Sahabatku Musuhku

Arne pun pulang ke rumah dalam kondisi lelah dan langsung tertidur di kamarnya. Jeny pun sudah menyiapkan segalanya untuknya termasuk makan siangnya yg tinggal ia hangatkan saja di microwave.

Saat dirinya terbangun, hari sudah siang dan Arne lapar sekali. Setelah bangun, ia langsung mandi lalu makan siang. Arne pun mendapatkan pesan dari kakeknya untuk datang makan malam dalam memperingati ulang tahun kakeknya bersama ibunya.

Arne pun sempat khawatir karena dirinya dan ibunya tidak disukai oleh Martha dan Aini. Tapi mengingat ini adalah acara Jakson, Arne pun merasa sedikit tenang karena mereka otomatis takkan berani macam-macam.

Arne pun menyiapkan gaun yg akan ia kenakan nanti malam. Serta dirinya sudah menyiapkan kado spesial untuk kakek tercintanya tersebut.

Malam pun cepat berganti, dan Arne harus bersiap untuk hadir pada makan malam hari ini. Jeny juga sudah pulang dari bekerja dan sedang bersiap. Mereka pun berpakaian santai namun tetap rapi dan sopan. Mereka tak mengenakan pakaian yg terlihat mewah, tapi tetap terlihat elegan dan berkelas.

Gaun simple pun jadi pilihan keduanya. Dan ibu serta anak tersebut lebih mirip seperti kakak adik daripada ibu dan anak. Mereka pun menuju ke resto tempat acara tersebut diadakan dengan mobil Jeny dan Jeny juga yg mengendarainya.

"Mama yakin akan baik-baik saja?" tanya Arne.

"Kau tenang saja sayang.. ada kakekmu." ucap Jeny.

Jeny dan Arne pun tiba lebih awal dan nampak dimeja yg sudah direservasi masih sepi. Tapi Arne dan Jeny pun santai saja dan mengobrol ringan sembari minum jus yg disediakan.

.

.

Sementara itu, Aini dan Boy pun datang dengan penuh drama. Boy yg malas mengikuti acara keluarga Aini pun ingin berhalangan hadir tapi Aini memaksa karena kakeknya adalah orang yg tegas. Hingga Boy pun ikut dimarahi oleh orangtuanya.

"Cih.. seberapa pentingnya sih acara itu." ucap Boy.

"Boy, kau itu kenapa sih selalu marah-marah?" tanya Aini.

"Aku selalu kesal padamu.. " ucap Boy.

"Tapi apa salahku?" tanya Aini.

"Apa kau pernah bercermin?" tanya Boy.

"Boy apa maksudmu bicara begitu?" tanya Aini tersinggung.

"Lihatlah betapa noraknya perhiasan yg kau pakai." ucap Boy terus terang.

"Boy.. ini barang mahal pemberian kakek." ucap Aini.

"Tapi kau memakainya berlebihan begini, jadi norak.." ucap Boy.

"Bahkan modelnya memakainya begini." ucap Aini.

"Mereka itu model.. apa yg mereka pakai selalu bagus, sementara kau bukan model pakai sewajarnya saja." ucap Boy.

"Ck.. kau itu tahu apasih.." sindir Aini.

"Lepas atau kita tak jadi pergi.." ancam Boy.

Mau tak mau Aini pun menurutinya dan melepas perhiasan yg ia kenakan. Padahal Aini ingin pamer pada Arne karena mendapat hadiah mewah tersebut dari kakeknya. Dan pasangan suami istri itupun pergi ke resto dengan banyaknya drama di antara mereka. Belum lagi Boy yg tidak pede pergi dengan Aini yg terlihat dimatanya semakin tak merawat diri sejak hamil.

"Ingat jangan norak.." ucap Boy sebelum turun dari mobilnya.

Aini pun hanya tertunduk lesu sembari menitihkan air matanya. Lalu ia menyekanya dan berjalan mengikuti suaminya. Di dalam resto sudah ada Arne dan ibunya, dan mereka berempat nampak canggung.

Tak berapa lama tibalah Martha dan Richard. Pasangan yg baru tiba itu pun melihat Arne dan Jeny yg turut hadir disini.

"Bukankah Jeny sudah bukan keluarga kita?" tanya Martha.

"Entahlah." ucap Richard santai.

"Hei, Jeny kau yakin diundang kemari?" tanya Martha.

"Tentu saja Jeny ku undang kemari makanya dia hadir disini." ucap Jakson.

"A-ayah.." ucap Martha gelagapan.

"Berhenti bersikap seolah kau pemimpin keluarga ini.. Aku masih berada di posisi paling tinggi." ucap Jakson kesal.

"Maaf ayah." balas Martha.

"Duduk dan jaga sikapmu.. Richard ajari istrimu sopan santun." ucap Jakson.

"Baik ayah." ucap Richard menurut sementara Martha kesal karena dipermalukan.

"Selamat ulang tahun kakek.. aku punya hadiah untukmu." ucap Arne memberikan ucapan dan hadiah pertama kali lalu diikuti oleh Jeny.

"Oo.. cucuku terimakasih." ucap Jakson.

"Ayah.. selamat ulang tahun ya.. hadiahnya sudah aku kirim ke rumah ayah." ucap Jeny.

"Kau masih sangat baik meski bukan lagi menantuku.. terimakasih Jeny." ucap Jakson.

Lalu Richard pun mengucapkan selamat pada ayahnya diikuti oleh istri, anak serta menantunya. Parahnya mereka nampak tak membawa hadiah untuk Jakson. Bagi mereka Jakson adalah kakek tua yg punya segalanya.

"Kalian berdua masih begitu penuh perhatian padaku.." ucap Jakson pada Arne dan Jeny.

"Tentu saja kek.." ucap Arne dan Jeny hanya tersenyum.

"Ayah, disini yg hadir bukan hanya Arne dan Jeny saja." ucap Richard.

"Tapi kalian semua tak peduli padaku.. kalian masih datang kemari pasti karena menginginkan perhatian dariku agar mendapatkan harta warisan." ucap Jakson.

"Ayah bukankah itu sudah keterlaluan.?" tanya Richard.

"Ini hari ulangtahunku tapi kalian tak memberi apapun padaku?" sindir Jakson.

"Kakek sudahlah." ucap Arne sementara mereka nampak malu.

"Cih, dasar.. wajah kalian saja sudah tak tulus." ucap Jakson.

"Kakek, apakah kakek suka bermain golf?" tanya Boy memecah ketegangan.

"Ya terkadang. Ada apa?" tanya Jakson.

"Ayo kita bermain golf bersama." ucap Boy tersenyum berusaha meredakan ketegangan ini.

"Boleh juga.. " ucap Jakson tersenyum.

"Bagaimana kalau kita bermain bersama." ucap Richard.

"Sepertinya bermain golf seru." ucap Martha.

"Jeny, Arne datanglah juga saat kalian sempat." ucap Jakson.

"Baik ayah, aku akan lihat jadwalku dulu." ucap Jeny.

"Aku juga kek." ucap Arne.

"Kalian terlalu sibuk merawat orang sakit di rumah sakit.. kalian juga harus liburan." ucap Jakson.

"Akan kami usahakan kek." ucap Arne dan Jeny hanya tersenyum.

Acara makan malam pun kembali membaik berkat interaksi Boy dengan Jakson. Sementara Aini hanya diam dan tak banyak menanggapi karena tak begitu paham obrolannya begitu juga dengan Martha. Hanya Arne, Jeny, Jakson, serta Boy dan Richard yg banyak bicara.

Di acara tersebut nampak, Boy curi-curi pandang dengan Arne yg tak berubah sedikitpun. Justru Arne menjadi semakin cantik, berbeda dengan Aini yg berubah sejak mengandung. Tubuhnya kian berisi dan membuat Boy kadang kesal melihatnya yg hanya selalu berada di kamarnya sepanjang hari. Padahal dokter memintanya untuk sedikit bergerak, seperti berjalan di pagi hari dan aktivitas ringan lainnya.

"Arne, apa kau punya kekasih saat ini?" tanya Jakson.

"Nampaknya aku tak punya waktu untuk itu kek." ucap Arne.

"Benarkah? haruskah kakek kenalkan seseorang?" tanya Jakson.

"Tidak perlu kek." ucap Arne.

"Kau boleh menolaknya jika tak suka." ucap Jakson.

"Lain kali saja kek, aku sedang sibuk dengan masa residenku." ucap Arne.

"Baiklah kalau begitu." ucap Jakson tersenyum karena dirinya menyadari kalau Boy menatap Arne terus menerus.

Lalu Martha ijin pergi ke toilet. Namun, bukannya ke toilet dirinya justru ke dapur menemui salah satu pelayan. Setelah berbicara sejenak, Martha pun terlihat memberikan uang pada pelayan tersebut.

"Kau lakukan tugasmu dengan baik." ucap Martha.

"Baik nyonya." ucapnya.

Martha pun tersenyum karena punya ide cemerlang untuk mengusir Jeny dan Arne.