Mata Super Hebat

Semua orang membicarakan bahwa Samuel adalah bocah yang bodoh.

"Kamu terlihat menyesal, dasar bodoh," ledak Leo sangat puas.

Leo mencoba terus untuk mempermalukan Samuel di depan semua orang. Leo berharap mungkin saja Laura akan mencampakkan Samuel dan datang ke pelukannya.

Akan tetapi Samuel terlihat tetap begitu tenang dan tidak memperdulikan setiap ucapan yang menghinanya.

"Dasar bodoh," ujar Samuel kepada Leo.

"Leo apa kamu berani bertaruh sekali lagi denganku?" tanya Samuel.

"Apa maksudmu, kamu mau bertaruh apa?" tanya balik Leo.

"Aku mau bertaruh apakah harga batu ini layak 20 milyar apa tidak," jawab Samuel.

"Jika aku kalah kamu boleh melakukan apa saja kepadaku, tapi jika kamu kalah, maka berikan 150 milyar kepadaku," sambung Samuel.

Mendengar itu, Leo terlihat ragu untuk menerima tantangan dari Samuel ini. Leo juga tidak bisa menilai batu itu memiliki isi atau tidak. Kemudian pengawalnya tiba-tiba saja mulai mendekati Leo dan membisikkan sesuatu.

"Tuan muda harga batu ini setelah saya selidiki aslinya hanya 10 milyar, tuan muda pasti menang bila bertaruh," bisik pengawalnya.

Setelah mendapatkan masukan dari pengawalnya, Leo yakin bahwa dia akan menang.

"Karena kamu sangat ingin bertaruh, maka aku akan menerimanya," jawab Leo menerima tantangan dari Samuel.

Orang-orang yang berada di sana kembali riuh, melihat Samuel dan Leo akan bertaruh.

"Demi mendapatkan harga dirinya lagi, bocah ini sudah menjadi gila," ujar seseorang.

"Batu ini bisa seharga 20 milyar, aku akan menggonggong seperti anjing selama 10 menit," ucap orang lain.

"Aku bahkan merangkak dan juga menggonggong," sahut yang lainnya lagi.

Melihat semua orang yang sedang mengatai Samuel, Leo menjadi senang dan sangat puas.

"Aku telah mempersiapkan cek 150 milyar, bagaimana denganmu, aku rasa dirimu tidak senilai segitu," ujar Leo sambil mengangkat selembar kertas cek.

Mendengar itu Samuel terlihat diam, dirinya belum mempunyai uang sebanyak itu. Namum tiba-tiba saja Laura mulai mendekati Samuel.

"Hanya 150 milyar saja, priaku ini tidak akan kekurangan uang," ujar Laura sambil memegang selembar cek.

"Laura..." ujar Samuel.

"Kamu tenang saja, bukankah sebelumnya aku sudah mengatakan bahwa kamu bisa memakai uangku di acara ini," jelas Laura.

Samuel pun mulai tersenyum kepada Laura dan mendekatinya.

"Kamu benar-benar calon istri yang baik dan sangat aku idamkan," ucap Samuel sambil menyentuh pipi Laura.

"Apa yang kamu katakan, jangan berbicara sembarangan, kamu masih belum mendapatkan restu dari ayahku," jawab Laura dengan malu.

Leo yang melihat Samuel dan Laura begitu mesra, membuatnya menjadi sangat marah. Leo sudah sangat lama menyukai Laura, tapi justru Samuel lah yang mendapatkannya.

"Sialan beraninya kalian berbuat seperti itu di hadapanku, tunggu sebentar lagi aku akan membalasnya," pikir Leo sambil mengepalkan tangannya.

Kemudian seorang pria yang merupakan petugas pemotong batu di tempat itu mulai berbicara kepada Samuel.

"Tuan bagaimana kamu ingin memotong batu ini?" tanya petugas itu.

"Tolong tunggu sebentar!" jawab Samuel.

Samuel mulai mengambil batu itu dan menatapnya dengan tajam. Mata Samuel terlihat sepintas mengeluarkan cahaya berwarna emas.

"Batu ini potong ke samping kiri 20 centimeter, 15 centimeter ke samping kanan, lalu potong habis sampai ke bawah!" perintah Samuel kepada petugas pemotong batu

"Baiklah aku mengerti," jawab petugas itu.

Kemudian petugas itu mulai mengeluarkan berbagai macam alat dari tasnya dan bersiap untuk memotong batu itu.

"Bicaramu seperti bisa melihat ke dalam batu saja, aku curiga kamu hanya ingin bergaya saja," ujar Leo melihat tingkah Samuel barusan.

Samuel yang mendengar ucapan Leo ini mulai tersenyum di bibirnya dan tertawa di harinya.

"Aku memang bisa melihatnya, bahkan begitu jelas," ucap Samuel dalam hati.

Kemudian petugas pemotong batu mulai untuk membelah. Terlihat percikan api yang berasal dari gesekan batu yang akan di potong.

Semua orang terlihat penasaran dengan isi dari batu tersebut. Sementara Samuel justru terlihat sangat tenang, melipat tangannya di dada dan sama sekali tidak melihat batunya yang sedang di potong.

Laura sendiri sedang memperhatikan petugas itu memotong batu yang di pilih oleh Samuel.

"Bocah ini bahkan tidak berani melihat batunya di potong, memang dasar pecundang," ucap seseorang yang berada di sana.

"Mungkin dirinya sudah tahu akan kalah, tapi terus berusaha untuk tetap tenang," jawab salah satu orang di sana.

"Sayang sekali wanita secantik itu bisa bersama pria tidak berguna ini," ucap yang lainnya lagi.

Orang-orang di sana terlihat terus mencemooh Samuel, tapi Samuel tetap santai dan tidak memperdulikannya.

"Samuel coba lihat, giok nya sudah muncul, indah dan bagus sekali," teriak Laura dengan bersemangat setelah mengetahui di dalam batu yang di pilih Samuel berisi giok.

"Cih, giok yang hanya sebesar biji jagung saja, sudah membuat kalian begitu senang," ujar Leo tersenyum meremehkan.

"Jangan lupa taruhan kalian dengan tuan muda kami, setidaknya giok itu harus bernilai 20 milyar," ujar bawahan Leo kepada Samuel dan Laura.

"Aku tentu saja ingat, tapi kalian salah, nilai giok di dalam batu ini tidak senilai 20 milyar," ujar Samuel sambil tersenyum yakin.

Petugas pemotong batu masih terus memotongnya dan sekarang batu itu mulai mengeluarkan cahaya yang menyilaukan.

"Wah ternyata giok jenis es ini besar sekali," teriak Laura yang melihat proses pemotongan.

Mendengar perkataan Laura ini, kembali orang-orang mulai ribut berbicara.

"Apa mungkin bocah ini benar-benar telah mendapatkan giok terbaik?" pikir Leo mulai merasa khawatir.

"Jika di lihat dari batu aslinya, aku rasa nilainya tidak seberapa," ujar seseorang.

"Aku tidak percaya, biarkan aku lihat," ujar orang yang lainnya.

Orang-orang menjadi penasaran karena perkataan dari Laura. Mereka yang penasaran mulai mengelilingi si petugas pemotong batu. Mereka juga ingin melihat apa isi di dalam batu itu.

Ketika petugas sudah selesai memotong, langsung terlihat sebuah batu giok berwarna hijau yang cukup besar. Batu giok itu sangat bercahaya dan indah. Orang-orang pun langsung terkejut melihat itu, bahkan sampai ada yang melotot.

"Ternyata benar batu giok es dengan kualitas terbaik, giok itu begitu besar pasti harganya cukup mahal," ujar seseorang yang melihat batu giok itu.

"Bocah ini ternyata matanya sangat hebat sekali," ujar orang yang lain.

"Ini adalah orang hebat yang sesungguhnya, bahkan kita semua mungkin tidak sebanding dengannya," ujar yang lainnya lagi.

Leo yang melihatnya pun seolah tidak percaya, kini dirinya menjadi sangat marah kepada pengawalnya yang melarangnya untuk membeli batu itu.

"Sialan, bukankah kamu tadi yang bilang palingan harganya hanya 10 milyar?" Leo menarik kerah pengawalnya dengan sangat marah.

"Tuan menurut akal saya, harganya memang berkisar segitu. Tapi justru semua di luar dugaan," pengawal itu terlihat ketakutan.

Samuel kemudian mulai mengambil cek taruhan yang di letakkan di atas meja.

"Tuan muda Leo yang terhormat terima kasih atas hadiah uangnya," Samuel mengangkat kertas cek milik Leo.

"Tuan muda Cendawan, kamu benar-benar murah hati sekali, ujar Laura mengolok Leo.

"Kurang ajar, kamu Samuel beraninya mempermainkan ku," ucap Leo sangat marah.

"Kamu benar-benar sangat bodoh jika baru menyadari sekarang, jika aku sedang mempermainkan mu," jawab Samuel.

"Aku tidak menyangka tuan muda Cendawan ternyata hanya orang bodoh," orang-orang mulai mengatai Leo.

"Aku tidak pernah bertemu pria sebodoh ini," ujar seorang pria lain.

Mendengar orang-orang sedang mengatainya, Leo menjadi sangat marah.

"Samuel kamu jangan merasa bangga, perhiasan group Cendawan adalah salah satu yang terbesar di negara ini," teriak Leo kepada Samuel.

"Hanya dengan satu kalimat dariku, giok mu ini bisa menjadi tidak bernilai sedikit pun," sambung Leo.

Mendengar Leo yang sudah membawa nama group Cendawan, membuat semua orang diam tidak berani berbicara sembarangan lagi kepada Leo.

Mereka tahu group Cendawan adalah salah perusahaan terbesar yang ada di kota ini. Seseorang akan berpikir seribu kali untuk berurusan dengan group Cendawan ini.

"Kekuasaan group Cendawan sangat besar, akan sangat berbahaya bila menyinggungnya," ujar seorang pria di sana.

"Bocah ini pasti akan menerima konsekuensinya," sambung orang yang lain.

Laura yang melihat tingkah Leo ini menjadi kesal, karena sudah membawa nama perusahaan keluarga.

"Leo kamu jangan kelewatan, kamu tidak berhak mengambil keputusan di tempat ini," teriak Laura.

"Hari ini aku Leo Cendawan berdiri di tempat ini, kita lihat siapa yang berani membeli giok ini?" jawab Leo sambil tersenyum jahat.