Terpaksa Menikahi Sang Mantan

Arga menjemput Shanum di butik. Kebetulan pria itu memang sudah menyelesaikan semua tugasnya di kantor, hingga ia pun pulang lebih awal dari hari biasanya.

Arga masuk ke dalam gedung tersebut. Ia menanyakan keberadaan Shanum pada salah satu karyawan yang berkerja di sana. Wanita itu pun mengatakan bahwa Shanum saat ini masih berada di dalam ruangannya.

Arga melangkahkan kakinya menuju ke ruangan Shanum. Ia mengetuk pintu sejenak, sebelum membuka pintu tersebut.

Shanum yang tengah duduk di kursi kebesarannya pun tersenyum melihat sang suami yang sudah datang menjemputnya.

"Ku kira kamu akan sedikit terlambat. Ternyata lumayan cepat juga," ujar Shanum yang baru saja menyelesaikan desainnya. Ia merapikan peralatan kerjanya, lalu menutup buku gambar tersebut.

"Aku telah menyelesaikan semua pekerjaanku, maka dari itu aku bisa menjemputmu tepat waktu," jawab Arga mendekat ke meja kerja istrinya itu.

Arga meraih buku gambar yang digunakan oleh Shanum untuk menggambar desain. Pria itu membuka halaman kertas tersebut satu persatu, dan ia pun terpukau dengan karya yang diciptakan oleh Shanum.

"Ternyata istriku benar-benar hebat. Mempunyai bakat yang luar biasa. Kamu sungguh membuatku terkesan, Sha!" Arga masih membolak-balik kertas tersebut.

"Apakah kamu ingin ku buatkan kemeja?" tawar Shanum.

"Kamu serius?" tanya Arga yang seolah tak percaya dengan tawaran istrinya itu.

"Hmmm ... aku serius. Lagi pula kamu adalah suamiku, aku sudah membuatkan banyak baju pada orang lain, kini giliran suamiku yang memakai pakaian hasil jahitan ku sendiri," jawab Shanum.

"Baiklah, aku sangat menantikan kemeja buatan istriku," ujar Arga dengan sangat antusias.

"Kalau begitu aku akan mengukurnya terlebih dahulu," ucap Shanum yang langsung mengambil alat ukur.

Wanita tersebut mengukur dari lengan, lebar bahu, dan panjang kemeja. Saat Shanum sedang fokus mengukur, Arga justru memperhatikan Shanum. Tatapan matanya tak lepas dari wajah cantik istrinya itu. Entah harus berapa kali ia mengagumi kecantikan dari wanita itu.

"Sha, ...."

"Iya, kenapa?" tanya Shanum saat namanya dipanggil oleh suaminya itu.

"Kok bisa kamu cantik sekali," ujar Arga.

Rona wajah Shanum langsung terlihat seketika saat mendapatkan pujian dari suaminya itu.

"Berhenti menggodaku!" Shanum memberikan pukulan pelan di dada bidang Arga.

"Serius, Sha. Untung kamu jadi istri, kalau tidak mungkin aku bisa gila karena terlanjur tergila-gila," tutur Arga.

"Hentikan, Ga!"

Shanum benar-benar merasa geli saat Arga menggoda dirinya. Namun, ia juga senang jika Arga mengagumi kecantikannya. Pertanda bahwa ia merawat dirinya selama ini tidak sia-sia.

"Selesai!" ucap Shanum setelah mencatat ukuran untuk baju Arga kelak. Wanita tersebut berbalik dan meletakkan kembali alat ukur itu pada tempatnya.

Namun, baru saja ia hendak melangkah pergi, tiba-tiba Arga menarik dirinya dan langsung mencium bibir Shanum dengan lembut.

Shanum terkejut, akan tetapi ia juga menikmatinya. Arga melepaskan ciumannya saat melihat Shanum yang mulai terengah-engah kehabisan napas.

"Ga, pulang yuk!" ajak Shanum.

"Kita lanjut di rumah ya," ucap Arga menaik-turunkan alisnya.

"Aku capek, aku mau istirahat," balas Shanum yang langsung mengambil tasnya dan menggandeng lengan Arga, mengajaknya untuk pergi dari sana. Jika tidak, bisa saja Arga menerkam dirinya di ruangannya itu.

Shanum menyuruh seluruh karyawannya untuk pulang. Ia pun langsung mengunci ruko dua tingkat tersebut dan masuk ke dalam mobil yang sudah terparkir di depan.

"Bagaimana kabar wanita sainganku?" tanya Shanum.

"Wanita saingan? Yang mana, Sha? Aku sungguh tidak mempunyai wanita lain selain kamu," ujar Arga yang sudah panik duluan.

"Si Moza, dia adalah wanita sainganku," balas Shanum.

"Oh, Moza. Dia saat ini berada di rumah mama. Apakah kita ambil sekarang?" tanya Arga.

"Baiklah. Hanya Moza yang ku izinkan menjadi sainganku, awas saja jika ada wanita yang lainnya," ancam Shanum.

"Siap bos! Aku pastikan hati ini hanya untuk istriku sayang, tidak ada yang lain!"

Shanum tersenyum mendengar ucapan sang suami, kali ini ia benar-benar memberikan hatinya pada Arga, dan berharap jika suaminya itu tak akan pernah mengkhianatinya nanti.

Bersambung ....