Pernikahan yang bermula dari sebuah perjodohan , Membuat Amira berpikir akan menjadi sebuah pernikahan yang langgeng...Karena dari pihak Amira maupun pihak Reza sama sama sepakat dan menyetujui akan perjodohan ini..
Namun siapa sangka pernikahan yang sudah berjalan tiga tahun akhirnya di terpa badai , dengan hadirnya orang ketiga...yang menjadikan pernikahan Amira menjadi neraka untuk dirinya sendiri.
Bagaimanakah Amira bisa menghadapi sebuah pernikahan yang bagaikan neraka dalam hidupnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wildat Dzi Wildat Dzi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
Setelah agak tenang. Amira bangun dari duduknya dan segera membilas tubuhnya, mengambil handuk yang tersampir di belakang pintu dan segera keluar dari kamar mandi.
Amira berjalan terseok seok menuju kamarnya sendiri.
Sementara Reza, dia sedang asyik telfonan dengan sang kekasih. Tanpa sedikit pun memikirkan keadaan istrinya yang dia tinggalkan begitu saja.
Begitu sampai di kamarnya, Amira segera berganti baju dan naik ke atas tempat tidur. Dia ingin mengistirahatkan tubuh dan pikirannya sejenak, dari pelik nya rumah tangganya.
Tak perlu menunggu lama Amira pun terlelap.
***
Keesokan harinya di Pagi yang cerah, Amira sudah tampak berkutat di dapur. dia sedang menyiapkan sarapan.
Amira tidak membangunkan suaminya hari ini. sebab, sewaktu Amira keluar dari kamar untuk ber wudhu dia sudah melihat sang suami bangun.
Pukul enam pagi Reza sudah tampak duduk di meja makan dan menyantap sarapannya tanpa sepatah kata pun.
Dia benar benar malas berbicara dengan Amira.
Apalagi, pasti kemarin itu ulah istrinya yang mengadu kepada sang ibu dan meminta ibunya untuk datang dan melihat langsung perselingkuhannya.
Reza menghembuskan nafas kasar. jika mengingat kembali kejadian semalam.
Selesai sarapan Reza memberikan beberapa lembar uang merah sedikit tebal.
Dia menaruhnya di meja makan dan langsung berkata.
"Ini upah para pekerja tanam jagung. Kamu antarkan ke rumah Abdul supaya di bagikan kepada yang lain" ucap reza seraya menggeser uang itu agak mendekat ke Amira.
"Iya Mas, selesai sarapan aku antar" Amira berkata seraya menganggukkan kepala.
tanpa menunggu Amira selesai sarapan, Reza tampak langsung meluncur keluar.
Karena hari ini dia ada urusan dengan temannya di kabupaten kota.
***
Uang sudah di sakunya Amira berganti baju, mengambil hijab instan dan langsung menyambar kunci motor dan lekas keluar.
Di perjalanan dia teringat Zahir anak sahabatnya. Ya...rumah yang akan dia kunjungi adalah rumah Rani sang sahabat dan Abdul adalah suami Rani.
Jadi, Amira memutuskan untuk membelikan beberapa cemilan dulu untuk anak sahabatnya itu sebagai buah tangan.
Sesampainya di toko, Amira memilih beberapa cemilan dari yang manis, gurih, dan pedas karena khusus yang pedas untuknya dan Rani.
He he...maklum lah kalau sudah duduk dengan sahabat pasti kurang afdol kalau tidak ada cemilannya.
Satu kresek agak besar sudah di tentengnya, Amira keluar dari dalam toko. Langsung menuju motornya dan bergegas meluncur ke rumah sang sahabat.
Dan tanpa Amira sadari. Sedari tadi ada dua pasang mata bak elang yang melihatnya intens. Tatapannya sulit di artikan, suka kah benci kah tak ada yang tau arti sorot mata tajamnya itu.
Dialah Arga. Ya...Amira mendatangi toko keluarga Arga. Karena di sana sudah tergolong toko yang komplit, segala sesuatu tersedia di sana.
Sebenarnya Arga sudah mengetahui kedatangan Amira waktu masih di parkiran. Karena tidak ingin membuat Amira canggung. jadi, Arga meminta Silvi adiknya untuk duduk di belakang meja kasir. Dan dia keluar lewat pintu belakang.
Sesampainya di halaman rumah Rani. Ternyata keluarga kecil itu sedang duduk santai sambil menemani Zahir bermain di halaman.
Reni tersenyum dengan kehadiran Amira. sedangkan Abdul sudah tersenyum simpul sebab, dia tau maksud dan tujuan Amira ke rumahnya. Apalagi kalau bukan gajian. He he...
"Zahir sini...tante Mira bawa cemilan banyak lho...!!" teriak Amira memanggil Zahir.
Zahir langsung berlari menghampiri Amira.
"Masuk yuk Mir...lebih enak di dalam lho!" ajak Rani. Karena Amira langsung mendudukkan diri di teras depan.
"Tidak usah lah Ran...lebih enak di sini kok" tolak Amira.
Rani hanya menganggukkan kepala menyetujui.
"Ini mas Abdul, gaji para pekerja tanam jagung. Dari Mas Reza". Amira menyerahkan uang itu kepada suami Rani.
"Iya terima kasih. Nanti biar aku bagikan kepada yang lain ya Mir!" Abdul menerima uang dari tangan Amira.
Dan Amira mengangguk menyetujui.
Amira tersenyum melihat Zahir yang sangat suka dengan ice cream yang dia bawakan bahkan mulutnya sampai belepotan.
"Nanti kita beli bakso ya dek..kan hari ini mas gajian?" ucap Abdul kepada sang istri seraya tersenyum hangat.
Rani mengangguk anggukan kepalanya antusias.
"Bapak aku mau pentol yang ada telurnya ya pak" pinta bocah umur lima tahun itu.
"Siap komandan" Abdul memperagakan hormat kepada sang anak.
Amira serasa ter cubit hatinya melihat kesederhanaan dan kehangatan keluarga Rani.
Walaupun hidup serba pas pasan namun, mereka terlihat begitu bahagia dan harmonis.
Sangat berbanding terbalik dengan dirinya.
Walaupun ada uang. bahkan, Amira bisa di bilang tidak pernah kekurangan. Namun, kebahagiaan serta kehangatan itu tidak bisa dia dapatkan di dalam rumah tangganya. Hanya sesak dan air mata yang dia rasakan.
Pandangannya berkaca kaca. Dia segera mendongakkan kepalanya tak ingin air mata menetes di depan sahabatnya.
Amira tidak ingin sang sahabat mengetahui kegaduhan hatinya.
Mereka bertiga masih saling diam dengan pikirannya masing masing.
Dan tanpa di duga. Tiba tiba saja seseorang datang dan langsung menarik paksa lengan Amira.
PLAK
Genata menampar Amira begitu saja. tatapannya begitu sengit.
Abdul dan juga Rani maupun Amira begitu terkejut, kejadiannya begitu cepat dan Amira belum sempat menghindar.
"Pasti kamu kan yang kemarin sengaja ngasih tau ibunya Mas Reza. Tentang hubungan kami, iya kan!! supaya apa?? Supaya Mas Reza menghindari aku dan tidak jadi menceraikan kamu!!! Iya kan...??".
"hey...Ondel ondel!! Apa kau tak pernah di ajari sopan santun??bertandang ke rumah orang tanpa salam dan langsung main kekerasan fisik! Tak punya etika kah dirimu itu hah...!!!" Rani begitu geram dengan tingkah laku perempuan di depannya ini.
Bukan dia tidak tau siapa perempuan yang memakai full makeup ini. Dia sangat mengenali wajahnya. Dia pernah beberapa kali tanpa sengaja melihat perempuan ini berjalan bersama suami sahabatnya.
Amira masih terlihat tenang. Tidak terpancing emosi.
"Dengar ya mba, saya tidak pernah mengatakan apapun kepada mertua saya...dan kejadian kemarin itu murni atas ijin Allah yang ingin memperlihatkan kelakuan tak terpuji kalian!".
Amira sama sekali tidak memikirkan rasa sakit di pipinya, karena yang dia pikirkan sekarang adalah bagaimana dirinya menjelaskan kepada sang sahabat tentang keadaan rumah tangganya yang sesungguhnya.
"Kau dengar sendiri kan ondel ondel apa yang di katakan Amira!! Jika kau masih tak mendengar juga. Biar aku pinjamkan toak masjid. Supaya kau bisa mendengar dengan jelas!".
Genata menatap Rani penuh permusuhan.
"Hey...dengar ya, Nama saya itu Genata bukan seperti yang anda sebutkan tadi. Masih punya mata kan! Tidak rabun kan! apa perlu saya belikan kaca mata dulu kamu, baru bisa lihat kecantikan saya" Genata berucap begitu sinis kepada Rani.
Rani tersenyum miring.
"tidak perlu lah repot repot kau belikan aku kaca mata. Kalau memang situ ada uang lebih, belilah kaca yang berukuran besar supaya kau itu dapat berkaca dengan benar. Tak lihat kah kau kalau Reza itu sudah beristri. Apa sebegitu tidak lakunya dirimu! Sampai sampai suami orang pun kau embat. Dasar gatal...!!!".
Puas rasanya Rani bisa mencaci maki perempuan gatal satu ini. Yang sudah merusak rumah tangga sahabatnya.
"heh! Dengar ya, Ak..._"
"Tidak usah dengar dengar. Karena kami tidak ingin mendengarkan mu. Sekarang cepat pergi dari rumahku kalau tidak! Aku akan teriak memanggil warga desa untuk mengusir mu secara paksa!!" kecam Rani.
Dan tanpa babibubebo Genata segera meninggalkan tempat itu.
Dia begitu kesal karena di hina habis habisan. Dan akan mengadukan segala hal yang di alaminya ini kepada Reza.
Amira hanya menatap kosong kepergian Genata. Dirinya pun sudah bersiap kalaupun akan di cecar banyak sekali pertanyaan dari sahabatnya.
Assalamualaikum...sahabat samua🥰🥰🥰
aku minta dukungannya ya...
Ini karya pertama aku, hanya karya receh yang mudah mudahan dapat di terima di hati kalian semua.
Mohon like dan komennya ya🙏🙏🤗🤗