Rara Artanegara yang dahulu dikenal cukup cantik namun sejak mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai seorang sekretaris PT. GINCU karena permintaan suaminya, Pramana Handoko, bentuk tubuhnya berubah menjadi tak terawat dan cukup berisi. Padahal sebelum menikah ia begitu langsing bak gitar Spanyol.
Pernikahan yang sudah dijalani selama lima tahun, awalnya begitu bahagia namun berakhir dengan luka dan nestapa pada Rara. Sang ibu mertua yang selalu menuntut cucu padanya. Sering berlaku tak adil dan kejam. Begitu juga adik iparnya.
Bak jatuh tertimpa tangga. Dikhianati saat hamil dan kehilangan bayinya. Terusir dari rumah hingga menjadi gelandangan dan dicerai secara tidak terhormat.
"Aku bersumpah akan membuat kalian semua menyesal telah mengenalku dan kalian akan menangis darah nantinya. Hingga bersujud di kakiku!" ucap Rara penuh kebencian.
Pembalasan seperti apa yang akan Rara lakukan? Simak kisahnya💋
DILARANG PLAGIAT🔥
Update Chapter : Setiap hari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 - Pulang ke Tanah Air
Setelah satu minggu Rara melakukan kelas khusus bersama mentornya guna mendapatkan wawasan bisnis baik tips dan triknya serta kepribadian menjadi istri seorang CEO sekaligus Komisaris Utama perusahaan berskala besar, akhirnya hari yang ditunggu pun datang juga. Yakni hari kepulangannya ke Indonesia.
Orang-orang di masa lalunya pasti tak akan mengenali dirinya yang sekarang. Dikarenakan wajahnya telah berubah sejak 1,5 tahun yang lalu.
Setahun dirinya koma. Pasca sadar dari komanya dan sudah pulih, dirinya menjalani operasi bedah plastik untuk membenahi wajahnya yang melepuh dan rusak akibat siraman air panas yang dilakukan ibu mertuanya yang sekarang sudah menjadi mantan ibu mertua.
Setelah selesai operasi dengan memiliki wajah baru dan identitas baru, David pun mendatangkan dokter dan mentor khusus pada Rara guna mengembalikan berat badan Rara.
Tubuh Rara pun diperiksa oleh dokter dan menyatakan tidak perlu operasi sedot lemak. Dikarenakan di dalam tubuh Rara lebih banyak mengandung air, maka bisa cepat turun berat badan asal olahraga yang teratur dan pola makan dijaga.
Selain melakukan saran dokter tadi, Rara pun rutin pergi ke klinik kecantikan guna merawat tubuhnya serta mengembalikan kecantikan kulitnya agar terlihat lebih segar dan tidak kusam. Selama tinggal di rumah ibu mertuanya tempo lalu, dirinya setiap saat menjadi pembantu sehingga tak bisa merawat diri maupun pergi ke klinik kecantikan pun sudah lama tak dilakukannya.
Tampilan Rara yang sekarang sudah jauh berubah seratus delapan puluh derajat. Hal ini membuat Rara yang baru, lebih percaya diri. Dan tak akan ada yang mengenalinya dengan kondisinya yang sekarang. Tubuhnya kembali langsing bak gitar Spanyol dan cantik.
Terlebih David telah menyembunyikan identitas aslinya. Mantan suaminya mengira selama ini dirinya tinggal di Bandung. Sebab David mengetahui bahwa Pram, mantan suami Rara menyewa seorang detektif untuk mencari tahu keberadaan Raranya.
Tentu saja hal itu dilakukan Pram tanpa sepengetahuan Anita dan Ibunya yakni Mama Dian.
David tak tinggal diam dan sengaja mengatur semuanya hingga membuat detektif tersebut mengatakan pada Pram bahwa Rara tinggal di Bandung, di rumah salah satu kerabat jauh mendiang orang tua Rara.
Tentu saja melakukan hal seperti itu tak susah bagi seorang David. Uang memiliki kuasa untuk menutup mulut detektif tersebut sehingga berpihak padanya dan memberikan laporan palsu pada Pram.
☘️☘️
"Sudah siap, Ra?" tanya David seraya menatap wajah istrinya dan menyodorkan tangannya untuk digenggam.
"Sudah, Mas." Rara pun memberikan tangannya pada David untuk balas digenggam.
Sepasang suami istri yang cantik dan tampan ini mantap berjalan melangkah dengan balutan busana mewah yang keduanya gunakan untuk pulang ke Indonesia hari ini. David dan Rara berjalan menuju area khusus di Singapore Changi Airport yang diikuti oleh Leon dan para bodyguardnya.
Rombongan David dan Rara menaiki privat jet milik David menuju Bandara Soekarno Hatta, Tangerang. Sepanjang perjalanan di udara tanpa sadar keduanya saling menggenggam erat. Bahkan tanpa sadar Rara bersandar di pundak David seperti yang biasa ia lakukan sejak kecil bersama lelaki ini jika tengah membutuhkan sandaran.
"Apa aku bisa melakukan semua ini dengan baik, Mas?" tanya Rara lirih.
"Pasti bisa. Bukankah kamu sudah bertekad. Kamu harus bisa mengontrol diri kamu sendiri," jawab David berusaha meyakinkan dan memberi semangat pada sang istri.
"Aku khawatir gak bisa ngontrol emosi melihat wajah mereka yang busuk! Ingin sekali aku tertawa keras di hadapan mereka," cicit Rara terdengar sendu.
"Suatu hari nanti kamu bisa melakukan hal itu di saat yang tepat dan seharusnya. Dan ketika waktu itu telah tiba maka tertawalah sepuasnya dan jangan menangis. Tegakkan dagumu di depan mereka. Karena kamu yang sekarang bukanlah Rara yang dulu yang mudah mereka tindas semaunya. Paham, Ra?" ucap David tegas.
"Iya, Mas. Kamu akan selalu ada di sampingku kan, apapun yang terjadi?" tanya Rara seraya melihat wajah sang suami yang duduk di sampingnya.
"I always with you forever and ever," jawab David dengan tegas dan terdengar lembut penuh cinta, terpancar dari sorot matanya.
Entah siapa yang memulai terlebih dahulu tidak ada yang tahu. Keduanya saling menatap dalam. Mencari jawaban yang ditanyakan hati masing-masing.
Rara yang tengah menelaah cinta yang diberikan oleh David. Sedangkan David ingin memulai lebih berani mendekati Rara yang sudah sah dan halal menjadi istrinya.
Saat kedua bibir akan menyatu di mana Rara sudah memejamkan matanya, mendadak terdengar instruksi dari pilot bahwa pesawat sebentar lagi akan landing di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang.
Otomatis keduanya terlonjak kaget. Duduk yang awalnya menyamping, berubah kembali lurus menghadap ke depan. Tampak keduanya canggung seakan kepergok pihak keamanan tengah berbuat encum di tempat umum.
Rasanya dag... dig... dug...
Rara pun berusaha menetralkan nafasnya sejenak dan membenahi pakaiannya walaupun baju yang ia gunakan masih rapi dan tidak kusut sama sekali. Hal itu hanya untuk mengurangi kecanggungannya.
"Ehem..." dehem David.
David berusaha juga mengatur nafas. Seakan dirinya tengah lari maraton dan saat akan mencapai finish mendadak ingin buang air kecil di toilet. Jadi ia berusaha memukul mundur gejolak yang saat ini sudah berkobar.
Terlebih berdekatan dengan Rara seperti sekarang ini, rasanya ingin sekali mengunci istrinya itu di dalam kamar. Tapi ia berusaha untuk bersabar akan hal itu. Sebab Rara masih memiliki trauma berumah tangga. Jadi ia sudah berkomitmen untuk menjalani step by step.
Tap... tap... tap ...
Langkah kaki mereka bergema di lorong gate penurunan penumpang di area khusus yang memang sepi pengunjung lainnya.
Keduanya berjalan mesra dan bergandengan tangan layaknya suami istri yang romantis nan keluarga harmonis walaupun belum ada buah hati di sekeliling keduanya. Hanya bersama Leon dan beberapa bodyguard yang menjaga mereka di sekitarnya.
Kaca mata hitam bertengger pada wajah David dan Rara dengan sorot pandangan lurus dan dagu tegak ke atas. Mencerminkan orang-orang kelas atas dan rasa percaya diri keduanya sangat terlihat jelas.
Lalu David dan Rara pun memasuki mobil sedan hitam mewah yang akan membawa mereka ke sebuah perumahan elite di Jakarta yang jauh hari telah dibeli David untuk menjadi hunian mereka selama big project pembalasan berjalan.
Rencananya besok, mereka akan pergi bersama ke PT. MENOR, perusahannya, untuk memperkenalkan diri sekaligus rapat penting dengan para staf dan jajarannya. Terlebih mengenai pembahasan tender baru bulan depan yang harus mereka menangkan dari para kompetitor terutama dari PT. GINCU.
"Selamat datang kembali ke Jakarta, Ra. Semoga apa yang kita rencanakan berjalan dengan lancar," ucap David saat keduanya di dalam mobil.
"Amin, Mas."
"Semoga kalian menyiapkan amunisi yang banyak sebelum tangis kalian keluar nantinya," batin Rara dengan sorot mata tajam menatap pemandangan Ibukota Jakarta yang tak jauh berbeda dengan yang ia lihat beberapa tahun lalu.
🍁🍁🍁