Kurenggut Kembali Segalanya
Di sebuah tempat bangunan yang belum selesai pengerjaan nya, seorang laki-laki sedang berbahagia. Bagaimana tidak? Istri yang dia nikahi setahun lalu, sedang mengandung buah hati mereka yang baru berusia 6 minggu.
"Wah, Bro. Dari tadi senyum-senyum terus, ada apaan Bro?" tanya teman si laki-laki.
Nathan tersenyum lebar, dia adalah pekerja kuli bangunan. Sudah setahun ini dia menjadi pekerja kasar, bahkan kuliahnya harus terhenti karena suatu hal.
"Istriku hamil, Syam."
"Alhamdulillah, selamat Bro!" Hisyam menepuk pundak Nathan dengan wajah bahagia, dia adalah seorang teman yang memberikan pekerjaan itu pada Nathan saat Nathan kesusahan mencari pekerjaan.
"Iya, Syam. Aku nggak nyangka bakal jadi seorang Ayah, rasanya aku pengen meluk istriku terus di rumah," mata Nathan berair, mengingat perjuangan cintanya dengan sang istri sampai detik ini.
"Kalian bisa bertahan sampai detik ini aja, sudah syukur Nat. Aku yang denger perjalanan cinta kalian pun salut banget, jadi tetap terus saling memperjuangkan ya." Hisyam menepuk punggung bergetar Nathan yang sedang menangis haru.
"Semoga ya... Syam, aku ingin bersama Asha selamanya," doa Nathan.
"Aamiin." Jawab Hisyam.
Drrttttt...
Ponsel Nathan bergetar di saku celananya.
"Halo? Ya, saya suaminya. Apa?!" Nathan segera berdiri membuka helm sebagai pelindung kepala apabila terkena jatuhan material, tangan yang memegang helm itu bergetar.
"Ada apa, Nat?" Hisyam ikut khawatir.
Panggilan terputus, tubuh Nathan bergetar hebat.
"Asha masuk rumah sakit, katanya ada yang menabraknya tapi untung saja ada orang yang menyelamatkan Asha tapi Asha tetap terluka, anakku... anakku Syam!" Nathan berlari menuju parkiran, dimana motor butut nya berada.
Namun satu panggilan menghentikan aksinya saat akan menyalakan motor.
"Halo? Siapa--"
Nathan terdiam saat orang di seberang menelepon, tangannya mengepal mendengar ucapan orang itu.
"Bajing_an!" umpat Nathan setelah panggilan berakhir.
"Arghhtttt... !!!!!" Nathan menjambak rambutnya frustasi.
.
.
Di rumah sakit seorang Dokter sudah selesai memeriksa keadaan Asha, untung saja janinnya berhasil diselamatkan.
"Terima kasih, Dok." Ucap Asha.
Dokter yang tak lain adalah Dokter Ramdan itu tersenyum ramah, "Bu Asha harus lebih berhati-hati ya, jangan sampai stres juga. Nanti saya akan datang kesini lagi untuk memeriksa."
"Baik, Dok."
"Kalau begitu saya permisi," Dokter Ramdan pun keluar ruangan bersama para perawat.
Setelah ditinggal Dokter, Asha mengelus perutnya.
"Maafin Mama ya sayang, Mama nggak hati-hati nyebrang tadi. Soalnya dagangan kue Mama ada yang borong, Mama terlalu seneng tadi pas mau pulang." Asha dengan wajah lembut keibuannya terus tersenyum.
Brakk!
Pintu kamar rawat terbuka dengan kasar dan menimbulkan bunyi keras.
Asha terlonjak kaget, wajah suaminya memerah dan menatapnya tajam berdiri di ambang pintu.
"Mas, kamu sudah datang. Hiks... Mas... untung saja anak kita baik-baik saja," Asha merentangkan tangan ingin dipeluk Nathan, suaminya. Namun hal aneh terjadi, Nathan memalingkan wajah bahkan tidak beranjak dari ambang pintu.
"Mas... ada apa?" Asha menurunkan kembali rentangan kedua tangan nya, wajah sedihnya nampak keheranan.
Nathan kembali menatap tajam Asha, bahkan kini dengan pandangan dingin seakan menusuk tulang Asha.
"Mas..." lirih Asha.
Nathan berjalan dengan perlahan, wajah lelaki itu benar-benar memerah dengan gurat-gurat kemerahan di matanya.
"Kau tidak becus menjadi seorang Ibu! Hanya menjaga janin di perutmu saja, kau hampir membunuhnya! Kau hampir membunuh anakku!" bentak Nathan dengan keras.
"M-mass..." bibir Asha bergetar, air mata sudah membasahi kedua pipinya.
"Aku muak memperjuangkan hubungan kita, Sha! Kamu bahkan terus membebani aku dengan sikap keras kepalamu itu! Aku bilang jangan berjualan! Aku yang akan mencari nafkah menghidupi kita! Tapi apa? Selama ini kau bahkan berjualan sembunyi-sembunyi dariku yang uang nya bahkan tak seberapa! Aku muak dengan sikap tidak menurutmu! Sebaiknya kita berpisah!"
Mata Asha terbelalak tak percaya, mulutnya terbuka bahkan dadanya terasa sesak.
"Mas Nathan! Apa yang kamu katakan, Mas!" teriak Asha yang masih terbaring di ranjang rumah sakit, berusaha menggapai tangan suaminya namun Nathan malah memundurkan tubuh.
"Aku menceraikan mu, Ashana! Mulai detik ini kau bukan lagi istriku!"
Setelah mengatakannya, laki-laki yang sudah membersamai hidup Ashana selama satu tahun sebagai suami itu berjalan pergi dari ruangan kamar rawat tanpa berbalik lagi.
Dua hari kemudian, Asha diperbolehkan pulang. Selama dua hari dirawat, Asha sendirian tanpa didampingi siapapun.
Asha keluar kamar rawat melewati lorong rumah sakit, dia menuju ruangan pribadi Dokter Ramdan. Kebetulan Wina sedang membawakan makan siang seperti biasa, melihat dokumen tentang Asha di meja kerja suaminya dia tertarik lalu membacanya.
Tok tok tok...
"Masuk," ujar Wina. Dokter Ramdan sendiri sedang anteng makan masakan istrinya yang sudah 10 tahun ini dia nikahi. Mereka sudah mempunyai dua orang anak, sepasang anak laki-laki dan perempuan yang berbeda usia 3 tahun.
Ceklek.
"Maaf, Nyonya. Saya ingin bertemu Dokter Ramdan untuk berpamitan dan berterima kasih." Kepala Asha menunduk saat mengatakannya.
"Masuklah, suami saya sedang makan. Tunggu sebentar," Wina menutup dokumen yang baru saja mau dia baca, lalu mempersilahkan Asha duduk di sofa.
Ruangan Dokter Ramdan kini sangat luas. Selain menjadi Dokter, laki-laki itu juga sudah menjadi seorang Direktur rumah sakit karena Ayah mertuanya sudah mengundurkan diri untuk pensiun. Wina sebagai salah satu pewaris rumah sakit selain Dokter Sheila, mempunyai saham di rumah sakit tersebut hingga dia terkadang memberikan masukan dan juga keputusan tentang masalah rumah sakit swasta itu.
"Baik, Nyonya." Asha lalu duduk.
Tak lama Dokter Ramdan datang, mereka berbasa-basi lalu Asha pergi dengan wajah sedihnya.
Setelah Asha pergi, Wina duduk di pangkuan suaminya. Meskipun sudah berkepala empat, mereka berdua selalu mengedepankan keromantisan, agar rumah tangga mereka selalu harmonis.
"Mas, dia kenapa?" tanya Wina seraya menyusuri rambut suaminya yang sudah mulai beruban karena faktor usia, meskipun hanya beberapa helai.
"Dia hampir kehilangan janinnya karena ada yang sengaja ingin menabraknya, untungnya Ibu dan janin selamat. Polisi sempat kesini meminta laporan dan juga bertemu denganku, juga lebih mirisnya dalam obrolan para perawat di grup, suaminya saat itu malah menceraikan nya bukannya menjadi garda terdepan untuk istrinya."
"Kenapa suaminya menceraikan nya?" tanya Wina.
"Dari chat-chat di room, katanya suaminya marah besar karena istrinya selalu berjualan meskipun sudah dilarang dan memang kejadian tabrak lari itu terjadi saat istrinya akan pulang ke rumah setelah berjualan. Suaminya mengamuk mengatakan dia tidak bisa menjadi Ibu yang becus untuk anak mereka, karena hampir membunuh anak mereka." Jelas Dokter Ramdan.
"Suami gila! Mungkin saja istrinya berjualan karena keuangan mereka mepet, karena banyak yang harus dibayar. Kenapa nggak menghargai istrinya saja dan mendampingi dalam kemalangan daripada mengamuk! Bahkan apa? Laki-laki itu malah menceraikan istrinya yang sedang dalam keadaan terpuruk! Laki-laki sialan!" rutuk Wina merasa ingin menghajar si suami.
"Aku juga merasa empati pada istrinya, jadi aku memberikan vitamin bagus gratis buat si janin. Mungkin perawat mengatakan nya pada Nyonya Asha, jadi dia datang untuk berterima kasih."
"Uhhh... suami terbaikku! Masukkan tagihan vitamin itu padaku, ya. Nanti aku yang bayar, jangan sampai dibilang kita nepo_tisme jadi bisa seenaknya memberikan obat gratis karena bagian dari keluarga rumah sakit ini." Wina mengecup bibir suaminya, namun sayang bagi Dokter Ramdan itu adalah pancingan.
Dokter Ramdan berdiri sambil memangku tubuh Wina yang sejak tadi duduk di pangkuan. Dokter Ramdan nampak tidak kewalahan membawa tubuh istrinya, karena dia sering Gym bersama Emilio dan Malik. Lalu Dokter Ramdan membawa tubuh berat Wina ke arah ranjang dan meletakkannya di atasnya.
"Mas... masa mau sih?" suara manja Wina terdengar.
"Kamu yang mancing sayang, sudah tau Mas-mu ini mudah terpancing gairahnya. Ck! Udah ayokkkk..."
Dokter Ramdan mengunci pintu lalu kembali ke ranjang dan disana Wina sudah membuka seluruh bajunya dan hanya terbaring polos.
"Wow!" seru Dokter Ramdan dan langsung mengeksekusi.
___
📌💃🏻Salam semuanya, kita kembali di novel terbaru othor... dengan tokoh-tokoh dari judul "OM...! Selingkuh YUK!" sebagai pelengkap novel ini.
🔥Semoga masih pada ingat pada tokoh-tokohnya, wkwk 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Runik Runma
keren
2024-11-12
0
Ira
g
2024-09-19
0
Nor Azlin
salam thor aku baru mampir ni kayak nya cerita mu pasti yang terbaik deh ...entah novel yang beberapa aku pun tidak ingat deh😂😂😂lanjutkan thor
2024-05-13
1