"Ingat Queensha. Aku menikahimu hanya demi Aurora. Jadi jangan pernah bermimpi jika kamu akan menjadi ratu di rumah ini!" ~ Ghani.
Queensha Azura tidak pernah menyangka jika malam itu kesuciannya akan direnggut secara paksa oleh pria brengsek yang merupakan salah satu pelanggannya. Bertubi-tubi kemalangan menimpa wanita itu hingga puncaknya adalah saat ia harus menikah dengan Ghani, pria yang tidak pernah dicintainya. Pernikahan itu terjadi demi Aurora.
Lalu, bagaimana kisah rumah tangga Queensha dan Ghani? Akankah berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Uang Tebusan
Di seberang sana tampak Mia tertawa terbahak mendengar perkataan anak tirinya itu. Semakin lama, Queensha semakin berani membentaknya. Padahal dulu wanita itu selalu patuh dan tak pernah berani melawan sedikit pun. Namun, semenjak kisah pilu di masa lalu membuat pemilik nama Queensha Azura Gunawan berubah menjadi wanita pemberani dan tak jarang melawan apa yang dikatakan oleh Mia.
"Queensha ... Queensha. Kenapa sih kamu kok ngotot banget ingin Mama segera mengembalikan anak sialan itu? Apa karena ayah dari bocah kecil itu adalah orang kaya sehingga kamu bersikeras membelanya mati-matian?" tanya Mia penuh selidik. Jangan lupakan senyuman mengejek yang sering dia berikan setiap kali melihat Queesha kalah karena Gunawan lebih memilih membelanya.
Dengan nada tinggi Queensha menjawab, "Aku bukan Kamu! Perempuan bermuka dua. Di saat ada Papa, Mama selalu memasang wajah manis dan seakan-akan menyayangiku. Namun, saat tak ada Papa di rumah, Mama memperlakukanku layaknya seorang babu. Bahkan lebih rendah dari asiste rumah tangga yang bekerja di rumah," sembur wanita itu. Dia tidak terima jika disamakan dengan ibu tirinya itu. Queensha menyayangi Aurora dengan tulus, tanpa mengharap imbalan apa pun.
Mia berdecih. Sungguh dia muak sekali setiap kali Queensha mengungkit masa lalu mereka. "Diam kamu! Kamu tidak berhak menjelek-jelekan saya seperti itu. Saya akan mengembalikan Aurora asalkan kamu memberikan imbalan sebagai upah karena kami telah melindungi dan menjaga anakmu saat dia sendirian."
Kini giliran Queensha yang tertawa. Saking gelinya dia bahkan memegangi perutnya sendiri. "Melindungi dan menjaganya? Tidak salah, tuh? Bukannya Mama melakukan itu karena ingin menukar putriku dengan uang? Kalau memang ingin melindungi putriku, Mama tidak akan pernah meminta uang tebusan kepadaku." Queensha sudah bisa menebak alasan Mia menculik Aurora untuk apa. Hidup bersama dalam jangka waktu yang tak lama membuat wanita itu tahu apa yang diinginkan Mia. Uang, itulah tujuan ibu tirinya itu.
"Berengsek! Wanita sialan! Dasar Jal*ng! Berani-beraninya kamu berbicara begitu kepadaku." Meledak sudah emosi dalam diri Mia. Napas wanita paruh baya itu tersengal. Dadanya pun kembang kempis karena batas kesabarannya telah habis. Mia berpikir jika dia akan memenangkan perdebatan ini. Namun, siapa sangka justru dia yang kalah melawan Queensha, anak sambungnya.
Queensha bangkit dari kursi dan berkacak pinggang. "Kenapa tidak berani! Ma, aku bukan Queensha yang dulu. Perempuan lemah yang selalu menangis setiap kalian kalian siksa aku. Queensha yang dulu sudah mati bersamaan dengan ...." Wanita itu tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Dada terasa sesak setiap kali teringat kejadian di masa lalu. Kejadian itu tidak akan pernah Queensha lupakan seumur hidup.
"Sudahlah. Cepat katakan, di mana Mama menyembunyikan putriku! Aku tidak mau waktuku sia-sia hanya karena meladeni perempuan gila harta seperti Mama dan Lita."
Queensha menaikan dagunya ke atas. Kemudian mengerjapkan mata beberapa kali demi menghalau buliran kristal agar tak jatuh membasahi pipi. Walaupun kenangan itu menyesakan dada dan terkadang membuatnya menangis di saat sedang sendirian, tetapi Queensha mencoba melupakan itu semua. Wanita itu yakin, jika Yukari sudah tenang di alam sana.
"Anak sialan! Kalau bukan karena aku ingin uang darimu, sudah kuhabisi nyawa bocah sialan ini!" ketus Mia. Wanita itu mengepalkan sebelah tangan kiri kemudian memukulkannya di atas meja dengan pelan. "Bawakan saya uang 100 juta rupiah maka anak tirimu ini saya kembalikan."
Mata Queensha terbelalak dan rahangnya pun terbuka lebar. "Seratus juta? Jangan main-main, Ma! Itu uang yang sangat banyak. Dari mana aku mendapatkan uang itu? Butuh puluhan tahun bagiku untuk bisa mengumpulkan uang sebanyak itu."
Mia berjalan mendekati Aurora yang sedang duduk di bangku dengan kedua tangan diikat dan mulut dibekap menggunakan lakban sehingga dia tak bisa berbicara. "Dasar wanita bodoh! Lalu apa gunanya suamimu yang kaya itu kalau kamu tak bisa meminta uang kepadanya, heh? Kamu itu dinikahi pria kaya jadi menurut saya uang sebanyak itu tidak masalah bagimu."
"Aku memang menikahi pria kaya, Ma. Namun, bukan berarti aku seenaknya saja meminta uang kepadanya. Aku-"
"Berhenti beralasan!" sergah Mia cepat. Kesal terus mendengar kalimat sangkalan dari anak tirinya itu. "Turuti apa yang saya katakan atau nyawa anakmu yang cantik ini melayang di tangan Sarman. Kamu tahu 'kan bagaimana sadisnya mantan suami saya itu? Dia bisa melakukan perbuatan di luar nalar sesuai perintah saya."
"Jangan pernah macam-macam dengan putriku!" bentak Queensha. Dia tahu betul bagaimana sepak terjang mantan suami dari ibu tirinya itu.
Sarman sangat terkenal sebagai penjahat kelas kakap. Dia sering keluar masuk penjara atas kasus pemb*n*han. Telah banyak korban berjatuhan di tangan pria itu.
Queensha tidak mau jika Aurora menjadi korban selanjutnya. Akan ada penyesalan seumur hidup dalam diri wanita itu apabila dia tak bisa menjaga dan melindungi putri sambungnya dengan baik.
Mia tersenyum smirk sambil menyentuh ujung dagu Aurora. Gadis kecil itu terisak dengan lelehan air mata yang terus berjatuhan. Kedua pundak bergerak turun dan naik. Tubuh gemetar karena rasa takut yang terus hinggap di diri.
"itu tergantung padamu, Sayang. Kalau kamu memberikan uang kepada kami sesuai dengan jumlah yang sudah ditentukan maka putrimu selamat. Akan tetapi, bila kamu tak menurutinya maka jangan salahkan saya jika besok akan ada berita yang memuat tentang kasus pemb*n*han menimpa gadis kecil berwajah oriental sepertimu," kata Mia, mencoba mengancam Queensha.
"Oke! Aku turuti semua yang Mama katakan. Uang 100 juta akan menjadi milik kalian. Tapi Mama janji, tidak akan melukai dia walau seujung kuku pun. Kalau sampai Mama ingkar hidup kalian semua tidak akan pernah damai!" Dengan penuh keberanian Queensha balik mengancam Mia.
"Kamu tenang saja. Mama tidak mungkin ingkar janji. Oh ya satu lagi, jangan berani lapor polisi. Jika itu sampai terjadi maka kesepakatan kita gagal. Mengerti!" tandas Mia. "Alamatnya akan saya kirimkan padamu. Ingat. Jangan lapor polisi!" Wanita paruh baya itu pun memutus sambungan telepon setelah memberi peringatan untuk terakhir kalinya.
'Aku bersumpah, tidak akan pernah membiarkan kalian hidup tenang kalau sampai terjadi sesuatu kepada Aurora. Aku bersumpah, Ma!' batin Queensha.
Ahmad dan Shinta yang sedari tadi terdiam hanya mendengarkan percakapan antara Queensha dengan orang di seberang sana. Mereka tak ada niatan untuk menyela sama sekali.
"Miss Shinta dan Pak Ahmad. Terima kasih sudah membantu saya. Langkah selanjutnya biar saya saja yang mengurus. Maaf sudah membuat kalian berdua repot," ucap Queensha sesaat setelah menerima pesan singkat dari Mia. "Saya harus pergi dulu. Permisi."
Queensha berdiri di depan gerbang masuk sekolah Aurora. Netranya menatap layar ponsel dan membaca kembali pesan singkat yang dikirimkan Mia. Dia tidak asing dengan tempat itu sebab dulu pernah dikurung di sana saat Queensha kecil tak menuruti perintah sang ibu tiri. Jadi dia bisa menemukan tempat itu dengan mudah. Namun, yang menjadi kendalanya saat ini bagaimana harus menjelaskan pada Ghani mengenai uang 100 juta yang dia habiskan dalam waktu satu hari.
"Ya Tuhan, semoga saja Pak Ghani tidak marah jika aku menggunakan uang di ATM demi menebus Aurora. Toh aku menggunakan uang ini demi putrinya sendiri," gumam Queensha ketika dia berada di dalam taxi.
Tujuan pertama Queensha saat ini adalah kediaman Wijaya Kusuma. Berencana mengambil buku tabungan dan tas yang akan mengangkut sejumlah uang yang dia ambil di bank. Setelah itu baru menemui Mia kemudian menyerahkan uang tersebut untuk diganti dengan Aurora.
"Tolong lindungi putriku, Tuhan."
...***...
😂😂😂
Bahkan lulu sampai memperingati ghani harus menjaga queensha 🤔