Novel ini terinspirasi dari kisah Mayor yang saat ini sedang viral di mana-mana. Ini hanya kisah fiktif belaka tidak ada sangkut pautnya dengan kisah nyata ataupun yang saat ini sedang viral. Nama tokoh dan nama negara Author samarkan ya🙏
*
*
*
Bagaimana jika seorang Presiden di sebuah Negara mempunyai ajudan para pria-pria tampan? Para Ajudan itu harus bekerja selama 24 jam tanpa henti untuk menjaga keamanan Sang Presiden.
Terlebih Mayor Rendi, Ajudan pribadi itu harus mengikuti sang Presiden ke mana pun tanpa ada waktu sedikit pun. Lalu, bagaimanakah takdir cinta sang Mayor?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31 Bertemu Kembali
Tidak membutuhkan waktu lama, Sasa pun sampai di hotel. Dia langsung menuju ruangan yang akan dipakai untuk acara ulang tahun Chika. Sasa memakai masker, supaya tidak ada yang mengenalnya.
"Maaf, aku baru datang soalnya tadi aku nyari bunganya dulu," ucap Sasa merasa bersalah.
"Tidak apa-apa, Mbak, masih ada waktu kok," sahut Kiki.
Sasa dan kedua karyawannya mulai bekerja membuat dekorasi bunga yang sangat indah. Sasa memperhatikan tulisan yang terpampang sangat besar, di sana tertulis nama Chika yang sebagai owner skincare yang saat ini sedang viral. Sasa tidak tahu mengenai berita Chika karena selama ini Sasa tidak pernah menonton TV dan jarang buka sosial media.
"Ya Allah, ternyata anak manja itu sekarang sudah menjadi seorang owner skincare terkenal," batin Sasa dengan senyumannya.
Sasa mulai mendekorasi tempat itu, Sasa lupa kalau dari siang dia belum makan sama sekali. "Astaga, aku baru ingat kalau aku belum makan pantas saja perut aku lapar," batin Sasa.
Sasa melihat jam yang melingkar di tangannya, waktu tinggal 2 jam lagi dan pekerjaannya belum selesai. Sasa berusaha menahan rasa laparnya karena dia tidak mengecewakan Chika dan ingin membahagiakan Chika. Keringat sudah mulai bercucuran di wajahnya, bahkan kepalanya sudah sedikit terasa pusing.
"Ya Allah, tinggal sedikit lagi, kuatkan Hamba," batin Sasa.
sedangkan di rumah Palapa. "Mas, bang, buruan dong tinggal beberapa jam lagi ulang tahun aku dimulai, dan aku harus ke hotel duluan masa iya yang ulang tahun datang terlambat!" teriak Chika.
"Astaga bawel banget sih kamu, Dek. Masih lama juga, 2 jam lagi," ucap Rafka sembari memakai dasinya.
"Mas, ini malam minggu jalanan pasti macet banyak yang keluar buat jalan-jalan sama pacarnya, memangnya kaya Mas Rafka yang gak punya pacar," ledek Chika.
"Gak asyik ngomongnya bawa-bawa pasangan, kamu benar-benar tidak merasakan bagaimana sakitnya putus pas lagi sayang-sayangnya, Dek," kesal Rafka.
"Mulai, putusnya sudah berbulan-bulan, patah hatinya sampai berjilid-jilid," ledek Agam.
"Biasalah Gam, senjata dia menjual kesedihan supaya ada yang memperhatikannya," timpal Rezki.
"Najis banget ya, Mas. Dasar lebay," ledek Agam.
"Terus saja kalian meledekku, aku do'akan semoga kalian juga merasakan apa yang saat ini aku rasakan," kesal Rafka.
"Idih, amit-amit. Sialan banget kamu, patah hati bawa-bawa orang lain," kesal Rezki.
"Sudah-sudah, apa-apaan sih kalian ini malah saling meledek seperti itu," ucap Mayor Rendi.
"Tuh contoh abangku ini, walaupun menjomblo tapi tetap tenang dan tidak rewel," ucap Chika dengan merangkul lengan Mayor Rendi.
"Dek, Kata-kata jomblonya jangan diperjelas, rasanya abang gak laku banget," ucap Mayor Rendi dingin.
Semua orang tertawa, begitu pun dengan Bapak Wibowo yang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan para anak-anaknya itu. Semuanya segera berangkat menuju hotel dengan pengawalan yang lumayan ketat. Tidak membutuhkan waktu lama, mereka pun sampai di hotel.
Sasa berlari menuju toilet, perutnya terasa sangat mual dan muntah-muntah. "Astaga, perut aku mual banget," batin Sasa.
Rombongan keluarga Bapak Wibowo mulai memasuki ruangan pesta, Kiki dan Lia membungkukkan tubuh saat melewati mereka. "Mbak Sasa, mana?" bisik Lia.
"Entahlah, dari tadi aku gak lihat Mbak Sasa soalnya sibuk," sahut Kiki.
Lia dan Kiki celingukan mencari keberadaan Sasa. Acara ulang tahun Chika pun mulai, berjalan dengan lancar dan meriah. Sasa berjalan gontai dan melihat dari kejauhan, mata Sasa mulai berkaca-kaca.
"Ya, Allah sekarang kamu sudah semakin dewasa Chika, semakin cantik, dan sukses," batin Sasa.
Sasa memegang perutnya yang terasa semakin mual karena Sasa mempunyai penyakit lambung, sedangkan dari siang dia belum makan sama sekali. Sasa mengotak-atik ponselnya dan menghubungi Kiki. Dia akan pulang duluan karena dia sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit yang dia rasakan.
Sasa berjalan sempoyongan, sembari memegang perutnya. "Astaga, kenapa semakin sakit ya," batin Sasa.
Sasa sudah tidak kuat, dia pun hampir saja terjatuh namun seseorang menangkap tubuh Sasa. Sasa membelalakkan matanya, dia tidak menyangka akan bertemu kembali dengan orang yang selama ini dia hindari. Begitu pun dengan Mayor Rendi, dia tidak tahu kalau wanita yang jalannya sempoyongan itu adalah Sasa.
"Ma-mayor."
Sasa dengan cepat membenarkan posisinya. "Maaf Mayor." Sasa membalikan tubuhnya hendak pergi, tapi tiba-tiba pandangannya gelap dan jatuh tak sadarkan diri.
***
Sasa membuka matanya secara perlahan, dia memegang kepalanya yang masih terasa pusing. "Aku di mana?" gumam Sasa.
"Kak Sasa ke mana saja, Chika rindu sekali sama Kak Sasa," ucap Chika yang langsung menghampiri Sasa.
"Chika," lirih Sasa.
"Halo, Sasa!" Rezki melambaikan tangannya ke arah Sasa dan diikuti oleh Rafka dan Agam yang juga melambaikan tangannya.
Sasa tersenyum, lalu tatapan Sasa beralih kepada Mayor Rendi yang dari tadi memperhatikannya. "Mayor jangan tatap aku seperti itu, tatapanmu masih sama seperti dulu, sangat mengerikan," ucap Sasa bergidik ngeri.
Mayor tidak bereaksi sama sekali. "Kak Sasa punya usaha bunga sekarang? aku gak nyangka kalau aku pesan bunga dari toko kakak," ucap Chika.
"Iya, Chika. Usaha kecil-kecilan kok," sahut Sasa.
Rafka menyikut lengan Agam dan Rezki, lalu menunjuk ke arah Mayor Rendi dengan bibirnya. Mereka langsung mengerti dan pamit untuk keluar dari ruangan rawat Sasa.
"Dek, ayo kita keluar sebentar," ajak Rafka sembari menarik tangan Sasa.
"Apaan sih Mas, Chika masih kangen sama Kak Sasa, kalau mau keluar, keluar saja," tolak Chika.
"Astaga anak ini kok gak ngerti sih," batin Rafka.
Rafka akhirnya mendekati Chika dan berbisik ke telinga Chika. "Kamu gak lihat tatapan abang, Dek? kayanya dia ingin berdua sama Sasa," bisik Rafka.
"Ah iya, kenapa Mas tidak bilang dari tadi," ucap Chika.
"Kamu sendiri yang o'on, dikasih kode malah marah-marah," sahut Rafka.
"Kak Sasa, aku keluar dulu ya, mau beli kopi sebentar nanti aku ke sini lagi," ucap Chika.
"Iya."
Akhirnya mereka pun keluar, tinggallah Mayor Rendi dan Sasa. Keduanya terlihat salah tingkah dan tidak tahu harus bicara apa.
"Sesusah itu kah hidup kamu selama ini?" ucap Mayor Rendi dingin.
"Hah, maksud Mayor apa?" kesal Sasa.
"Buktinya kamu lebih mementingkan pekerjaan dari pada diri kamu sendiri. Tadi dokter bilang, kamu punya penyakit lambung dan kata karyawan kamu, kamu belum makan dari tadi siang. Memangnya sepenting itu ya, pekerjaan sampai-sampai mengabaikan kesehatan?" geram Mayor Rendi.
"Cieee....Mayor perhatian banget sama aku, Mayor khawatir ya, takut aku kenapa-napa?" goda Sasa dengan tengilnya.
Mayor Rendi yang kesal dan malu, menjitak kening Sasa membuat Sasa meringis kesakitan. "Aw, aku kan lagi sakit, Mayor. Bukanya dielus, malah dijitak dasar cowok tidak punya perasaan," kesal Sasa dengan mengusap keningnya.
"Makanya, kalau orang ngasih tahu itu di dengarkan bukannya dibuat bercandaan," kesal Mayor Rendi.
"Menyebalkan sekali," gerutu Sasa.
Ujung bibir Mayor Rendi terangkat sedikit, dalam hatinya dia merasa senang karena bisa melihat wajah Sasa yang tengil dan konyol itu.
*
*
*
Guys maaf ya, Authornya lagi gak enak badan. Besok Author mau ambil raport anak dulu, jika sempat up, jika gak sempat disambung hari senin saja🙏🙏
pasti chika jadi ratu di rumah itu ya karena kakanya cowk semua