NovelToon NovelToon
Terpikat Pesona Suami Brondong

Terpikat Pesona Suami Brondong

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Nikahmuda / CEO / Pengantin Pengganti / Cinta Paksa
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Gagal menikah dengan calon tunangannya tidak membuatnya putus asa dan tetap kuat menghadapi kenyataan.

Kegagalan pertunangannya disebabkan karena calon suaminya ternyata hanya memanfaatkan kebaikannya dan menganggap Erina sebagai wanita perawan tua yang tidak mungkin bisa hamil.

Tetapi suatu kejadian tak terduga membuatnya harus menikahi pemuda yang berusia 19 tahun.

Akankah Erina mampu hidup bahagia dengan pria yang lebih muda darinya??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 2

Erina terjatuh ke dalam air karena kepalanya yang tiba-tiba pusing, penglihatannya berkunang-kunang sehingga dia berjalan sempoyongan dan kakinya yang tergelincir.

Byur!!

“Ahhh!” Teriaknya sebelum terjatuh ke dalam dasar sungai malam hari itu.

“Hey! Jangan bundir!” Teriak seorang pria yang menganggap kalau Erina berniat bunuh diri.

Dia gegas memarkirkan motornya sembarang tempat dan berlari cepat untuk menolong Erina, tapi usahanya sia-sia karena Erina sudah terjatuh ke dalam sungai.

Pria itu celingak-celinguk mencari keberadaan Erina, tapi tidak ditemukan keberadaan wanita cantik itu.

“Astaga dragon! Kenapa semakin banyak saja orang-orang yang nekat mengakhiri hidupnya karena gara-gara putus cinta,” tebaknya yang sok tahu.

Pria itu mengambil hpnya dan mulai menyenter ke bawah hingga tatapan matanya tertuju kepada sebuah tangan yang terus menggapai ke atas karena tubuhnya timbul tenggelam.

Pria itu tanpa berpikir panjang langsung terjun bebas dari atas jembatan yang airnya cukup dalam.

Erina sebenarnya bisa berenang tapi, kakinya kram sehingga dia kesulitan untuk menyelamatkan diri.

“Astaghfirullahaladzim kenapa kakiku nggak bisa digerakkan?”

Arus air semakin deras karena debit air sungai bercampur dengan air hujan mengakibatkan Erina semakin kesulitan untuk berenang ke tepian sungai.

“Ya Allah maafkan atas semua salah dan khilaf hamba. Mama, Papa maafin Erina.” Cicit Erina yang tubuhnya semakin terseret arus aliran sungai.

“Hey! Apa kamu baik-baik saja!?” Tanyanya pria itu yang ingin memastikan apakah penglihatannya tidak salah.

Pria itu semakin mempercepat gerakan renangnya meski dia pun kesulitan untuk melakukannya karena kondisi air sungai yang keruh menghambat usahanya.

“Tolong! Aku belum siap mati!” Erina membalas teriakan orang yang berusaha menyelamatkannya.

Butuh waktu lama hingga pria itu bisa memegang tangannya Erina yang hampir saja terseret jauh oleh arus derasnya air malam itu. Tubuh keduanya terbawa arus derasnya air sampai beberapa meter jauhnya.

Kondisi Erina pun tak sadarkan diri karena terlalu banyak air masuk kedalam tubuhnya melalui telinga dan mulutnya.

“Bertahanlah, aku akan berusaha untuk menyelamatkanmu,”

Pria itu memeluk tubuh Erina dan berjuang sekuat tenaga membawa Erina yang sudah pingsan ke tepian sungai.

Petir dan guntur saling bersahut-sahutan, angin semakin bertiup kencang begitupun hujan yang membasahi bumi semakin lebat pula.

“Baru kali ini gue ketemu dengan perempuan yang bodinya hampir sama tinggi denganku,” gerutunya yang nafasnya ngos-ngosan.

Karena bobot tubuh sang polwan cantik yang tinggi semampai sehingga menyulitkan proses penyelamatannya.

Tapi karena, niatnya yang tulus dan pantang mundur sehingga dia berhasil menyeret tubuhnya Erina ke hulu sungai.

Pria itu menidurkan Erina di atas rerumputan, dia mengatur nafasnya yang tersengal-sengal karena kelelahan.

“Alhamdulillah akhirnya berhasil juga menyelamatkannya. Semoga saja masih hidup,” lirih pria itu yang ikut berbaring di atas rumput sambil mengatur nafasnya.

Air hujan mengenai wajahnya tak dipedulikannya yang paling penting saat ini dia bisa mengatur pernafasannya terlebih dahulu.

“Gue harus bawa kemana wanita ini?” Akmal kebingungan.

Dia memperhatikan sekitarnya dan senyuman tersungging di bibirnya ketika melihat ada rumah-rumah kecil yang berdiri tidak jauh dari tempat mereka berada.

“Untuk sementara berteduh saja di sana kalau hujannya reda barulah kami balik ke rumah,” gumamnya sambil menggendong Erina layaknya karung beras.

Tubuhnya yang tinggi atletis, otot bisep lengannya nampak terbentuk dengan baik selayaknya otot yang sering ditempa di tempat gym.

‘OMG! Kenapa perempuan cantik ini tubuhnya sungguh berat, apa seberat dosanya yah?’ keluhnya.

Hanya butuh beberapa langkah saja mereka berdua sudah sampai di depan balai-balai yang tak berpenghuni itu.

“Gelap juga, apa memang nggak pernah ada orang yang datang ke sini?”

Pria itu menidurkan tubuhnya Erina, tapi pandangannya malah tertuju pada buah dadanya Erina yang nampak terekspos karena baju yang dikenakan oleh Erina sudah basah sehingga nampak tembus pandang.

Pria itu mengusap wajahnya dengan kasar,” astaghfirullahaladzim kenapa ukurannya pas banget dengan kepalan tanganku, kayaknya 34/85.”

Pria itu langsung menepuk pelan bibirnya yang keceplosan karena malah memikirkan ukuran size cup milik Erina.

“Astaghfirullah aladzim maafkan Akmal ya Allah, ampuni hambaMu yang tak berdaya ini telah melihat hal-hal yang tak sepantasnya aku lihat, tapi apakah ini namanya nikmat mana lagi yang kamu dustakan,” cicitnya Akmal.

Akmal Amelio Arshaka pemuda berusia 19 tahun adalah mahasiswa jurusan pertanian semester 4. Dia adalah pendatang yang merantau di ibu kota Jakarta demi cita-citanya menjadi seorang insinyur pertanian.

Anak dari dua bersaudara dan kebetulan dia adalah anak kedua dari pasangan Bu Ulfa dan Pak Raffi.

“Bukan gue yang salah yah Allah masalahnya branya perempuan ini sendiri yang nampak di mata mau tidak mau pasti gue pelototin, tapi nggak apa-apa juga lihat-lihat dikit-dikit mumpung belum sadar.”

Lanjutkan dek itu namanya rezeki nomplok atau bisa dibilang jackpot besar kapan lagi bisa berada dalam posisi seperti itu kan? Pikiran kotor othor jangan ditiru yah dek yah jangan Hihi.

Keheningan terjadi di dalam gubuk kecil yang hampir reog itu, Akmal mencari benda apa saja yang bisa dipakai nya untuk menutupi tubuhnya yang tiba-tiba menggigil menahan dinginnya udara malam itu.

Akmal menghela nafasnya dengan berat karena tidak ada apapun yang bisa dipakai untuk menutupi tubuhnya dengan Erina.

Akmal menepuk keningnya karena baru teringat kalau Erina belum sadar.” Astaganaga! Kenapa gue sampai melupakan kalau wanita cantik ini belum siuman.”

Akmal mulai membantu Erina agar segera sadar, ia melakukan segala cara untuk menyadarkan Erina.

Akmal memeriksa jalan nafas,” Alhamdulillah masih hidup.”

Dia kemudian melakukan resusitasi jantung paru-paru atau lebih dikenal dengan nama CPR.

“Ayo bangun Mbak, apa Kamu nggak capek tiduran mulu kayak putri tidur saja, jangan-jangan Lo ga nelan air tapi malahan makan apel beracun,” celotehnya Akmal sambil terus menekan dadanya Erina tapi usaha itu sia-sia.

Akmal mulai memeriksa tanda-tanda vital pada tubuhnya Erina,” Alhamdulillah bagus tapi kenapa belum sadar juga. Kenapa sih Mbak doyan amat tidur cantik kayak gini.” Akmal bersungut-sungut.

Akmal kebingungan untuk melakukan pertolongan terakhir atau gimana karena mereka bukanlah saudara lebih-lebih bukan mahram ataupun muhrim.

“Nggak ada jalan keluar lainnya sebaiknya gue berikan pernafasan buatan dan semoga saja secepatnya siuman,”

Akmal melakukan nafas buatannya, percobaan pertama gagal, kedua pun sama.

Akmal sampai-sampai frustasi dibuatnya meskipun ada keuntungan terselubung yang dia dapatkan dengan memberi nafas buatan.

“Bibirnya manis banget,” ceplosnya.

Akmal kembali merutuki kebodohannya.

“Bismillahirrahmanirrahim moga saja ini berhasil,”

Akmal melakukan berulang-ulang upayanya yang belum berhasil tapi, kali ini berhasil. Erina terbatuk-batuk sampai-sampai banyak air yang keluar dari mulutnya. Akmal tersenyum gembira karena akhirnya Erina sadar juga.

“Syukur Alhamdulillah makasih banyak ya Allah,” Akmal sampai-sampai bersujud saking bahagianya melihat Erina yang sudah sadar.

Erina melirik ke arah pria yang berbicara tepat di sampingnya.

“Kamu siapa?” Tanyanya Erina yang suaranya cukup lirih.

“Gue orang yang dikirim oleh Allah SWT untuk menolong wanita yang hendak bunuh diri,” jawabannya Akmal.

Erina berusaha mengingat-ingat apa yang sudah dialaminya hingga dia teringat ketika terjatuh dari atas jembatan

“Makasih banyak sudah rela menolongku untungnya kamu membantuku, tapi kita sekarang ada dimana?” tanyanya sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan sempit itu.

“Panjang kalau gue jelasin sama Mbak, yang jelasnya jangan sekali-kali coba-coba untuk mengakhirinya hidup Mbak dengan cara bunuh diri. Untungnya gue kebetulan lewat jadi Mbak terselamatkan,” imbuhnya panjang lebar.

“Jam berapa sekarang? Aku harus balik ke rumah pasti kedua orang tuaku khawatir dengan keadaanku,”

“Kayaknya sudah jam dua belas malam lewat sedikit,” jawabnya.

Akmal melihat ke arah jam tangannya yang anti pelakor ehh anti air maksudnya. Benar apa yang diperkirakannya jarum jamnya menunjuk pukul dua belas lewat 38 menit.

“Besok pagi saja, kita barengan baliknya,” balasnya.

Keduanya sama-sama mencari tempat yang ternyaman untuk beristirahat mengistirahatkan tubuh keduanya.

Akmal tidur sambil bersandar di dinding dalam keadaan kedinginan begitupun juga yang dialami oleh Erina. Tapi, mau bagaimana lagi karena di luar sana hujan semakin turun dengan lebat. Tidak mungkin pulang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

Gemuruh petir disertai halilintar menyambar pohon yang tidak jauh dari tempat mereka menginap.

Angin semakin bertiup kencang membuat suasana tengah malam itu semakin terasa mencekam. Dingin semakin merasuki tubuh dan jiwa mereka.

Hingga tanpa mereka sadari mereka sama-sama terlelap tidur dalam keadaan hanya memakai pakaian yang basah. Tubuh mereka sudah kelelahan hingga seperti tak bertenaga bergerak saja tidak bisa apalagi untuk berjalan pulang sampai ke jembatan.

Ayam jantan berkokok lantang di pagi hari itu, entah itu ayam milik siapa coba milik emak daeng pasti sudah aku potong menjadi ayam goreng Upin Ipin hehe.

Keduanya semakin terlelap dalam tidurnya tanpa peduli dengan kendaraan mereka yang terparkir dengan asal di sekitar jembatan.

Brak!!

Bruk!!

Prang!!

Suara ribut-ribut dan gaduh itu tidak membuat keduanya segera bangun malah semakin mengeratkan pelukannya.

Suara yang cukup menggelegar mengalahkan suara petir mampu membangunkan kedua anak manusia itu.

“Bangun!! Apa yang kalian lakukan!?”

Keduanya sama-sama mengerjapkan kelopak matanya tapi, mereka sama-sama berteriak histeris ketika tersadar dengan kondisi tubuh mereka.

“Ahhh tidak!” Erina spontan menutup kedua matanya.

Akmal pun sama,” arghh! Kenapa bisa gue gak pakai baju!?”

1
Nurul cahyani
kuis kali
Karmila
hahaha kaget
Karmila
cowok makondo
nuraeinieni
kwkwkw,,,ada saja arshaka,,,tuh ibu yg punya warung udah jelaskan tuh,,kalau yg bersayap itu lebih bagus.
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: haha maklum kagak pernah beli malah beli demi istri 🤣
total 1 replies
Zaini
sabar
nuraeinieni
adem juga hati kalau ipar dan mertua baik dan mau mengajari memasak.
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: ga kayak author nya ehh malah curhat 🤣😂
total 1 replies
nuraeinieni
ya allah kasian erina,,,ternyata trauma dgn sura petasan dan kembang api karna kejadian masa kecilnya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Fitry Resky Nero
hahaha 😂
Inha Khaerunnisa
gawat darurat kalau gini
Inha Khaerunnisa
Badas juga Bu polwan
Inha Khaerunnisa
semoga samawa pengantin baru
Inha Khaerunnisa
sederhana tapi megah dan mewah yah
Inha Khaerunnisa
anak yang baik
Fia ismail
dasar wanita licik Lo
Fia ismail
kayaknya Nafisa sama Bu Ranti
Fia ismail
seharusnya cemaskan dirimu sendiri bukan motore
Fia ismail
anak pinter
Fia ismail
meminta wejangan bagus
Asrianty Qira irwan
hari ini ngomong tua besok pasti cinta
Asrianty Qira irwan
gak bunuh diri tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!