Om Ustadz Dokter Cintaku!

Alice tak mau makan tak mau minum, hal itu dilakukannya setelah bercandaan Daddy Sky tentang dua istri di surga. Padahal, jika benar ada hal semacam itu pun, Fachry tak pernah berniat menyelingkuhi istrinya.

"Sudah buka, Sayang." Alice belum terlihat memakan apa pun. Bahkan minum saja tidak, hanya karena memikirkan hal di surgawi yang entah akan didapatkannya atau tidak.

Bermula dari, Alice yang membaca tentang hadits dua istri. Juga, merembet ke hadits yang mengatakan jika pria shaleh akan mendapat 72 bidadari surga.

Terlebih, banyaknya konten yang mengangkat hadits ini hanya untuk menyakiti hati seorang wanita tentu saja. Nauzubillah, Fachry bukan penganut setuju akan hal ini.

"Ustadz nggak usah shalat! ... Biar masuk neraka, biar nggak selingkuh di surga! ... Pokoknya Alice nggak suka!" kata Alice.

Fachry mendengus pelan, sebenarnya Fachry pun prihatin dengan para lelaki yang membuat konten yang mengatakan jika kelak di surga akan menggilir 72 bidadari.

Sampai mengabaikan nilai- nilai kesetiaan, kehormatan, kesopanan, kepatutan, keseimbangan dan keadilan.

Di dunia saja pikiran mereka sudah nyaman dengan angan-angan akan puluhan gadis bidadari penuh hasrat yang dijanjikan kepada mereka untuk dikawini dan disimpan dalam istana harem di surga kelak.

Bayangan, impian, harapan atau bahkan keyakinan akan memperoleh segerombolan perawan abadi surgawi di masa depan, peluang poligami yang tidak terbatas di dalam surga.

Rakusnya lagi, masih ada tambahan istri dari dunia yang tetap harus setia menempel dengan suami dunianya. Istri yang akan dihilangkan rasa cemburu hatinya, tidak akan protes, merasa puas dan tidak bosan dengan suami yang sama dari kehidupan dunia meskipun dipoligami habis-habisan di surga.

Bukankah ini kontradiksi yang patut dipertanyakan? Pesta nafsu sesukanya dengan para bidadari perawan.

Sebegitu rendah mereka membayangkan surga yang dijanjikan oleh Allah, di mana di dalam Al-Qur'an sudah dijelaskan bahwa tidak ada perkataan yang sia-sia di dalamnya, dan tidak ada perbuatan dosa.

Wajar jika banyak pemeluk agama- agama lain yang menjadikan kisah- kisah bidadari surga ini sebagai joke untuk mengolok- olok.

Surga bukanlah tempat untuk menuruti hawa nafsu yang rendah, bukan harem atau rumah bor-dil vip syariah.

Jika mengacu pada penjelasan di Al-Qur'an, surga memiliki penghuni yang berperilaku mulia dan bermartabat.

Mereka orang-orang yang terpilih. Mereka orang-orang yang bermoral dan menjunjung kebajikan pada masa hidupnya di dunia.

Artinya, mereka yang mendiami surga itu bukan tipe orang-orang dengan pikiran kotor, binal, dan cabul. Fachry bahkan tak pernah memikirkan wanita selain istrinya yang halal.

"Masih takut Mas selingkuh?"

Alice mendengar penjelasan Fachry yang panjang lebar, tapi masih insecure. "72 bidadari, pasti lebih cantik dari Alice."

"Jangan terlena, arti luas bukan berarti tempatnya yang besar. Bisa jadi itu hanya metafora dari bentuk kesabaran," jelas Fachry.

Alice mencebik bibirnya. Hal yang selalu berhasil membuat Fachry semakin menyayangi wanita pencemburu ini.

"Gunanya istri itu penyempurna, kamu melengkapi ku, surga haram bagi suami yang tidak memperlakukan istrinya dengan baik."

Alice percaya, itu. Fachry cocok menjadi ustadz karena perilakunya. "Jadi gimana caranya biar Alice kekal sama ustadz?"

Inilah yang Fachry suka, Alice selalu bertanya dan bisa dibimbing. Yah, ... walau sedikit lamban karena Alice perlu setengah tahun menikah baru berniat untuk berhijab.

"Pakai hijabnya. Demi Allah, kalau pun di surga nanti Mas ditawari ratusan bidadari pun, Mas tolak demi Alice binti Sky!"

Bibir Alice mulai menyemu, ingin tak tersenyum tapi tersentuh. Apa lagi, Fachry menjelaskan jika banyak surah yang menyatakan, bahwa suami istri yang masuk surga akan dibahagiakan.

"Jadi?"

Fachry kecup kening Alice. "Itulah kenapa, pernikahan diibaratkan sebagai kendaraan menuju surga. Bukan aku atau kamu, tapi kita. Makanya ibadah paling enak itu menikah."

Alice tertawa, iya enak, pagi ada yang membangunkan subuh. Malam ada yang menemani curhat.

Bukan perkara ranjang saja, tapi mendapat hal kecil, 'hidup bersama, mengobrol dan bertukar cerita' contohnya. "Ustadz sayang Alice kan?" tanyanya.

Pernyataan ke Lima puluh lima kali yang Fachry hitung. Dan selalu sama, Ustadz sayang Alice atau tidak! Sepertinya Alice perlu validasi setiap waktu.

"Sejauh ini, Mas sayaaaaaang banget, bahkan lebih dari kata sayang. Kalau tidak, buat apa Mas nikahin boneka Jepang?"

"Hiks!"

Alice sontak terisak manja, dia sedikit tersinggung disamakan dengan boneka Jepang, walau dia juga mengakui, dia tak bermanfaat selain di atas ranjang.

Memasak telur mata sapi gosong, memasak air kering, memasak nasi goreng jadi rengginang, tak ada yang pernah berhasil selama dia berada di dapur suaminya.

Walau ujungnya, Fachry bilang masakannya enak, tapi Alice tahu itu bohong. "Emang Alice nggak ada gunanya banget, ya?"

"Ada, ... Buat lawan debat, ada yang ngacak ngacak rumah juga, seru pokoknya." Fachry tertawa setelah Alice mencebikkan bibirnya.

"Bercanda." Pelukan hangat akhir dari perdebatan panjang mereka. Kali ini, Alice sudah merasa disayangi lelakinya.

"Kemarin Mas masih yakin, kamu menjadi istri ku karena jodoh. Tapi sekarang Mas percaya. Alasan kita berjodoh karena, Allah sudah tahu, bahwa Mas akan benar- benar jatuh cinta padamu sampai sedalam ini."

"Aaaa!" Alice menghentakkan kakinya kegirangan, bahkan memukul mukul dada Fachry yang terbatuk- batuk, "kenapa sweet banget sih, Dokus Alice?!"

"Kamu lebih sweet. Makanya kalo besok besok Mas sibuk jangan ngeluh, Mas yakin, satu komplek ini bakalan diabetes sama manisnya istriku."

"Aaaa!" Alice paling tak bisa menerima gombalan suaminya. "Kiss!" Dan kecupan di bibir Alice terima, satu kali, dua kali, hingga lumatan terakhir melerai keduanya.

"Maaf ya cemburu Alice nggak beralasan, masa Alice cemburu cuma perkara dua istri dan 72 bidadari."

"Tidak juga." Fachry menggeleng, sedikit tidak setuju dengan ucapan Alice. "Cemburu mu masih beralasan, Sayang. Karena kamu nggak akan pernah tahu, ... rasanya cemburu sama pembalut!"

Alice tertawa, bahkan kemarin, sempat sempatnya Fachry melempar bekas pembalut Alice ke tong sampah sambil menendang dan merutuk tak jelas.

"Rumah tangga itu tidak hanya aku, tapi kita, makanya jangan pernah goyah meski aral berupa mertua melintang," tutur Fachry.

"Ehm!" Fachry dan Alice menoleh, di sana telah berdiri, Sky dan Dominic. "Jadi mertua termasuk aral, begitu?"

Sky ke sini untuk membesuk besan yang katanya ada di Jakarta. Tapi baru masuk rumah sudah mendengar perkataan tidak enak perihal mertua.

Fachry tertawa, sebetulnya Fachry tahu ayah mertuanya datang. Dari pada bicara di belakang, lebih baik menyindir biar dengar dan tidak menjadi kompor meleduk di dalam rumah tangganya.

"MAS BESAN!!" Sky kaget mendengar suara teriakan seseorang. Widya meraih bantal sofa lalu menggebukannya pada lengan, Sky.

"Masha Allah, ganteng-nya!!" Bahkan, aktor Thailand, Korea, India, China, kalah dengan ketampanan seorang Sky. "Gimana kalau kita jodoh saja?!"

"Hah?!"