Setelah kecelakaan yang hampir mengakibatkan Ashana keguguran, suaminya malah ingin meninggalkan nya. Bagai sudah jatuh tertimpa tangga pula, itulah keadaan miris yang harus dihadapi wanita muda yang baru berusia 21 tahun itu.
"Mas Nathan! Apa yang kamu katakan, Mas!" teriak Asha yang masih terbaring di ranjang rumah sakit.
"Aku menceraikan mu, Ashana! Mulai detik ini kau bukan lagi istriku!"
Setelah mengatakannya, laki-laki yang sudah membersamai hidup Ashana selama satu tahun sebagai suami itu pergi tanpa berbalik lagi.
Bahkan musibah tidak sampai disana, setelah pulang dari rumah sakit ada yang membakar rumah yang dimana Asha berada di dalam rumah itu. Meskipun nyawa Asha tertolong namun wajah dan tubuh Asha rusak terbakar.
Lima tahun kemudian, Asha dengan sosok baru telah kembali dengan nama Belvina Gania untuk membalas dendam dan merenggut kembali apa yang seharunya menjadi miliknya.
Cekidot...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Kenapa Aku Berpikir Selvina Adalah Belvina?
Sekitar pukul satu dini hari, Arkan menggeliat di kursi kerjanya karena baru selesai memeriksa pekerjaan. Tengkuknya pegal, dia memijit sebentar.
"Aku harus segera tidur... besok ada meeting di Perusahaan dan siangnya meeting di Perusahaan Nathan. Aku juga ingin tahu, apa lelaki itu akan turun tangan atau diserahkan pada sepupunya." Gumamnya.
Arkan bangkit dari kursi, akan tidur di kamar pribadinya seperti malam-malam sebelumnya. Untung saja, istrinya mau menerima penjelasannya jika selama istrinya koma dia memang menempati kamar itu dan masih terbiasa tidur disana.
Dengan mata mengantuk, Arkan keluar dari ruang kerja. Namun matanya menangkap seseorang sedang berdiri dalam bayangan gelap di lorong menuju kamarnya. "Siapa?"
"Ini aku... Bee..." jawab orang itu memanggil Arkan dengan panggilan 'sayang' saat dulu mereka masih sepasang kekasih.
Sontak Arkan terkejut, setelah menikah bahkan istrinya tidak pernah lagi memanggil dengan panggilan 'Bee' padanya. Itu adalah panggilan sayang saat mereka berdua menjadi pasangan kekasih dulu.
"Bel, kamu belum tidur. Ini sudah mau pagi... fisikmu masih lemah. Lagipula tumben banget kamu manggil aku dengan panggilan itu, padahal setelah kita menikah kamu nggak pernah manggil aku seperti itu lagi..."
Belvina tersenyum, ternyata jika dalam kegelapan Arkan tidak bisa membedakan dirinya meskipun warna rambutnya dan Selvina berbeda.
Ingin mengejutkan Arkan, Belvina berjalan mendekati Arkan. "Ipar... ini aku."
Belvina tersenyum lembut menatap Arkan, ia terbangun dari komanya 5 bulan lalu dan ingatan-ingatan tentang masa pacaran mereka berdua enam tahun lalu masih tersemat jelas dalam pikiran nya seolah-olah itu baru terjadi kemarin. Ia hanya mencoba memancing Arkan dengan panggilan sayang mereka saat pacaran, ternyata lelaki itu masih mengingatnya.
"Selvina..." ujar Arkan terkejut, kini ia mengenali dari warna rambut wanita itu.
"Hihihi... kenapa terkejut Iparku? Apa suara kami sangat mirip?" pancing Belvina kembali.
"Tentu saja sangat mirip, kalian berdua kembar identik. Ada-ada saja..." Arkan menggeleng sambil terkekeh. "Kamu tahu dari mana panggilan sayang kami saat pacaran dulu?"
"Menurutmu, aku tahu dari mana?" Belvina tersenyum penuh misteri.
"Hm, mungkin dari saudarimu." Arkan tak banyak berpikir, dia pikir antar saudara mungkin biasa saling cerita apalagi saudara kembar.
"Bukankah Belvina pernah bilang padamu, jika dia tidak dekat dengan ku meskipun kami saudara kembar?"
"Kau benar, dia pernah bilang kalian jarang akur dan tidak dekat seperti saudari kembar pada umumnya." Arkan mengangguk membenarkan.
"Bukankah panggilan Bee adalah panggilan sayang saat kalian pacaran... dan kalian hanya saling memanggil 'Bee' saat berdua saja, bukan di depan orang lain."
Ucapan Belvina tentu saja mengejutkan Arkan, meski lelaki itu belum mengerti arti perkataan wanita itu namun dahi Arkan menekuk dalam seperti sedang memikirkan sesuatu, perkataan Belvina memang benar.
"Ahhh! Apa kamu masih mempunyai kebiasaan memakai eye mask sleep cover sebelum tidur? Kamu juga masih benci berada dalam ruangan sempit, apalagi jika sedang berada di dalam bilik lift... kamu akan berkeringat dingin?"
Senyuman Belvina semakin mengembang melihat mata Arkan terbelalak lebar, bahkan sejak menikah istrinya tidak pernah lagi perduli dan bertanya tentang kebiasaan-kebiasaan nya secara detail seperti wanita di depannya itu.
"Kamu__?!"
"Sayang... sedang apa kalian disini?" Selvina datang dari arah kamarnya, mata wanita itu menatap tajam ke arah mereka berdua.
Belvina membalas tatapan tajam dari Selvina. "Kami hanya tak sengaja berpapasan, aku tidak bisa tidur dan ke dapur untuk mencari sesuatu yang hangat untuk bisa ku minum. Jika Arkan entah darimana..." Belvina menjawab dengan mengangkat bahu.
"Saudarimu benar, aku baru saja keluar dari ruang kerja. Kamu sendiri mau kemana, bukannya istirahat." Timpal Arkan membenarkan ucapan Belvina.
Mata Selvina menyipit, dia tidak percaya dengan ucapan kedua orang itu.
"Sudahlah, ayo masuk kamar sayang..." tak ingin suaminya berlama-lama dekat dengan Belvina, Selvina menarik tangan Arkan dengan wajah menggoda.
"Tunggu, Bel. Aku kan bilang akan tidur di kamar pribadiku sebelum kamu sembuh total. Jadi kembalilah ke kamarmu sendiri," tolak Arkan melepaskan tarikan tangan Selvina pada lengannya.
Belvina tidak tau apa yang terjadi dengan pernikahan Arkan dan Selvina, dia hanya mendapatkan informasi jika keduanya masih mesra selama ini bahkan masih terlihat saling mencintai di pesta pertunangan rekan bisnis Arkan beberapa waktu lalu.
Apa Selvina sakit? Kenapa Arkan mengatakan Selvina harus sembuh total.
"Kenapa kau masih disini, Sel?!" Selvina mencebikkan bibirnya tak suka ke arah Belvina.
"Kalau begitu, aku ke kamarku duluan..." merasa sudah puas memberikan teka-teki pada Arkan, Belvina berbalik pergi ke kamarnya. Dia akan menunggu respons serta tindakan Arkan setelah lelaki itu mendengar dirinya tadi menyebut tentang hal-hal pribadi yang dia ketahui tentang Arkan.
Arkan menatap penasaran pada Belvina yang sudah berjalan pergi.
'Dari mana Selvina mengetahui semua rahasiaku, bahkan setelah menikah sebelum Belvina koma... istriku tidak pernah sekalipun membahas tentang kebiasaan ku.' Pikiran Arkan penuh dengan pertanyaan.
Malam itu pun Arkan gelisah dalam tidurnya.
Pagi hari Arkan sudah siap dengan setelan kerjanya, dia harus memulai rapat dengan para kepala divisi sebelum meeting dengan Perusahaan Nathan di siang hari.
Wangi aroma waffle menguar dari arah ruang makan.
"Waffle? Tumben Bibik membuat waffle, padahal katanya nggak bisa membuatnya. Bahkan pelayan lain pun nggak ada yang bisa membuat waffle seenak Belvina..." gumam Arkan heran, biasanya dia hanya sarapan roti di pagi hari dengan secangkir kopi, namun sesekali makan nasi goreng jika Asha memasak nasgor untuk sarapan.
Arkan semakin mempercepat jalan menuju ruang makan, ia tertegun karena di meja makan seorang wanita memakai apron dengan rambut digelung serta wajah penuh dengan tepung.
Merasa ada yang memperhatikan, Belvina menoleh ke arah pintu. "Kamu sudah datang, ayo sarapan. Aku membuat waffle dan juga jus tomat, bukankah itu kesukaan kamu untuk sarapan di luar negeri sana. Apa disini sarapan mu sudah berubah?"
Arkan sungguh tidak mengerti dengan ucapan-ucapan dari wanita dengan penampilan berantakan di hadapannya itu. Namun anehnya, dadanya berdesir melihat penampilan wanita itu sekarang. Dia teringat saat dulu beberapa kali Belvina menginap di Apartemen nya di luar negeri, saat pagi hari wanita itu akan menyiapkan sarapan seperti saat ini. Juga penampilan yang persis sama, berantakan setelah memasak namun begitu bersinar terlihat sangat cantik di matanya.
"Bel, apa kamu mengecat rambutmu pagi-pagi? Kamu mirip dengan Selvina... dan sarapan ini? Sejak kita menikah, kamu belum pernah menyiapkan sarapan kesukaan ku lagi."
"Aku disini, baru bangun tidur. Apa maksudmu aku mengecat rambutku?" Selvina masih dengan jubah tidurnya menutupi tubuh, berdiri di belakang Arkan.
Jantung Arkan tersentak, jika istrinya ada di belakangnya lalu siapa wanita yang sedang berdiri di dekat meja makan?
'Astaga! Jelas-jelas itu Selvina, kenapa aku berpikir jika Selvina adalah Belvina?!' Arkan menatap entah pada Belvina yang sedang membuka apron dari tubuh proposional-nya.
tu maknya brandon dulu nolak sekarang datang datang mau bawa