Di pungut oleh Ayahnya untuk menggantikan adik tirinya menikahi anak haram dari keluarga ternama.
Dia di tolak mentah-mentah oleh anak haram keluarga ternama itu, tapi pada akhirnya dia tetap menikah.
Dia harus menjalani kehidupan rumah tangga yang tidak menyenangkan karena suaminya begitu membenci dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
"Sebelum kau pergi, bolehkah aku tahu siapa namamu?"
Pertanyaan itu keluar dari mulut seorang pria yang tidak sengaja bertabrakan dengan Amaya. Tadinya, Amaya sudah ingin dengan cepat melangkahkan kakinya segera meninggalkan tempat itu karena apa yang harus diserahkan kepada Julia sudah dia serahkan jadi, tentu saja sudah tidak ada hal yang perlu dia lakukan di sana karena berada di lingkungan luar berlama-lama juga akan sangat berbahaya untuknya. Namun, pria itu justru menghentikan Amaya dengan menahan lengan Amaya dan menatap seolah begitu penasaran dengan Amaya.
Sebenarnya, tentu saja Amaya kesal dan juga tidak begitu nyaman ada pria Asia tiba-tiba saja memegang lengannya dan menatapnya dengan tatapan seolah begitu penuh dengan rasa penasaran. Tetapi, Amaya tidak boleh melakukan sebuah tindakan yang akan mengundang rasa penasaran apalagi sampai membuat beberapa pasang mata menoleh ke arahnya, Amaya hanya bisa memasrahkan diri untuk tersenyum sebaik mungkin.
"Namaku, Bella." jawab Amaya singkat dan berburu dia mencoba untuk melepaskan tangan pria itu dan berniat segera meninggalkan tempat tersebut.
Namun, lagi-lagi pria itu menahan dengan Amaya sedikit lebih kuat membuat Amaya mengerutkan dahi sembari menatap pria itu sedikit kesal lalu berkata, "kenapa kau terus menghalangiku?"
Pria itu justru tersenyum seolah-olah apa yang diucapkan oleh Amaya bukanlah hal yang sebenarnya, terlebih lagi, Amaya juga terlihat lebih cantik dan juga menarik saat dia sedikit kesal.
"Baiklah, Bella. Aku sungguh senang karena sudah tahu namamu, dan namamu benar-benar sangat cantik sama seperti wajahmu. Ngomong-ngomong, Apa kau kenalan Julia? Kalau iya apa aku bisa mendapatkan nomor teleponmu dari dia?" tanya pria itu.
Amaya sebentar memalingkan wajahnya sembari menggigit bibir dengan ekspresi wajah yang terlihat begitu kesal. Ini tentu saja adalah hal baik sebagai seorang wanita yang tidak memiliki pasangan. Tetapi, Amaya benar-benar tidak ingin memiliki pasangan karena dia tidak ingin direpotkan dengan masalah hidup yang begitu rumit. Ditambah lagi, saat ini dia sedang tidak boleh yang namanya menjalani percintaan karena itu akan sangat menyita perasaannya dan juga bisa saja membutakan akal serta logikanya.
"Aku benar-benar meminta maaf padamu karena, Sepertinya kau tidak akan pernah mendapatkan nomor teleponku atau kontak lainnya untuk bisa menghubungiku. Aku adalah orang yang sangat miskin, aku tidak memiliki ponsel seperti para gadis lainnya." ucap Amaya sedikit tegas berharap benar pria yang terus saja menahan lengannya itu tersadar dan melepaskan dirinya.
Pria itu terkekeh menanggapi Apa yang diucapkan oleh Amaya. Dia kembali menatap Amaya lalu berkata dengan ekspresi wajahnya yang begitu meyakinkan, "Tidak masalah, kalau memang benar kau sangat miskin, Tentu saja aku tidak masalah memberikan banyak materi kepadamu karena aku cukup kaya."
Amaya membuang nafasnya, berharap benar apa yang dia lakukan itu dapat sedikit saja mengurangi rasa kesal yang sudah menggunung saat itu. Sungguh, Hanya Tuhan saja yang tahu seberapa sabar Amaya yang terus saja harus menahan emosi terlebih saat dia tinggal bersama dengan manusia durjana yang tidak lain adalah, Edward!
"Tuan, saat ini saya tidak sedang berada dalam mood untuk bercanda ataupun saling menggoda dengan pria. Sungguh, Saya tidak merasa kekurangan pria dan juga, Saya tidak sedang memilih sekretariatan kepada seorang pria." ucap Amaya tegas.
Karena sudah tak tahan lagi terus berbicara panjang lebar kepada seorang pria asing, membuang waktu sudah terlalu banyak, Maya memutuskan untuk menepis tangan pria itu lalu dengan segera berjalan menuju tempat di mana para tamu undangan berada.
Pria itu terus tersenyum menatap punggung Amaya lalu berkata, "Hei, ingatlah namaku, Jacob!"
Amaya membuang nafasnya namun dia sebentar menoleh ke arah pria yang menyebut namanya adalah Jacob. Amaya menggelengkan kepalanya, sungguh dia sama sekali tidak tertarik dengan pria seperti itu. Dari pakaian yang digunakan oleh Jacob, pria itu terlihat begitu kaya dan memiliki banyak hal terutama tentang urusan materi. Yah, pria semacam itu tidaklah beda dengan Edward yang akan menganggap semuanya adalah miliknya saat mengeluarkan uang.
Yah, Jacob yang itu adalah saudari diri dari Edward.
Dia datang di pesta pernikahan Julia Si mantan kekasih Ron karena pria yang dinikahi oleh Julia adalah sepupu jauh dari Jacob. Sepupu jauh dari Jacob itu, seringkali mengajak Julia untuk bertemu dengan Jacob dan juga beberapa saudara lainnya sehingga, dia cukup dekat dengan Julia Julia lebih tua dari dia beberapa tahun.
Jacob tersenyum penuh dengan rencana begitu Amaya tak terlihat Lagi oleh matanya lalu bergumam seorang diri, "Gadis secantik itu, mana mungkin begitu miskin seperti yang dia ucapkan? Bukankah akan seru juga jika memiliki pasangan yang wajahnya cantik seperti itu? Tetapi, anehnya kenapa aku seperti pernah melihat wajahnya?"
Di sisi lain.
Amaya berjalan mah mendekati Vanka yang sedang sibuk menikmati makanan yang ada di piringnya.
"Hei, cepat habiskan makananmu kita sudah harus pergi, kita tidak punya banyak waktu lagi!" ucap Amaya berharap benar Vanka dapat menyelesaikan kegiatannya secepat mungkin karena entah mengapa, Amaya merasa seperti ada sesuatu yang membuat hatinya tak tenang.
Vanka mengangguk dengan cepat sembari mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya, lu memasukkan makanan yang tersisa di piring itu dengan segera karena Vanka merasa akan sangat rugi sekali kalau makanannya sudah diambil itu tidak jadi dimakan. Yah, kalau beli di restoran tentu saja harganya akan sangat mahal bukan?
Setelah menghabiskan semua makanan yang diambil pada piring tersebut, Vanka dan juga Amaya memutuskan untuk segera meninggalkan hotel tersebut tanpa menoleh sekalipun ke belakang.
Vanka terus menepuk perut serta dadanya karena dia sangat kekenyangan, sementara Amaya terus merasa begitu tidak tenang seolah-olah akan ada sesuatu yang terjadi tapi entah apa.
Sesampainya di tempat yang ditinggali bersama dengan Ron.
"Jadi benda itu sudah sampai di tangan Julia?" tanya Ron.
Amaya menganggukkan kepalanya. Dia memperhatikan benar bagaimana ekspresi Ron Yang sepertinya sedang mencoba untuk terlihat biasa-biasa saja, padahal sepertinya Ron juga sangat sedih atas pernikahan kekasih hatinya itu.
Mama yang membuang nafasnya lalu kembali menatap Ron dan berkata, "saat menerima kotak hadiah darimu, Dia benar-benar sangat menangis seolah dia begitu merindukanmu dan juga menantikan kehadiranmu. Tetapi, aku juga melihat sorot matanya yang mengisyaratkan bahwa dia juga tidak berdaya dan tidak bisa terus menunggumu yang tidak pernah memberikan kabar sekalipun setelah kau keluar dari penjara. Dia pasti sangat mencintaimu, tetapi kau menolak untuk terus dicintai olehnya. Yah, ya pasti sangat terluka dan juga sedih sekali."
Ujar memalingkan wajahnya sebentar lalu menjawab, "Menikah yang adalah seorang mantan narapidana, adalah hal yang paling memalukan untuk keluarganya. Aku bisa saja menemuinya dan mengajaknya untuk menikah, tetapi, ke depannya Julia akan menanggung kebencian dan juga rasa malu yang sangat besar. Aku sangat mencintai Julia, Itulah kenapa aku melepaskan dia untuk menikah dengan pria yang jauh lebih baik dan pantas untuk dirinya."
Amaya berdecih sebal, bukan sebal mendengarkan apa yang diucapkan oleh Ron, Tetapi dia sebal karena make up yang sangat tebal di wajahnya itu sangat sulit untuk dihilangkan hanya dengan menggunakan toner.
"Ngomong-ngomong, dibandingkan kau terus memikirkan pernikahan Julia dan bersedih seperti itu, Bagaimana kalau kita mulai rencana untuk memberikan serangan balasan kepada keluarga Dorent? Tanganku sudah gatal, kau tahu benar rasanya menahan diri kan?" ucap Amaya yang justru tidak perduli sama sekali dengan Ron yang sudah menunjukkan ekspresi sedih.
lamalama jadi malas baca.
Semoga sukses selalu n lancar rejekinya🤗🤗🤗 ❤️❤️❤️🤲🤲🤲👍👍👍💪💪💪😘😘😘