The Perfect Woman

Hari-hari berlalu, Zheya selalu waspada terhadap semua yang terjadi di sekitarnya. Ia tak mau ibunya disakiti seperti dulu lagi.

Sudah dua minggu Zheya marah dan tak mau bertemu ayahnya, dikarenakan ayahnya yang tak sedikit pun mau menemui ibunya sejak pernikahan itu.

Tetapi entah mengapa saat ini, Zheya tiba-tiba ingin bertemu dengan ayahnya.

Zheya melihat ayahnya yang sedang duduk di ruang kerja dengan banyak berkas di mejanya. Ia lihat ayahnya nampak memijit keningnya.

Zheya datang tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia masih merasa sangat kesal dengan sikap ayahnya yang seolah-olah membuangnya dan ibunya.

"Sepertinya sistem pertahanan dan keamanan kekaisaran saat ini sedang turun drastis," ucap Kaisar yang belum menyadari kehadiran Zheya.

"Mengapa bisa begitu, Ayah? Bukankah kau terlihat sangat bahagia setelah menikah dengan selir itu?" tanya Zheya.

Kaisar mengangkat kepalanya dan melihat Zheya yang sedang berdiri di depannya, mata mereka saling bertemu.

"Aku pikir kau sudah melupakanku," ucap kaisar tersenyum kecut.

"Apa maksud Ayah? Bukankah Ayah yang selalu menghabiskan waktu bersama selir itu sehingga Ayah lupa pada kami?" bantah Zheya.

"Mengapa kau berfikir seperti itu?" kaisar malah balik bertanya.

"Sadarlah Ayah, selir itu hanyalah pengacau. Ia hanya memanfaatkanmu sebagai batu loncatan untuk merebut tahta kekaisaran!" ucap Zheya menahan emosi.

"Apa yang sedang kau bicarakan? Dia itu juga ibumu, bangsawan terhormat. Mana mungkin dia melakukan hal seperti itu!" elak Kaisar tidak terima.

"Sampai kapan kau mau terus dibodohi Ayah? Kau yang terus bersamanya pun tak tahu rencana busuknya." Zheya memalingkan wajahnya dari Kaisar.

"Ya ya ya, bangsawan terhormat! Sampai-sampai ingin menjadi lebih terhormat dengan cara ... menjadi selir penjilat," ucap Zheya muak.

"Aku tahu kau tidak menyukai ibumu, itu sebabnya kau tidak mau menemuiku. Tetapi setidaknya janganlah kau bicara sembarangan seperti ini!" bela Kaisar

"Ingatlah Kaisar yang terhormat, kerajaan ini seharusnya milik ibuku bukan milikmu. Ya setidaknya, jika kau ingin mengungkit tentang jasamu yang menyelamatkan kekaisaran ini ..." Zheya menahan ucapannya.

"Jangan sampai kau berbuat konyol dan bertindak bodoh, yang akan menghancurkan kekaisaran ini," ucap Zheya menegaskan.

"Sudah lama tidak bertemu denganmu, rupanya kau tumbuh menjadi gadis yang tidak tahu sopan santun. Apa ibumu tidak mengajarkanmu tumbuh menjadi gadis yang baik?" tanya Kaisar.

"Berani-beraninya kau menghina ibuku, bahkan wanita tua dan murahan itu lebih kau bela mati-matian dibandingkan ibuku!"

"Kau memang sama saja, selalu buta akan status seseorang. Rasakan saja istri bangsawan yang selalu kau banggakan itu," ucap Zheya menjauh pergi.

Kaisar merasa sedikit tersindir dengan ucapan anaknya. Memang benar, kenyataannya keadaan kekaisaran merak putih sedang kacau balau saat ini, kekuatan serta pertahanan mereka semakin melemah.

Zheya merasa sangat kesal dengan ayahnya selalu saja melihat seorang melalu kedudukannya.

Sekarang Zheya sedang menuju kamar ibunya untuk menenangkan diri, karena melihat wajah ibunya saja sudah bisa membuatnya tenang.

Tetapi saat sampai di sana Zheya malah menjadi bingung dan khawatir di waktu yang bersamaan.

Bagaimana tidak, ia melihat ibunya yang mengamuk lagi seperti saat itu, dengan pelayan dan para prajurit memegangi kedua tangan Xialie yang ingin melukai dirinya sendiri.

Zheya berusaha membantu menenangkan ibunya yang terus meronta-ronta. Tetapi reaksi tak terduga yang justru ia dapatkan.

Xialie yang tadinya memukul-mukul tubuhnya sendiri kini malah menatap tajam ke arah Zheya dan mencekiknya.

"Ibu, ini aku Zheya anakmu," ucap Zheya berusaha menyadarkan Xialie.

Zheya melihat bayangan hitam di belakang tubuh Xialie. Apakah ibunya saat ini sedang dirasuki sesuatu, pikirnya.

Para prajurit pun menjadi semakin panik, tenaga Xialie sangat besar dan membuat mereka kesusahan untuk melepaskan cengkraman tangannya dari leher Zheya.

Zheya akhirnya mengalirkan sedikit energi spiritual miliknya ke tubuh Xialie untuk mengusir energi jahat itu. Xialie pun tiba-tiba pingsan dan cengkraman tangannya terlepas.

"Uhuk uhuk," Zheya terbatuk dan merasakan sedikit sesak akibat cekikan tadi. "Cepat panggilkan tabib," Zheya pun menyuruh pelayan memanggil tabib untuk memeriksa kondisi ibunya.

"Ada apa ini? Apakah Ibu sedang dikuasai oleh ruh jahat?" gumam Zheya.

Tabib itu pun datang dan memeriksa kondisi Xialie. Ia menjelaskan kepada Zheya tentang apa yang baru saja terjadi kepada ibunya.

"Sepertinya, ada seseorang yang meminta bantuan iblis untuk menyihir dan memanipulasi ibumu," ucap tabib itu.

"Apa maksudmu, Paman?" tanya Zheya tak mengerti.

"Ya, orang itu bersekutu dan melakukan perjanjian dengan iblis yang selalu membantunya. Termasuk membantu menyakiti ibumu." jelas tabib itu.

"Siapa orang yang tega melakukannya, Paman?" tanya Zheya merasa sangat penasaran.

"Untuk hal itu, aku tidak tahu. Iblis itu memiliki energi yang sangat pekat dan kuat, aku tidak bisa menembusnya."

"Tetapi yang pasti, orang itu bukan orang sembarangan dan juga berilmu tinggi," ucap tabib itu.