Hai pembaca!
Kali ini, saya akan membawa Anda ke dalam sebuah kisah yang terinspirasi dari kejadian nyata, namun dengan sentuhan kreativitas yang membuatnya semakin menarik. Simaklah cerita tentang Halimah, seorang wanita yang terjebak dalam badai cinta, kekerasan, dan teror yang mengancam jiwa.
Semuanya bermula ketika Halimah bertemu dengan seorang pria misterius di media sosial. Percakapan mereka berlanjut ke chat pribadi, dan tak disangka, suami Halimah menemukan bukti tersebut. Pertengkaran hebat pun terjadi, dan Halimah dituduh berselingkuh oleh suaminya.
Halimah harus menghadapi cacian dan hinaan dari keluarga dan tetangga, yang membuatnya semakin rapuh. Namun, itu belum cukup. Ia juga menerima teror dan ancaman, bahkan dari makhluk gaib yang membuatnya hidup dalam ketakutan.
Bagaimana Halimah menghadapi badai yang menghantamnya? Apakah ia mampu bertahan dan menemukan kekuatan untuk melawan? Ikuti kisahnya dan temukan jawabannya. Jangan lewatkan kelanjutan cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DODIAKSU 24
Langit pagi yang cerah dan penuh harapan tiba-tiba berubah menjadi mendung dan gelap, seolah-olah alam juga merasakan kesedihan dan kepedihan yang dialami Halimah. Rintikan air hujan mulai membasahi bumi, seperti air mata yang jatuh dari langit, menyiramkan kesedihan dan kekecewaan yang mendalam.
Halimah masih terpaku saat mendengar penjelasan Risma , ia tak menyangka suaminya tega menikah lagi bahkan ia menikahi seorang pel*cur. Hatinya sungguh hancur, semua itu sungguh tiba-tiba buatnya, walaupun ia belum mau kembali bersama Anton namun bukan berarti ia tidak mau untuk selamanya Halimah hanya butuh waktu. Tapi nampaknya Anton sudah tak tahan jika harus menunggu.
"Siapa suruh kamu di ajak rujuk gak mau Halimah! " ucap Risma sedikit ketus.
Mata Halimah seketika melebar, "Apa maksud Mbak Risma? aku bukannya gak mau kembali sama mas Anton, tapi Mbak tau sendiri bagaimana kelakuan Mas Anton. Bahkan kata Mbak, sampean sudah lama tau mas Anton punya wanita lain. " Bantahnya.
"Apa aku harus merasakan sakit hati setiap hari Mbak. Aku juga bukannya gak mau, aku hanya butuh waktu ! dua bulan ini aku ingin bangun nikah dan kembali seperti dulu lagi. Dan sekarang mas Anton udah nikah lagi berarti dia gak bisa nunggu aku dan sudah tidak mau denganku. " Ketus Halimah.
Risma hanya bisa diam melihat Halimah menjelaskan semuanya padanya. Bahkan mamanya yang awalnya selalu meminta ia kembali pada Anton juga hanya bisa diam dan menangis meratapi nasip anaknya.
Katinem memegang pundak Halimah erat. "Sudah, mulai sekarang jangan pernah bahas Anton lagi, dasar orang gak tau terima kasih. Mamak gak sudi kalau kamu sampai kembali dengannya. "
"Iya Mak, aku juga gak mau kembali sama mas Anton. "
"Cerai saja dari Anton, lebih baik hidup sendiri dari pada kamu harus di madu seperti ini Ndok. " Ujar Katinem.
Tubuh Halimah seketika bergetar saat mendengar kata cerai, " Ia Mak, aku akan minta cerai sama mas Anton. " Halimah berusaha kuat.
Risma hanya diam saat Halimah kekeh ingin bercerai dari Anton.
"Ya sudah kalau kamu ingin bercerai, nanti mbak akan bilang mas mu. " Tuturnya.
Risma berjalan ke arah pintu, "Mbak pulang dulu, aku mau pergi ke pasar. " Ungkapnya.
Halimah dan Katinem hanya mengangguk saat Risma keluar dari dalam rumah.
"Mbak pergi ya, Halimah, Mak. " Ucapnya sebelum benar-benar lenyap dari pandangan.
Setelah kepergian Risma Halimah dan Katinem kembali membicarakan soal Anton. Halimah juga bilang kalau Rafa telah pergi ke tempat Anton untuk memastikan jika berita pernikahan bapaknya itu tidak benar.
"Bruuaaakkk...! "
Tiba-tiba terdengar suara yang keras dari arah depan rumah. Sontak membuat Halimah dan Ketinem kaget, suara itu sangat keras hingga membuat semua orang berhamburan ke arah sumber suara.
Halimah pun segera berlari ke arah depan. Ia menatap ke arah jalan melihat ada motor yang tergeletak di tengah jalan. Ia segera berlari untuk melihat bagaimana keadaan orang itu.
Halimah fokus membantu anak SMA yang tergeletak kesakitan, terlihat mulutnya mengeluarkan darah ,Halimah membantunya untuk duduk. Halimah dan beberapa membantu anak itu untuk pindah ke tepi jalan.
Tiba-tiba seseorang menarik tangan Halimah, "Mbak, ayo bantu aku angkat satu orang lagi. " pinta lelaki itu yang tak lain tetangga Halimah.
"Mana? " Tanya Halimah.
Kemudian Halimah mengikuti lelaki itu ke seberang jalan. Ternyata anak itu tabrakan dengan seseorang, dan orang satunya terpental jauh hingga hampir masuk ke dalam parit. Halimah mendekatinya namun tak mengenali orang itu, wajahnya tertutupi oleh jilbab yang di kenakannya.
Terlihat orang itu tak berdaya dan tak bergerak, jantung Halimah tiba-tiba berdetak dengan kencang , ia merasa kasian sekaligus miris melihatnya. Ia membantu mengangkat kepala wanita itu, darah segar keluar dari belakang kepalanya. Saat hendak mengangkatnya jilbab yang menutupi wajahnya terbuka hingga membuat Halimah teriak histeris.
Halimah teriak sekencengnya dan seketika ia lemas tak berdaya, matanya tiba-tiba menjadi gelap. Mendengar teriakan Halimah Katinem dan beberapa orang segera membantunya, bagaimana Halimah tak terkejut jika wanita yang tengah ia angkat itu adalah Risma kakak iparnya.
Halimah terus memandang kedua tangannya yang penuh dengan darah, bau anyir menusuk hidungnya hingga membuat Halimah merasa mual. Ia tak sanggup mengangkat Risma , Halimah hanya bisa menangis di pinggir jalan melihat orang-orang mengevakuasi Risma.
"Ya Allah mbak, padahal tadi kita baru saja bertemu. " Gerutu Halimah.
Tubuh Risma segera di bawa ke puskesmas terdekat menggunakan mobil tetangganya. Halimah tak sanggup untuk ikut karena keadaannya sendiri masih syok dan lemah. Hanya Sita kakak iparnya dan suami Risma yang ikut dalam mobil itu.
Setelah mobil itu pergi ke puskesmas Halimah dibantu Katinem untuk bangkit dan kembali ke rumah. Wajah mereka masih terlihat sangat syok, kejadian ini sangatlah tiba-tiba membuat Halimah juga merasa bingung. Fikirannya terasa kacau, terlebih ia baru di tinggal menikah oleh suaminya dan kini ia harus melihat kakak iparnya celaka seperti itu.
Halimah terduduk di sofa ruang tamu dengan wajah pucat, tak lama Rafa datang dengan motornya. Ia memarkirkan motornya di depan rumah mbahnya dan segera masuk ke dalam rumah.
Halimah menatap wajah putranya itu, ia juga tak tega melihat wajah Rafa yang sedih dan kusut.
"Bagaimana Le, benar kan yang mamak bilang? "
Rafa hanya mengangguk, " Iya Mak, bapak gak ada di kos. Kata temannya dia menikah di tempat wanita itu. " setetes ayar jatuh dari ujung netranya.
Halimah menarik tangan Rafa dan memeluknya erat, Rafa menangis di pelukan Halimah. Ia tak kuasa menahan air mata yang sedari tadi di tahannya.
"Sudah Le, iklaskan bapak kamu itu. Mungkin dia memang sudah tidak menginginkan Mak e. "
"Iya Mak, hanya saja ini terlalu mendadak. Walaupun bapak sudah tidak mau dengan Mak e, tapi setidaknya bapak bilang ke aku Mak! " Bentak Rafa.
Halimah mengelus puncak kepala Rafa dengan lembut, "Begitulah bapak mu Le, kamu harus sabar dan menerima semua ini. Dan bagaimana kalo mamak minta bercerai dari bapak kamu? mamak gak mungkin sanggup di madu Le, "
"Iya Le, biarkan mamak kamu bercerai ya. Siapa yang sudi suaminya menikah lagi, istri satu saja selalu bersikap kasar bagitu apa lagi dua, apa bapakmu bisa bersikap adil yang ada mamak mu selalu sakit hati di buatnya. " ujar Katinem.
Rafa mengusap air mata yang ada di pipinya, ia duduk di samping ibunya. " Iya Mak, cerai saja. Aku gak akan biarkan bapak menyakiti mamak lagi. Aku juga tidak sudi punya ibuk tiri. " Tutur Rafa.