Kejadian tidak di inginkan terjadi, membuat Gus Ikram terpaksa harus menikahi seorang gadis yang sama sekali tidak di kenal olehnya. "Kita menikah, jadi istri rahasia saya " Deg ... Ramiah sungguh terkejut mendengar perkataan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17
"Mas, aku kangen banget sama kamu" Via langsung memeluk tubuh Gus Ikram saat melihat suaminya itu baru saja keluar dari dalam mobil. Jelas interaksi itu di saksikan beberapa santri dan beberapa ustadzah yang melewati mereka. Sebab, Gus Ikram pulang pada saat para santri baru saja keluar dari kelas.
Gus Ikram tersenyum malu saat melihat Ustadz menatapnya. Ia berusaha mendorong pelan tubuh Via, namun Via sama sekali tidak mau melepaskan pelukan itu.
"Via, malu, kita di lihatin sama ustadz dan ustadzah.. ada santri juga." kata Gus Ikram pelan.
Bia cemberut. Wajahnya sudah bertekuk mendengar perkataan suaminya itu, langsung saja ia memisahkan tubuh keduanya.
"Mas Ikram jahat, udah lima hari enggak pulang, tapi sekalinya pulang, di peluk enggak mau." Gerutu Via marah.
Gus Ikram menghembuskan nafasnya kasar, malas merespon gerutuan itu, ia malah menyapa beberapa ustadz yang lewat.
"Assalamualaikum Gus. "
"Wa'alaikum salam, bagaimana mengajari santri ustadz? semuanya lancar? Tidak ada masalah?"
"Alhamdulillah, Masya Allah, santri-santri kita semuanya hebat-hebat. Hafalannya bagus-bagus sekali." Sahut ustadz Karim.
Via yang melihat suaminya malah mengobrol semakin membuatnya bertambah kesal saja. Tangannya terulur, melingkar di lengan Gus Ikram, membuat Gus Ikram tersentak.
"Via, saya-"
"Mas. Ayo kita ke ndalem" tanpa menunggu persetujuan Gus Ikram, Via langsung menarik Gus Ikram menuju ke ndalem, tidak memperdulikan tatapan aneh beberapa santri dan Ustadzah yang melihat mereka.
"Segitunya sama Gus Ikram, padahal Gus Ikram masih mau mengobrol sama ustadz Karim. Ya Allah, Ning Via"
"Hus. Istighfar, enggak boleh ceritain orang. Berdosa." Tegur Ustadzah Zulfa.
Para santri langsung beristighfar.
Di ndalem,
"Assalamualaikum ummi" sapa Gus Ikram, walaupun hatinya dongkol dengan perbuatan Via, tapi Gus Ikram tidak mengabaikan sang ibu yang duduk di depan ndalem.
"Wa'alaikum salam Ikram. Alhamdulillah anak ummi pulang juga. Kamu tidak apa-apa kan Ikram?"
"Ikram baik-baik saja ummi."
"Mau ummi buatkan teh--"
"Mas Ikram mau ke kamar dulu ya ummi, assalamualaikum" sela Via yang tidak memperdulikan perkataan sang mertua.
Gus Ikram mengeraskan rahangnya mendengar Via malah menyela perkataan umminya, apa lagi perempuan itu terus saja menarik tangannya menuju ke kamar mereka.
"Apa maksud kamu seperti itu?!" Pekik Gus Ikram marah, saat keduanya sudah sampai di dalam kamar, emosinya sudah terpantik karena perilaku Via tadi.
Via tersentak mendengar pekikan sang suami. "Mas--"
"Mas enggak pernah mengajarkan kamu seperti itu Via!!! Kamu?! Keterlaluan!" Gus Ikram membuang mukanya ke samping, menekan emosi yang hampir meledak-ledak itu. Bahkan bibirnya tak henti-hentinya mengucapkan istighfar berulang kali.
Via menggeleng, tersenyum kecut. "Di sini siapa yang keterlaluan hm? Aku atau mas yang keterlaluan?! Mas dengan teganya tidak menghubungi aku, selama pergi?! Yang lebih parahnya lagi mas seolah menghilang, ponsel mas sama sekali tidak aktif!" Pekik Via marah..
Gus Ikram tertegun mendengarnya, emosi yang tadi ada langsung tergantikan oleh rasa bersalah yang tiba-tiba muncul. Ya, lima hari ini dirinya telah mengabaikan Via. Ia terlalu fokus pada Ramiah serta bayi yang ada di dalam kandungan istri rahasianya itu.
"Apa mas pikir aku baik-baik aja, iya?! Aku enggak baik-baik aja mas. Ummi dan Abi memang memberikan cinta dan kasih sayang sepenuhnya sama aku! Tapi aku tetap butuh kamu mas?!" Suaranya penuh penekanan, ada nada kecewa di dalamnya.
"Via, mas--"
"Ya aku tau, mas kerja!! Mas kerja demi aku, dan keluarga ini. Tapi aku juga butuh di perhatiin mas. Aku butuh mas!!! Mas suami aku apa bukan sih?! Bahkan sekedar pamit pergi saja enggak mas lakuin?! Mas malah menyampaikannya pada ummi.. mas anggap aku apa? Hiks hiks hiks." Luruh sudah pertahanan Via, air mata yang sedari tadi di tahan olehnya kini jatuh juga. Hatinya hancur berkeping-keping. Semua unek-unek yang di pendamnya selama ini akhirnya keluar juga.
"Aku butuh kamu mas, hiks hiks hiks" Via mengepal kan kedua telapak tangannya, memukul-mukul dada sang suami dengan kencang, melampiaskan rasa sesak di dalam dadanya sana.
Gus Ikram menangkap tangan istrinya itu. "Maaf," kata Gus Ikram lembut.
Via mendongak, matanya yang berkaca-kaca itu bertemu dengan mata hitam legam milik suaminya .
"Mas"
"Maaf kan saya Via. Saya salah."
Via tersenyum, ada sedikit rasa bahagia di dalam hatinya sana. Perlahan ia semakin mendekatkan dirinya pada sang suami, Via menempelkan bibirnya ke bibir sang suami. Hingga ciuman itu terjadi beberapa saat. Namun, setelahnya Gus Ikram melepaskan tautan itu. Lalu melengos ke samping. Entahlah, saat melakukan itu, ia malah terbayang wajah Ramiah.
Sreet
Gus Ikram melepaskan pelukan itu, membuat kening Via berkerut.
"Mas"
"Via, maaf mas lelah, mas juga harus memeriksa berkas." Ucap Gus Ikram dan langsung keluar dari kamar itu.
Via menatapnya dengan tatapan sendu. Tangannya terkepal sempurna, ia tak menyangka akan di tolak seperti ini lagi oleh suaminya itu.
*
"Maaf banget ya, aku jadi enggak bisa ngajakin kamu ke rumah nenek aku. Kerjaan aku numpuk banget di sana, maaf banget ya Mia," kata Saizar penuh dengan sesal.
Ramiah tersentak, kepalanya menggeleng. "Kenapa selalu minta maaf? Kamu sama sekali enggak ada salah." Sahut Ramiah.
"Iya, tapi tetap, aku enggak tepati janji aku. Sorry." Saizar meletakkan kedua tangannya di kedua telinganya membuat Ramiah yang melihat nya tergelak. Lucu sekali ekspresi Saizar .
"Ya ampun, udah, udah" kata Ramiah tak sanggup tertawa.
Saizar terkekeh, suka sekali ia melihat tawa gadis itu. Walaupun Ramiah sudah menjadi istri orang, Saizar tak akan pernah menyerah, karena baginya, Ramiah tidak akan pernah bahagia bersama suaminya itu. Hanya padanya Ramiah bahagia. Mengingat bagaimana cerita perempuan itu tentang status pernikahan mereka.
"Aku janji, setelah pekerjaan aku nanti selesai, aku pasti bawa kamu ke rumah nenek aku. Di sana ada pohon mangga besar banget. Pasti ini lagi buah-buahnya."
Mendengar nama buah yang di sebut, mata Ramiah langsung berbinar. "Aku mau!!!"
"Iya. Sabar ya. Nanti aku usahain pekerjaan aku selesai dengan cepat."
Ramiah menganggukkan kepalanya,
Dan bertepatan saat itu, pintu apartemen itu di buka, dan kehadiran Gus Ikram membuat keduanya langsung menoleh ke arah pria itu.
Rahang Gus Ikram mengetat saat melihat siapa yang ada di dalam apartemen yang di tinggali oleh Ramiah. Rasa amarah langsung menguasai dirinya.
Langsung saja, kakinya mengayun dan menghampiri keduanya.
Sedangkan Ramiah sudah menatap awas keduanya, berbeda dengan Saizar yang masih tetap tenang, bahkan tidak terpengaruh sedikit pun dengan kehadiran suami Ramiah...
bagus karya mu...
mulutnya benar²,
tidak malu dengan gelar ning nya