NovelToon NovelToon
Rahim Perjanjian

Rahim Perjanjian

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga
Popularitas:85.2k
Nilai: 5
Nama Author: LapCuk

"May, kalau nanti kita dewasa, terus aku gak bisa menjadi wanita sempurna. Apa yang bakal kamu lakukan?"

"Hila, dali masih dalam pelut Bunda, kita sudah saling belbagi makanan dan kasih sayang. Jadi ketika nanti kita udah besal, gak ada alasan untuk gak saling belbagi. Aku akan menjadi pelengkap kekulanganmu, Mahila," dengan aksen yang masih cadel, Maysarah menjawab pertanyaan yang diajukan Mahira. Matanya memandang penuh kasih adik kembarnya itu.

Percakapan dua anak kembar yang masih berumur 7 tahun itu benar-benar menjadi kenyataan sekaligus ujian bagi ikatan persaudaraan mereka.

Cobaan kehidupan datang menghampiri salah satu dari mereka, menjadikan dirinya egois layaknya pemeran Antagonis. Lantaran perlakuan manis orang-orang di sekitarnya.

Demi menutupi Luka hatinya yang kian menganga. Maysarah melakukan pengorbanan besar, ia bertekad untuk menepati serta melunasi janji masa kecilnya.

Ayo, ikuti kisahnya...💚

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LapCuk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RP bab 15

Selamat datang 💚

Selamat membaca ♥️

...----------------...

Maysarah terkesiap mendapatkan cap sepuluh jari di kedua pipinya. Sang pemberi itu adalah ayahnya sendiri. "he-he-he." Kekehnya lirih dan datar, tangannya meraba bekas tamparan ayah kandungnya.

May mendongakkan wajahnya, menatap hampa wajah laki-laki yang tak lama lagi akan berusia setengah abad itu. "Terimakasih, Yah, atas hadiahnya. Insya Allah, akan May kenang selama nyawa ini masih melekat pada raganya." Tutur May datar, tatapan matanya tak lagi berwarna. Hampa, kosong, kehilangan binarnya.

"May... maaf, Ayah... Tidak bermaksud menyakiti fisikmu, Nak." Tangan kokohnya menggenggam angin, sang anak memilih mundur menghindar dari jangkauannya.

"Apa yang perlu dimaafkan, Yah? May saja bingung dimana letak kesalahannya. Wajar bila seorang ayah melindungi anaknya dari perbuatan keji orang lain. Hira pasti bangga memiliki seorang ayah superhero seperti dirimu. Bukan begitu, Hira?" May memalingkan wajahnya menatap Hira yang masih berdiri mematung dengan tubuh sedikit gemetar dan tangan membekap mulut.

Hira menggelengkan kepalanya, dirinya tak mampu berucap. Sedangkan Senja menatap nanar Maysarah, lalu beralih menatap sang suami dengan amarah dan penuh ketidakpercayaan. 28 tahun dirinya mengenal Sagara Rahardian tidak sekalipun laki-laki yang dikenal bijaksana itu meninggikan suaranya apalagi mengangkat tangannya untuk menyakiti, tapi hari ini... sangat ringan telapak tangan yang selalu di ciumnya itu melayang menyakiti putrinya sendiri.

Muntaz berdiri dari sofa lalu menarik kuat Mahira yang masih shock. "Kita pulang sekarang!" Cekalan tangannya sangat erat, sedikit menyakiti kulit halus sang istri.

"Aku gak mau. Lepaskan! kau menyakitiku, Muntaz!" Tolaknya sambil berusaha melepaskan cengkeraman erat itu.

"Muntaz! Jangan berani-beraninya kau menyakiti putri ku!" Sagara mengepalkan tangannya, dirinya tidak terima atas perlakuan menantunya itu.

"Ayah... saya sangat sadar kalau Hira adalah putri, Anda. Kini statusnya adalah istri saya, sudah kewajiban seorang suami untuk mendidik istrinya supaya berkelakuan sopan santun. Kali ini tolong jangan ikut campur, Ayah. Assalamualaikum." Pamitnya.

"Jalan sendiri, atau aku seret!" Ancamnya kepada sang istri. Tanpa pamit Mahira berlari kecil mendahului dirinya.

Tanpa kata, Maysarah memilih berjalan menaiki tangga. Mengabaikan sang ibu yang memanggil dan ingin memeluknya. Disekanya titik darah di sudut bibirnya yang sedikit robek. Tidak ada air mata sama sekali. Wanita yang tengah hamil itu sedang berupaya untuk tidak stres, agar tidak berdampak pada pertumbuhan janinnya.

"Aku tidak menyangka, Mas, dirimu tega mengasari Maysarah. Dia tengah mengandung, Mas. Sampai... bayinya kenapa-kenapa, gak akan tak maafkan dirimu, Mas!" Hardiknya, Senja memilih pergi dan meninggalkan sang suami yang masih duduk diam terpekur.

"Maafkan ayah May," gumamnya lirih. Sungguh dirinya sama sekali tidak ada niat terencana menampar anak sulungnya. Emosinya secara alami tersulut saat Mahira disakiti tanpa dapat berpikir panjang jika yang menyakiti juga salah satu darah dagingnya sendiri.

Di lantai atas kamar Maysarah. Wanita bersurai indah itu tengah memandang lekat potret dirinya yang terpajang pada bingkai indah di tembok dinding. Foto itu diambil saat pernikahan Mahira hampir 6 tahun yang lalu. Kala itu terakhir kalinya dirinya memakai busana berwarna terang dan cerah, setelahnya ia memilih untuk mengenakan pakaian berwarna gelap.

"Maafkan saya, karena tidak menepati janji. Bukan tidak mau, tapi saya tidak mampu. Semoga Anda tenang dalam dekapan yang Maha Kuasa." Gumamnya lirih seraya mengelus sebuah bros berinisial dua buah huruf.

"Nona, ini saya... tolong buka pintunya sebentar." Esti mengetuk pintu kamar Maysarah. Dirinya takut sang Nona berbuat fatal.

Maysarah menyimpan benda keramat tersebut dalam nakas, lalu berseru. "Masuk saja mbak. Pintunya gak dikunci."

Esti berjalan mendekati Maysarah yang tengah duduk di meja kerjanya sembari membuat sketsa gambar anak-anak tengah memancing di sungai. Selain melukis, May juga menulis buku dongeng bergambar yang dikhususkan untuk menjadi bacaan anak-anak. Sudah banyak Bukunya yang terbit cetak dengan nama samaran 'Lentera'. Dirinya ingin menjadi penerang disaat hidupnya sendiri penuh kegelapan.

"Nona, ini saya bawakan telur gulung dan nasi uduk dengan menu sambel tempe kering dan perkedel kentang." Tangannya yang memegang bungkusan plastik itu terulur. Esti melihat semuanya apa yang terjadi di lantai bawah tadi. Ingin sekali dirinya nimbrung dan memberi tahu yang sebenarnya, tetapi dia selalu ingat kata-kata Maysarah yang selalu memperingatkan dirinya untuk tutup mulut.

Namun, bukan berarti dia berdiam diri saja melihat wanita yang sangat dia kagumi itu diperlukan tidak adil. Esti segera pergi menggunakan motor untuk membeli sarapan kesukaan majikannya. Tak lupa dirinya juga membeli jajanan yang akhir-akhir ini sering di nikmati Maysarah.

"Terimakasih, Mbak. Dirimu udah sarapan belum? kalau belum, ayo temani aku makan." May menerima nasi bungkus itu. bersama mereka lesehan di lantai menikmati sarapan sederhana itu. Saling berbagi menu.

Sebentar-sebentar Esti melirik Nona muda nya yang tengah mengunyah. Ada rasa heran yang bergelayut dalam hatinya. Sedikitpun tidak ditemukan bekas jejak air mata, raut wajah Maysarah juga terlihat tenang tanpa riak. Kegelisahan segera menyerang Esti, dirinya sangat takut jika penyakit Maysarah sudah pada tahap akhir. Yang berarti sukar untuk di obati.

"Jangan menatapku seperti itu, Mbak. Aku baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Gumamnya seakan tidak peduli, dirinya masih asik menikmati telur gulung yang sudah dilumuri saus sambal.

"Ma-af, Nona." Tuturnya, segera menundukkan wajahnya saat kepergok tengah menatap wajah sang majikan.

               ***

"Mahira! kamu mau membuat kita kecelakaan, iya!?" Muntaz segera menepikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi. Sedari tadi Istrinya memukuli lengannya secara brutal. Memecah konsentrasinya dalam mengemudi.

"Aku... sedang marah, Muntaz. Kamu berubah! di depan keluargaku kamu berani menyakiti perasaan dan fisikku!" Hardiknya tidak tahu diri. Tangannya tetap mencubit lengan sang suami.

"Jangan menguji batas kesabaranku, Mahira. Mau sampai kapan dirimu bersikap dan berlaku semaumu. Belum cukupkah? segala pemakluman yang aku berikan selama ini?" Muntaz menggenggam kedua tangan sang istri, berusaha keras menekan emosinya.

"Dulu kamu berjanji! akan selalu sabar dan menerima segala sifat, sikap dan kekuranganku. Kenapa belakangan ini dirimu banyak mengajukan protes? kamu juga sudah berani membentak bahkan menarik kasar tanganku. Kenapa, Muntaz!?" Cecarnya, berusaha menarik tangan dalam genggaman sang suami.

"Di gundukan tanah pemakaman kedua orang tuamu, dirimu juga mengucapkan janji yang sama. Akan selalu menomorsatukan kebahagiaanku dan mencintaiku tanpa syarat. Namun, sekarang apa, Muntaz!? kau tak ubahnya laki-laki pecundang yang mengingkari janjinya!" Tuntutnya, digigitnya lengan Muntaz.

"Mahira Rahardian. Aku, Ta...,"

~ Bersambung ~

Terimakasih sudah mampir membaca 😊

Jangan lupa klik like dan permintaan update ya ♥️. Jangan sungkan-sungkan untuk berkomentar 💜. Insya Allah menjelang malam akan update bab terbaru lagi, mohon dukungannya terus ya🙏😍

1
Tanz>⁠.⁠<
gak kerasa Udah end aja. gak ada niatan mau lanjut kehidupan may sama Muntaz apa Thor 😭😭
Tanz>⁠.⁠<
semoga kalian bahagia ya dengan tempat tinggal yang baru. ingat Muntaz jaga baik baik istri berhati malaikat mu itu
Tanz>⁠.⁠<
seperti rumah ku dulu. nyaman banget walau terlihat sederhana 🤗
Tanz>⁠.⁠<
kok aku mewek ya baca nya 😭
Tanz>⁠.⁠<
siappppp /Scream/
Tanz>⁠.⁠<
demi kesembuhan may, senja. tolong mengerti lah
Tanz>⁠.⁠<
ayo taz semangat /Determined//Determined/
Tanz>⁠.⁠<
apa alasan mu untuk bohong, Dania?.
Tanz>⁠.⁠<
pabrik mu may
Tanz>⁠.⁠<
semoga aja sifat nya juga kembar 😆
Tanz>⁠.⁠<
kasian juga liat Hira 🥺

semoga may cepat sadar 🤲🏻
Tanz>⁠.⁠<
turut berduka dan bersuka cita Hira 😌
Tanz>⁠.⁠<
Dania bisa aja nih 🤭
Tanz>⁠.⁠<
suka kesel kalo lagi ada kecelakaan, malah sibuk nge videoin nge foto foto. bukan nya ngebantu, malah mencari kesempatan dalam kesempitan 😤
Tanz>⁠.⁠<
plz aku ngakak bagian ini, sakit perut ku ngetawain ini aja 🤣🤣🤣🤣
Tanz>⁠.⁠<
heisss kenapa gak sekali kubur suami mu senja. biar sekalian, gak repot repot lagi nanti /Facepalm/
Jumli
mawar-mawar untuk maysarah. kenapa harus secepat ini berakhir.
Jumli
lah.... kok tamat😭
secepat ini kak😭😭😭
Jumli
di bagian ini aku tidak bisa menahan tangis🥺
walau kesal sama saga, tapi setidaknya dia menyesal🥲
Tanz>⁠.⁠<
terus kan Dania buat keluarga satu ini kena mental 😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!