Telah Terbit Cetak Bersama Platinum Publisher X NovelToon ~
"Aku menyerah karena suamiku memilih
menciptakan cap jari diatas surat gugatan perpisahan demi mengucap akad dengan wanita lain,"
Dikta Nadira, seorang Motivator Pernikahan yang menikah dengan sosok Dosen Sosiologi bernama Robby Dreantama.
Pernikahan mereka yang terjadi akibat sebuah kesepakatan berujung kecewa disaat mereka sadar bahwa Noda Merah telah tercipta diatas buku nikah mereka dan Dikta memilih diam.
Dikhianati, bahkan melihat suaminya bercinta dengan wanita lain dihadapannya benar-benar menghancurkan hidup Dikta. Sehingga sampai pada kata Talak itu keluar.
Dikta menganggap akan menemukan jalan baru dalam kehidupannya malah kehilangan pijakan hidupnya, namun satu yang menjadi masalah, disaat mereka resmi berpisah fakta mempertegas bahwa Dikta tengah mengandung anak dari Robby.
Robby yang enggan mengakuinya membuat Dikta kembali merasa terpukul dan bertekad membuka lembaran baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31. Assalamualaikum, Robby Pamit
Datang untuk pergi.
Begitulah siklus kehidupan kadang ada yang datang memang untuk pergi.
Jangan pernah menerima yang datang terlalu dalam dan melepas yang pergi terlalu kecewa.
•
"Assalamualaikum,"
Sudah menjadi suatu kebiasaan di Indonesia jika memasuki rumah ada walaupun tidak ada penghuni didalamnya pasti akan mengucapkan salam.
Begitu yang dilakukan Mama Reni dan Dikta saat mereka masuk kedalam rumah, Adam yang mengantar mereka berdua malah berdiri di teras antara ingin atau enggan masuk kedalam rumah.
"Nak Adam? Kenapa ada disitu? Masuk sini," ajak Mama Reni yang membuat Adam sadar dari lamunannya.
"Eh iya Mama mertua, eh," Adam tersentak atas kalimat spontan nya.
Sedangkan Mama Reni dan Dikta memilih saling melempar pandangan kemudian tersenyum, Adam melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa tepat di hadapan Mama Reni dan Dikta duduk.
"Makasih yah Nak Adam sudah mau antarin Mama dan Dikta, Nak Adam mau singgah dulu? Biar Mama buatkan," tawar Mama Reni yang membuat Adam segera melambaikan tangannya menolak.
"Gausah, Ma, lagipula Adam ada kerjaan dan mau langsung pergi kok, gausah repot-repot,"
Adam berdiri dan hendak pamit dari sana sebelum suara pintu terbuka menghentikan langkahnya membuat Adam, Mama Reni dan Dikta melihat ke arah tersebut.
Ada Robby disana, Robby datang dengan membawa tas dan koper, dengan raut wajah sulit di tebak Robby berjalan ke arah Mama Reni dan Dikta.
"Robby? Kamu mau kemana nak?" tanya Mama Reni pada Robby.
Robby tidak menjawab, tatapannya kosong, ia melepas tas-nya kemudian berlari bersimpuh dan bersujud dihadapan Mama Reni. "Maafkan Robby. Ma."
Mama Reni tersentak, ia mengusap kepala Robby yang kini berurai air mata di atas punggung kakinya, Mama Reni ingin menarik Robby berdiri namun Robby menolak dan memilih dalam posisi tersebut.
"Robby sudah banyak membangkang sama Mama, Robby sudah banyak menentang Mama, Robby anak durhaka Ma, Maafkan Robby," ujar Robby penuh penyesalan.
"Maaf seorang ibu akan selalu ada untuk anaknya sayang," ujar Mama Reni yang kali ini berhasil membuat Robby berdiri. "Mau bagaimanapun kamu adalah anak Mama."
Mama Reni mengusap air mata Robby dan mengambil Robby ke dalam pelukannya, Dikta dan Adam yang melihat itu ikut sedih dan memilih membuang muka.
"Kamu kenapa bawa koper begini, kamu mau kemana?" tanya Mama Reni pada Robby.
"Setelah semua yang terjadi, Robby memilih pergi dari kota ini, memulai kehidupan baru Ma, Mama jangan khawatir Robby akan selalu mengabari Mama. Dimanapun Robby berada," jawab Robby pada Mama Reni.
"Kamu mau ninggalin Mama?"
"Bukan Robby mau ninggalin Mama, tapi berada ditempat ini sama saja mengulang semua lembaran kelam yang pernah terjadi dalam hidup Robby, maafkan Robby,"
Robby kemudian berjalan ke arah Dikta, kini mereka berdua dalam posisi saling berhadapan, Dikta menatap Robby sekilas sedangkan Robby malah tersenyum.
"Senang melihatmu bahagia, dimanapun aku berada aku akan selalu mendoakan mu, Dikta, terimakasih sudah mengajarkan ku arti kehidupan, dan terima kasih untuk semua kesempatannya," Betapa hancurnya hati Robby mengucapkan kalimat itu karena itu sama saja dengan dia melepas Dikta selamanya dan sudah tidak mengharapkan mereka berdua bersatu kembali.
"Ingat Allah Bang, mungkin Allah cemburu sehingga ia memberikan mu cobaan, Allah sedang menunggumu mendekatkan diri padanya," jawab Dikta yang membuat Robby mengangguk.
Robby kemudian berjalan ke arah Adam dia tersenyum dihadapan Dokter tersebut dan langsung memeluknya, kini mereka berdua saling berpelukan.
"Aku titip Dikta, kuharap kau bisa memberikannya surga yang tidak pernah aku berikan," bisik Robby yang hanya didengar oleh mereka berdua.
Adam tersenyum kemudian menepuk pundak Robby. "Aku tidak akan mengecewakanmu."
"Dan kau tahu? Sudah takdirmu merebut istriku, selamat, kau mendapatkan surga terbaik," bisik Robby kembali sebelum mereka melepas pelukannya.
Robby kemudian berjalan ke arah pintu rumah disambut tatapan sedih dari mereka semua, sejenak Robby membalikkan badannya menatap wajah-wajah itu. "Assalamualaikum, Robby pamit."
•
•
•
TBC
sehat dan semangat terus ya
hihihi, biasanya manggil kak atau mak..
tapi berhubung authornya lebih muda dan ternyata cowok pula, maka aku panggil dek othor saja yah, hehe..
ceritanya bagus, tapi menurutku alurnya terlalu to the point banget..
kurang panjang dan halus dikiiiit aja..
emang wajar sih, kalau cowok ngarang itu umumnya selalu to the point dan gak bertele-tele, karena mereka tercipta dominan akal (logika)..
nah kalo authornya cewek, gaya bahasanya bakalan sedikit panjang bahkan ada yg sangat bertele-tele, karena cewek dominan perasaan..
tapi, overall novel ini bagus banget..
mana diselipin ilmu2 agama yg sangat bagus dan tentunya menanbah menambah ilmu agama kita para reader Muslim..
bagi non Muslim pun, bisa jadi tambahan pengetahuan jg..
keren banget dah pokoknya..
semoga sehat selalu ya dek..
tetap semangat berkarya dan semoga sukses selalu dimanapun dan dalam kondisi apapun..
barokallahu fiik.. 🙏🏻