Lo juga harus bisa balas perbuatan Javas."

".... Dengan selingkuh dan tidur sama laki-laki lain?"

Rain menoyor kepala Maila. "Nggak gitu juga, be go!"

Rain menggeleng kepala, entah bagaimana sih isi pikiran Maila ini.

"Terus?"

"Move on!"

"Nggak bisa, Rain. Gue cinta banget sama dia!"

"Justru karena lo cinta banget sama Javas, dia jadi seenaknya sama lo!" ucap Rain tegas.

Laki-laki kalau dicintai dengan hebatnya oleh seorang perempuan pasti akan bertindak seenaknya saja. Ya meski tidak semua laki-laki itu sama, tapi kebanyakan seperti itu.

Dia akan menyepelekan semua perasaan dan perhatian dari perempuan. Jika si perempuan lelah karena berjuang sendirian, dia akan pergi menjauh bersama hati yang telah mati. Saat itu si laki-laki akan menyadari betapa dia sangat kehilangan sosok yang mencintainya dengan tulus.

"Sampai kapan lo kayak gini? Dia bakal seneng kalau lo nangis-nangis terus ngemis cintanya!"

Maila meresapi ucapan Rain dan mengingat chatt terakhirnya dengan Javas. Kalau Maila takut kehilangan Javas. Maila akan menyusul Javas ketika liburan nanti. Maipa nggak mau Javas selingkuh. Jawaban laki-laki itu hanya "iya".

Maila baru sadar kalau Javas sudah banyak berubah. Javas tidak seromantis dulu lagi. Ah, Maila! Kenapa jadi perempuan bodoh sekali? Terlalu mempercayai hubungan dengan jarak jauh dan komunikasi yang perlahan telah berubah itu.

"Bara mau nggak ya gue pacarin?"

Bersambung....

Selamat membaca yaa,

Like, komen dan subscribe. Kasih gift juga nggak apa-apa biar othornya seneng.