Married With Daddy

Nyonya Frederick tersenyum bahagia melihat Miranda yang bergegas untuk melayani Daniel yang akan bersiap siap untuk berangkat bekerja.

“Aku bisa melakukan sendiri, kembalilah duduk.” Ucap Daniel sambil sibuk mengambil pakaian kerjanya tanpa menoleh ke arah Miranda yang masih hanya mengenakan lingerie sexy itu.

Dengan memasang ekspresi wajah sedih Miranda lalu melangkah mengambil bath robe dan menutupi tubuhnya yang masih memakai lingerie dengan bath robe. Miranda pun kembali berjalan menuju ke sofa.

“Kak Daniel tidak mau Miranda layani Ma, padahal Mama lihat sendiri kan kalau Miranda sudah berusaha untuk menjadi istri yang baik.” Ucap Miranda dengan nada dan ekspresi wajah sedih sambil mendudukkan pantatnya di sofa di dekat Nyonya Frederick.

“Sabar ya Mir, biasa laki laki banyak gengsi nya, sok tidak butuh pada istri. Tapi lihat saja pasti nanti akan tergantung sama kamu.” Ucap Nyonya Frederick sambil menatap wajah sedih Miranda.

“Yang penting kalian berdua sudah bersatu.” Ucap Nyonya Frederick sambil mengusap usap pundak Miranda yang duduk di dekatnya.

Nyonya Frederick masih duduk di sofa di samping Miranda, dia sesekali menoleh ke arah Daniel yang sedang berkemas. Sedangkan Miranda masih melanjutkan sarapannya. Tiba tiba dia merasakan perutnya mual lagi, di saat aroma parfum Daniel menguar tercium di hidungnya.

“Hmmm kenapa perutku mual lagi, bisa bisa Mama Mertua curiga aku sudah hamil.” Gumam Miranda di dalam hati sambil berusaha menahan rasa mualnya. Miranda pun tidak melanjutkan makannya.

Miranda terus menahan rasa mualnya, akan tetapi dia benar benar tidak tahan. Dan selanjutnya dia bangkit berdiri dan berlari menuju ke kamar mandi. Miranda membuka kran air dengan maksimal agar suara air mengucur lebih dominan terdengar. Dan Miranda pun mengeluarkan isi lambungnya tanpa bersuara hoek hoek agar Mama Mertua tidak curiga.

Sedangkan Daniel yang sudah selesai berkemas, berjalan ke arah Sang Mama yang masih duduk di sofa.

“Ma, aku berangkat.” Ucap Daniel sambil mengulurkan tangannya pada sang Mama.

“Tunggu dulu istri kamu sedang di kamar mandi. Kamu harus pamit pada istri kamu.” Ucap Nyonya Frederick sambil mengulurkan tangan nya pada Daniel.

“Ma, aku harus segera berangkat. Dan aku juga harus mengambilkan obat dulu buat Miranda.” Ucap Daniel dan setelah mencium punggung tangan Sang Mama, Nyonya Frederick pun mengernyitkan dahinya.

“Obat apa? Masuk angin? Belum sembuh juga dia.” Ucap Nyonya Frederick akan tetapi Daniel hanya diam saja dan terus melangkah keluar dari kamar nya.

Daniel melangkah menuju ke ruang kerjanya untuk mengambilkan obat pusing dan anti mual untuk orang hamil buat Miranda. Setelah mengambilkan obat Daniel menyuruh salah satu pelayan untuk memberikan obat itu pada Miranda yang ada di dalam kamarnya.

Daniel pun segera melangkah keluar dari Mansion utama setelah pamit pada Sang Papa, dan terus menuju ke tempat mobilnya yang masih terparkir dan segera melajukan mobilnya untuk menuju ke rumah sakit.

Daniel melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, dia ingin segera bertemu dan melihat Bebby. Sesaat tangan kiri Daniel melepaskan dari pegangan kemudinya. Daniel mengusap wajahnya dengan kasar.

“Aku harus segera cari rumah buat Bebby.” Gumam Daniel dalam hati, yang tiba tiba dia ingin tinggal berdua saja dengan Bebby.

“Aku merasa sudah tidak nyaman tinggal di Mansion. Aku harus cari cara agar aku bisa keluar dari Mansion.” Gumam Daniel lagi..

Dan tiba tiba bibir Daniel tersenyum karena dia mendapatkan ide.

“Ahai... aku akan mengajukan pindah tugas saja.” Ucap Daniel dengan senyum lebar dan sorot mata yang berbinar binar. Daniel pun semakin menambah laju kecepatan mobilnya. Rasanya dia ingin menerbangkan mobilnya agar bisa sampai di rumah sakit.

Sementara itu di rumah sakit di ruang rawat Bebby. Bebby sudah sarapan dan minum obat, kondisinya sudah stabil membaik. Eliza pun kini sudah berangkat ke kampus.

Bebby yang kini sudah duduk bersandar tanpa bantuan perawat dan tanpa tempat tidur yang di setting sandarannya. Sedang sibuk chattingan dengan Erna. Dan sesaat kemudian Erna melakukan panggilan video. Bebby pun segera menggeser tombol hijau.

“Beb, besuk aku jemput aja kamu ya.. Ibu Panti juga menyuruh gitu, aku jemput kamu kalau kamu masih mau tinggal di Panti. Ibu Panti tidak bisa menjemput kamu sebab besok ada acara di dinas sosial.” Suara Erna di balik hand phone milik Bebby.

“Merepotkan kamu Er, kamu jemput pakai apa? Pakai motor? Pasti Papa aku tidak mengizinkan karena aku baru saja sembuh. Biar aku pakai taxi on line saja.” Ucap Bebby dengan nada serius.

“Aku pakai ojek on line berangkatnya dan nanti pakai taxi on line pulang nya sama kamu, gimana? Kasihan kalau kamu pulang sendirian Beb.” Suara Erna lagi di balik hand phone milik Bebby.

“Okey okey, begitu juga boleh. Besok aku kabari lagi ya Er, kita naik taxi on line berdua ke Panti. “ ucap Bebby dengan bibir tersenyum. Sambungan telepon pun segera terputus. Bebby menaruh lagi hand phone miliknya di atas tempat tidur di samping pahanya.

Kini tiba tiba senyuman di bibirnya sirna dan matanya pun mulai berkaca kaca.

“Aku harus mulai pelan pelan meninggalkan Papa.” Gumam Bebby di dalam hati dan air matanya pun mulai meleleh dari kedua ujung matanya.

“Nona Bebby kenapa menangis?” tanya Sang perawat bertugas menemani Bebby.

“Tidak apa apa Ners.” Ucap Bebby sambil menghapus air matanya.

“Nona tidak boleh bersedih agar kondisi tidak memburuk lagi, biar besok bisa pulang. Dokter sudah mengatakan tadi kondisi Nona sudah stabil.” Ucap Sang perawat sambil menatap wajah Bebby.

“Iya Ners, aku sudah bertekad harus sembuh dan sehat. Ners lihat kan aku sudah makan banyak.” Ucap Bebby sambil berusaha untuk tersenyum.

Sesaat terdengar bunyi suara ketukan pintu

TOK TOK TOK

Sang perawat pun segera melangkah menuju ke arah pintu dan segera membukakan daun pintu. Tampak sosok Daniel yang sudah memakai jas dokter.

“Selamat pagi Ners..” ucap Daniel lalu segera melangkah mendekati Bebby. Sang perawat pun dipersilakan oleh Daniel keluar dari ruang rawat itu terlebih dahulu.

Ekspresi wajah Daniel terlihat tersenyum bahagia dan terus melangkah mendekati Bebby.

“Selamat pagi Sayang...” ucap Daniel sambil mencium puncak kepala Bebby.

“Papa kok tampak bahagia banget, pasti bahagia karena sudah...” ucap Bebby dan tidak melanjutkan kalimatnya.

“Ihhh kenapa aku masih saja cemburu.” Gumam Bebby di dalam hati yang benci pada perasaannya sendiri di saat dia bertekad untuk menjauh dengan Sang Papa tapi masih saja ada perasaan cemburu di hatinya. Sedangkan Daniel justru tertawa bahagia...