Yoanda menikah dengan Bagas karena perjodohan kakek nya, tapi Yolanda sangat menyukai dan mencintai Bagas karena selain tampan tubuh Bagas ideal sehingga membuat Yolanda jatuh hati kepada Bagas, tapi Bagas sedikit pun tidak menyukai Yolanda karena postur tubuh yang subur dan tidak ideal.
Selama menikah dengan Yolanda Bagas tidak pernah menyentuh nya sama sekali, Bagas malah membenci Yolanda, hingga suatu saat Yolanda melihat Bagas dengan wanita cantik dan sangat mesra.
Setiap hari Bagas selalu menyakiti hati nya dan bahkan memfitnah dan mengusir nya dari rumah hingga hidup Yolanda terlunta-lunta karena aset yang pernah di berikan keluarga Bagas diambil nya.
Hingga suatu saat Yolanda berpikir akan merubah hidup nya dan akan melakukan balas dendam kepada Bagas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melepas Perban
Semenjak kejadian itu Lea kembali bekerja atas permintaan Leo.
Sebenar nya Lea tidak mau kembali bekerja karena masih kesal dengan sikap Leo, tapi karena Leo sudah menolong Lea pun menurunkan ego nya dan mau kembali bekerja di restoran.
Walaupun wajah Leo masih datar dan nada bicara nya yang dingin, tapi Leo selalu pehatian kepada Lea seperti saat ini.
"Kaki kamu sudah sembuh?" Tanya Leo tanpa ekspresi.
"Sudah pak Alhamdulilah."
"Bagus lah." Setelah mengucapkan satu kalimat itu, Leo pun pergi meninggalkan Lea.
"Dasar pria dingin, bicara saja irit, udah gitu main pergi saja tanpa meninggalkan selembar uang buat berobat kek, atau buat beli makan kek." Gumam Lea.
"Kenapa Le? Di buat kesal lagi sama pak Leo?" Tanya Aldi dari belakang.
"Seperti biasa Di, memang nya dia itu seperti itu ya Di sikap nya."
"Setahu aku sih biasa aja, atau jangan-jangan pak Leo memang benar-benar menyukai kamu deh Le."
"Amit-amit tujuh turunan aku harus mendapatkan suami dingin seperti dia." Ucap Lea sambil mengetuk-ngetuk meja dengan tangan nya.
"Awas lo Le kamu menjilat lidah kamu sendiri."
"Ngga akan ya Di, udah ah kita kerja, ngapain bahas dia terus."
Aldi tersenyum lalu pergi kembali mengerjakan tugas nya.
******
Hari demi hari aku selalu di dampingi Ricard, kita jalan-jalan ke seluruh tempat yang indah di singapoera.
Ricard selalu membuat aku bahagia dan nyaman, aku berasa mimpi dengan apa yang sudah terjadi padaku saat ini.
Dari kecil aku hanya mendapatkan kasih sayang dari kakek dan nenek saja, tapi sekarang aku mendapat kasih sayang dari Ricard.
Ricard ini bisa jadi teman dan juga kakak bagi ku, dia selalu membuat aku tersenyum dan melupakan semua yang sudah terjadi padaku.
Hingga kini saat nya aku mau melakukan operasi untuk meniruskan wajah tanpa merubah wajah ku yang lama.
Ricard selalu memberikan aku semangat, aku sangat berhutang budi sekali sama Ricard, entah bagai mana aku harus membayar nya.
Seperti biasa selagi aku sedang di dalam ruang operasi, Ricard dengan setia menunggu ku di ruang tunggu.
Setelah beberapa jam berlalu akhirnya selesai juga operasi nya, tapi wajah ku masih di tutup kain kasa dan belum bisa melihat hasil nya.
Terdengar suara dokter dan Ricard sedang berbicara.
"Tuan Ricard, operasi nya sudah selesai, tapi tunggu sekitar dua jam lagi untuk membuka perban ya, anda harus sabar." Ucap dokter Li.
"Baik dokter, tapi untuk ke depan nya ngga akan ada efek apa pun kan dok?" Tanya Ricard.
"Tidak tuan, karena nona Yola hanya melakukan operasi sedikit saja, tapi saya saran kan sering cek ke dokter kecantikan saja untuk lebih memaksimalkan wajah nya, dan satu lagi untuk saat ini nona Yola jangan di ajak bicara dulu, karena takut hasil operasi nya jadi berubah."
"Iya dok."
"Kalau begitu saya mau ke ruangan dulu, nanti setelah dua jam saya kembali untuk membuka perban nya."
"Baik dokter, terima kasih."
Dokter Li dan para suster nya pergi dari ruang perawatan ku, karena habis pasca operasi selesai aku di pindah kan ke ruang perawatan.
Ricard duduk di samping ku, dia menggenggam erat tangan ku seolah-olah dia tahu perasaan ku saat ini.
Perasaan ku belum tenang karena belum bisa melihat hasil operasi nya, dan tanpa ku sadari aku pun membalas genggaman tangan Ricard hingga tangan kita berdua saling menggenggam seperti tidak mau di lepaskan lagi.
Terasa ada sesuatu yang kenyal menyentuh kulit tangan ku dan di pastikan itu bibir Ricard.
"Kamu jangan resah, kamu harus yakin semua nya akan baik-baik saja, apa pun bentuk wajah kamu nanti, aku akan selalu ada di samping kamu." Ucap Ricard lalu mencium tangan ku dengan waktu yang sedikit lama hingga membuat aliran di dalam tubuh ku kembali ku rasakan.
Aku terdiam karena memang aku tidak di perbolehkan bicara dulu oleh dokter, tapi tubuh dan hati ini terasa sangat hangat di kala Ricard menyentuh nya.
Aku teringat kak Leo, dan Lea sahabat ku, dan sampai saat ini aku tidak bisa memberi kabar kepada mereka berdua karena ponsel aku di ambil Ricard.
Selama di Singapoera Ricard ngga mengizinkan aku untuk menghubungi kak Leo atau sahabat ku Lea dengan alasan kalau dirinya akan memberikan surprise.
Kita berdua menunggu dokter Li kembali untuk membuka perban yang masih nempel di wajah ku.
Karena lelah menunggu Ricard tertidur di samping ku dengan ber bantalkan tangan nya sendiri, sedangkan sebelah tangan lagi menggenggam erat tangan ku.
Aku merasakan ketulusan dari Ricard, selama aku menunggu dokter aku terus berpikir ke depan nya aku harus bagaimana kepada Ricard.
Aku tahu kalau Ricard menyukai aku, karena waktu itu pernah menyatakan nya bahkan di depan Lea sahabat ku, tapi aku takut kalau Ricard hanya memanfaatkan aku saja karena aku ini sekarang adik angkat pak Leo bos nya tempat dia bekerja seperti yang di katakan Lea.
Aku berjanji setelah pulang dari singapoera aku akan mencari kerja untuk membayar uang yang sudah kak Leo atau Ricard keluarkan untuk melakukan operasi ini.
Aku masih bingung dengan semua ini, aku tidak tahu memakai uang siapa selama aku dan Ricard di Singapoera, karena sampai saat ini Ricard tidak mau membahas nya, dan aku juga belum bisa bertanya kepada kak Leo karena ponsel diambil Ricard.
Tapi aku berjanji akan membayar kepada ke dua nya walau itu harus mencicil nya, dan aku berjanji akan berusaha keras untuk mendapatkan uang nya.
Suara derap langkah dan pintu ruangan yang terbuka membuyarkan semua lamunan ku.
Aku menggoyangkan tangan ku agar Ricard terbangun.
Ricard terbangun karena aku sedikit meremas tangan nya dengan keras.
"Ada apa Yol?" Tanya Ricard yang belum sadar dengan kehadiran dokter dan suster.
"Tuan, saat nya kita membuka perban nona Yola." Ucap dokter dari belakang tubuh Ricard.
Ricard membalikan tubuh nya dan mempersilahkan nya.
"Oh iya dok silahkan, maaf saya ketiduran tadi." Ucap Ricard sambil berdiri dan bergeser sedikit menjauh dari ku.
"Anda siap kan nona?" Tanya dokter Li.
Aku hanya mengangguk kan kepala ku, aku kini sudah duduk di bantu oleh seorang suster, dengan hati yang gelisah dan jantung yang sudah berdegub kencang aku terdiam dan siap untuk membuka perban nya.
Ku rasakan tangan dokter menyentuh perban di wajah ku, dengan perlahan dokter Li membuka nya.
Dengan seiring nya perban terlepas jantungku malah semakin berdebar, dan aku semakin merapatkan kedua mata ku.