Puspa Melita seorang gadis berusia 14 tahun yang harus kehilangan Ibunya dengan cara yang mengenaskan diakibatkan orang ketiga, kematian Ibunya membuat seorang gadis yang dulunya ramah, penuh senyum, dan juga ceria berubah 360° menjadi gadis yang pendiam dan penuh dengan dendam.
Puspa sudah menyusun rencana yang sangat matang untuk membalas dendam kepada orang yang sudah menghancurkan Ibunya.
" Kau hancurkan Ibuku, Ku hancurkan keluargamu. " Puspa melita dengan segala dendam kesumatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda SB, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Waktu terus berlalu tidak terasa hari ini adalah hari di mana sidang perceraian antara Ferry dan juga Vera berlangsung. Kondisi Vera sudah kembali seperti biasa walau pun Vera masih belum bisa menerima jika dirinya menjadi janda karena orang tiga.
Selama menjalani pernikahan dengan Lita Ferry merasakan kebahagiaan yang tidak pernah dia rasakan saat menikah dengan Vera dahulu, apa lagi saat ini Lita sedang mengandung buah hatinya membuat Ferry semakin jatuh cinta pada istrinya itu.
Setiap hari Ferry selalu memberi perhatian dan kasih sayang yang berlebih untuk Lita, sebagai seorang wanita yang kurang mendapatkan kasih sayang dari Ayahnya sudah tentu kasih sayang dan perhatian dari Ferry membuat Lita nyaman dan benih cinta untuk Ferry mulai tumbuh di dalam hatinya.
Tetapi Lita yang tidak pernah percaya dengan yang namanya laki-laki selalu menyadarkan dirinya jangan sampai terlarut dan terbuai dalam permainannya sendiri. Sebisa mungkin Lita membangun benteng yang paling tinggi di dalam hatinya agar cintanya untuk Ferry tidak semakin tumbuh dan berkembang.
" Gawat aku harus segera menyelesaikan ini semua, jangan sampai aku gagal hanya karena cinta bodoh ini. " Batin Lita saat suaminya sedang berlutut dan berbicara dengan calon anak mereka.
Ya, awalnya Lita hanya berpura-pura hamil untuk meluluhkan Ferry agar kembali padanya, Namun sialnya kehebohan Lita malah menjadi kenyataan hingga ia benar-benar hamil dan sedang mengandung buah cintanya bersama Ferry.
" Kamu cantik sekali sayang? " Ferry memuji istrinya setelah dirinya sudah puas berbicara dan mencium perut istrinya yang masih rata.
Bukan hanya memuji Ferry juga memeluk tubuh istrinya dari belakang sambil melihat pantulan diri mereka di depan cermin yang ada di dalam kamar mereka.
" Aku tidak sabar ingin segera melihat perut kamu membesar sayang, pasti sangat cantik sekali. " Ferry berucap sambil membayangkan perut istrinya yang membuncit.
" Kamu ngeledekin aku Mas? Bilang aja kalau perut aku membuncit sudah mirip seperti badut. " Lita menyahut sambil mengerucutkan bibirnya.
" Astaga sayang Mas tidak mengejek kamu loh, malah Mas suka karena itu artinya anak kita sedang tumbuh dengan sehat di dalam rahim Mamanya. " Ferry memuji sambil mencium tengkuk istrinya.
" Mas sudah dong jangan di teruskan nanti yang ada kita gak jadi berangkat. " Lita berucap sambil merasakan sensasi geli yang berasal dari ci**an sang suami.
" Hehehe habisnya kamu semakin hari semakin menggoda sayang. " Ferry berkata sambil tangannya berkeliaran di atas sepasang benda keramat milik istrinya.
Plaaakkk...
Lita memukul tangan nakal suaminya yang ingin masuk ke dalam tanpa permisi.
" Mas tangannya nanti aku ikat dia tralis jendela baru tau. " sembur Lita sambil melotot tajam ke arah suaminya.
" Hehehe siapa tahukan Mas lagi beruntung bisa mendapatkan energi tambahan. " Ferry menjawab sambil tertawa tanpa dosa.
" Huuuh dasar kamu Mas gak ada puasnya padahal tadi malam sudah berjam-jam. " sungut Lita yang kesal.
Saking kesalnya sejak tadi Lita tak henti-hentinya memukul tangan nakal suaminya dengan keras.
" Namanya juga enak sayang ya sudah pasti nagih. " Ferry menjawab dengan gampangnya.
" Kalau begitu ayo kita berangkat saja sekarang, aku tidak sabar ingin segera melihat Mas dan Mbak Vera bercerai. " ujar Lita dengan semangatnya.
Setelah itu Lita melepas pelukan suaminya lalu ia mengajak suaminya untuk keluar dari apartemen yang sekarang menjadi tempat tinggal mereka.
Dengan senang hati Ferry mengikuti langkah kaki Istrinya karena dirinya juga sudah tidak sabar ingin segera mengesahkan perceraiannya dengan Vera agar dirinya bisa segera mendaftarkan pernikahannya dengan Lita.
Setelah sampai di parkiran apartemen, mereka berdua segera masuk ke dalam mobil lalu mobil tersebut segera meluncur ke kantor pengadilan agama. Sampai di sana beruntung mereka belum terlambat karena sidang akan segera di mulai.
Di dalam ruang sidang dada Lita bergemuruh dengan hebat, emosinya kembali memuncak hingga ke ubun-ubun saat matanya melihat sepasang penghianat yang sudah membuatnya kehilangan Ibu dan calon adiknya setelah bertahun-tahun lamanya tidak bertemu.
Tanpa bisa di cegah peristiwa masa lalu kembali berputar di dalam ingatannya bahkan saat detik-detik dimana dia menemukan Ibunya yang tewas dengan gantung diri juga berputar saat melihat wajah dua orang yang sangat dia benci seumur hidupnya. Lita yang sadar emosinya sudah mulai tidak bisa di kendalikan segera mengambil obat yang selalu di bawanya kemana-mana lalu langsung meminumnya saat itu juga. Setelah mengkonsumsi obat tersebut Lita merasa jauh lebih baik dan sudah bisa kembali tenang seperti biasanya.
" Kamu minum obat apa sayang? " Tegur Ferry saat melihat istrinya yang baru saja selesai minum obat.
" Oh ini salah satu vitamin kehamilan yang lupa aku minum Mas. " Lita menjawab dengan tenang agar suaminya tidak curiga.
Dan benar saja Ferry tidak bertanya lebih lanjut karena dirinya percaya jika yang istrinya minum adalah vitamin kehamilan. Setelah itu acara sidang perceraian pun di mulai, berkat bantuan seorang pengacara handal yang sudah Ferry sewa di hari itu juga Ferry dinyatakan resmi bercerai dengan Vera.
Vera yang pada dasarnya tidak ingin bercerai sudah tentu kembali histeris saat hakim mengabulkan permohonan Ferry untuk menceraikannya. Setelah sidang selesai Lita tersenyum bahagia karena sudah melihat bagaimana histerisnya Vera dan bagaimana kacaunya Delia yang menghadapi putrinya yang tidak terima di ceraikan oleh Ferry.
" Sepertinya kamu bahagia sekali sayang? " Ferry bertanya saat di mana mereka yang sedang bergandengan tangan menuju ke parkiran.
" Tentu saja aku bahagia Mas, akhirnya kamu dan Mbak Vera sudah resmi bercerai dan kita bisa segera mendaftarkan pernikahan kita deh. " Lita berdalih sambil bergelayut manja di lengan suaminya.
" Hey j***ng sialan berhenti. " Vera berteriak membuat Lita dan Ferry menghentikan langkah kakinya.
Dengan langkah kaki yang cepat setengah berlari Vera menghampiri Lita dan bersiap untuk menghajarnya namun dengan cepat pula dapat di cegah oleh Ferry yang selalu siap siaga melindungi istrinya yang sedang mengandung.
" Minggir kamu Mas akan aku bunuh wanita j***ng itu? " Vera berteriak mengundang atensi beberapa orang yang berada di parkiran.
" Tidak akan pernah aku biarkan kamu menyakiti istriku Vera. " Balas Ferry sambil menatap Vera dengan tajam.
" Yang harusnya kamu bela itu aku Mas bukan j***ng sialan itu. " teriak Vera lagi namun Ferry sama sekali tidak mau menyingkir dan tetap melindungi istrinya.
Vera masih terus berusaha untuk menyerang Lita yang berlindung di balik tubuh suaminya.
" Lebih baik kamu pergi Vera sebelum kesabaran ku habis. " Balas Ferry dengan suara yang penuh penekanan.
Secara tiba-tiba emosi Vera yang tadinya sangat meledak-ledak secara mendadak langsung menurun dan kedua bahunya jadi bergetar karena ia kembali menangis.
" Apa salahku padamu Lita, kenapa kamu merebut suamiku? " Vera bertanya dengan suara yang melemah dan air mata yang berderai.
Karena Vera sudah tidak lagi meledak-ledak Lita menggeser tubuhnya jadi berada di samping suaminya.
" Jika kamu ingin tau mungkin ini semua karma akibat perbuatan Ibumu di masa lalu. " ucap Lita dengan suara yang lantang.
" Apa maksudmu Lita? " Vera kembali bertanya karena ia sama sekali tidak mengerti dengan maksud ucapan Lita.
" Kamu tanyakan saja pada Ibumu kesalahan apa yang sudah dia lakukan di masa lalu terhadap seseorang wanita yang bernama Husna. " Sahut Lita untuk yang terakhir kalinya lalu dia segera menarik tangan suaminya untuk pergi meninggalkan Vera dengan segudang tanda tanya di kepalanya.